29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Warisan Budaya Lisan Manusia tak Berwujud

Pertunjukan Kebudayaan China Muslim Xinjiang

Integrasi lagu, musik dan tarian dari Qebiyat Mukham memiliki esensi berharga bagi suku Uygur Xinjiang China. Selain terkenal dengan tarian dan nyanyiannya, Mukham Uygur secara resmi mendapatkan pengakuan dari Unesco sebagai karya besar warisan budaya lisan manusia tak berwujud 25 November 2011.  

Adlansyah Nasution, Medan

Dengan mengucapkan Assalamualaikum sebagai kata pembuka, Yenny Marlim selaku MC dari grup  Budaya China pesona Xinjiang membuka penampilan dari Qebiyat Mukham yang merupakan bagian kedua dari 12 Mukham suku Uygur di Hall Persahabatan Xinzhou Daily, Gedung MITSU PSP, kampus Hijau STBA-PIA Jalan Kolonel Yos Sudarso, Glugur kota Medan, Jumat (6/4) malam.

Seni dan music yang mendapat pengakuan dari para pakar kesenian, baik dari China maupun dari negara lainnya. Sebanyak 12 Mukham Uygur secara garis besar dapat dikategorikan menjadi tiga bagian dari penampilan, nyanyian dan musiknya secara keseluruhan dibutuhkan waktu 24 jam.

“Oleh karena itu, mari kita saksikan set ke dua dari 12 Mukham yakni Qebiyat Mukham yang terdiri dari Mustazat, Jula Tisantastan dan Masirap yang akan dibawakan oleh actor dan aktris suku Uygur nasional level pertama,” kata Yenny dalam bahasa suku Uygur di translet ke dalam bahasa Indonesia oleh MC pembantu.

Penampilan dengan tarian yang diselingi suara musik alat tradisonal suku Uygur Xinjiang RRT mampu memukau pengunjung dengan kelentikan tubuh dari setiap penari dengan melompat dan berputar di atas panggung dengan busana beraneka ragam warna.

Penari yang terdiri dari kaum adam dan hawa berbalutkan busana bernuansa islami itu, menceritakan perjalanan cinta seorang pria kepada wanita-wanita suku Uygur yang berawal dari penolakan seorang wanita dan akhirnya diterima oleh wanita lainnya dengan symbol sekuntum mawar merah.
“Dengan menonjolkan penampilan dalam berpakaian, gerakan, bermain alat musik itu menjadi sangat penting yang semuanya di integrasi menjadi satu. Inilah penampilan yang paling utama set ke dua dari 12 Mukham Uygur,” ucapnya yang disambut tepuk tangan penonton dari berbagai multi etnis di Kota Medan.

Lanjut Yenny, untuk penampilan yang sangat spesial bagi group seni Budaya China pesona Xinjiang yang baru pertama tampil di Kota Medan adalah tarian Emas Dolan. “Tarian Emas Dolan yang menjadi special bagi kami, karena mempunyai arti yang bermakna,” ungkapnya tanpa menjelaskan makna tarian itu.

Sedangkan untuk penampilan di daerahnya kawasan strategis, mereka siap tampil dimana saja.”Kita tampil tidak pilih-pilih, tidak di acara Ramadan atau acara kebesaran Islam lainnya. Jadi disetiap ada acara yang mengundang kami, kami akan selalu siap untuk memberikan penampilan yang terbaik,” ujarnya mengakhiri.

Sementara, Izzat Eliyas salah satu aktris penyanyi solo wanita group seni Budaya China pesona Xinjiang sangat mengagumi Indonesia, khusunya Kota Medan yang beragam multi etnis tetapi dapat hidup rukun dan damai.

Sebagai bentuk kekagumannya, Izzat yang seharusnya membawakan dua lagu suku Uygur yang sudah terjadwal oleh panitia dengan lagu berjudul “Bunga Mengapa Begitu Merah” digantinya dengan lagu nasional Indonesia berjudul “Bengawan Solo” sebagai lagu keduanya setelah lagu berjudul “Pemuda” dari suku Uygur.

“Saya mohon maaf bila ada kesalahan dalam penempatan liriknya yang kurang tepat, karena lagu ini baru saya hafal,” cetusnya dalam bahasa Indonesia yang tidak begitu jelas.

Usai menunjukkan penampilannya yang diterima pengunjung dengan memberikan aplus tepuk tangan. Sumut Pos kemudian menemuinya di depan pintu ruang ganti artis untuk wawancara alasan lagu “Bengawan Solo” dipilih untuk dinyanyikannya.

“Pertama mendengar lagu ini, saya sudah suka dibandingkan dengan lagu-lagu di Negara Asia yang saya ketahui saat searching dari Google. Dengan mempunyai liric dan syair yang begitu bagus, itu yang menjadi alasan saya untuk memnbawakan lagu Bengawan Solo untuk ditampilkan,” ungkap wanita berkulit putih yang memiliki hidung mancung itu.

Dikatakannya, liric lagu yang belum diketahui dengan instrumen musik alat traidional suku Uygur. Izzat sempat bertanya dengan teman-temannya. “Dalam waktu dua jam saya berlatih, akhirnya saya mendapatkan lirik dengan panduan alat musik tradisional suku Uygur Xinjiang,” tambahnya yang berharap warga kota Medan melakukan kunjungan ke daerah Xinjiang yang juga hidup harmonis dengan multietnis seperti di Kota Medan.
Acara yang tidak membosankan itu, semakin menarik perhatian seluruh pengunjung yang juga dihadiri pejabat di Sumatera Utara seperti Plt Gubsu, anggota DPR Sumut dan Ketua MUI Sumut dan Medan serta Konsul Jenderal RRT untuk Indonesia di Medan dan ketua MITSU-PSP yang juga ketua LIC Sumut.

Dengan penampilan, tarian solo wanita membawakan Tarian Rakyat Atu. Dilanjutkan dengan pertunjukan akrobat tangan oleh Hayrat Ezis yang telah mendapatkan mendali emas didalam even perlombaan nasional akrobat.

Kemudian, penampilan nyanyian solo pria dengan membawakan lagu berjudul
”The Select of Chargah Mukham” oleh Xirali Ubud. Dilanjutkan dengan tarian group dengan tema Nazirkom yang merupakan tarian kelompok rakyat Uygur, mengilustrasikan peniruan gerakan dan suara hewan.

“Tak puas rasanya, kalau dari penampilan ini tidak menonjolkan alat seni budaya suku Uygur Xinjiang RRT. Maka dari itu, kita saksikan permainan alat music dari lagu Ussak Mukham dan Xi Yangyang oleh Alimjian Abliz,” pinta Yenny Marlim yang semakin semangat membawakan acara.

Dengan menunjukan kebolehannya, para pemain alat music dari jenis Tambo yang menyerupai guitar dan Rabab yang mempunyai enam jenis sama seperti guitar. Kemudian Dab, alat music paling kuno yang merupakan alat pemukul dan suaranya sejenis drum.

Sekaligus menujukan kepiawaiannya dalam bermain alat music yang dikuasai setiap pemain, tak lupa alat music jenis Yangchi yang merupakan alat tradisional dari China juga meramaikan. Ditambah lagi dengan alat music jenis seruling yang dinamakan suku Uygur adalah Nem.Dilanjutkan dengan alat musik jenis Hi jet yang dapat mengeluarkan suara nada yang sangat tinggi dan Hi jet yang mengeluarkan suara menengah.

Setelah itu, penampilan dilanjutkan dengan nyayian solo wanita oleh Gulnur Kadir dengan membawakan lagu Musim Semi Telah Tiba dan Xinjiang yang Terindah. Kemudian, tarian mangkok yang sudah meraih medali emas dalam even perlombaan tari internasional sangat mengagumkan. Dimana, di akhir tarian yang membawa dua gelas yang satu gelasnya berisikan teh diputar-putar dan diakhiri dengan menuang air teh tersebut ke gelas satunya.

Pengunjung yang antusias, diajak menari dan berdansa bersama penyanyi solo pria, Nawlan Niyaz yang membawakan lagu “Kaum Wanita Kaskar”. “Lagunya akan lebih berkesan bila pengunjung ikut bergoyang dan berdansa bersama,” ajak Nawlan sambil turun ke bawah panggung menarik pengunjung.

Sebagai penampilan penutup, Tarian kelompok Uygur yang mengilustrasikan kehidupan pertanian di Xinjiang mengakhiri acara tersebut. “Kedatangan kami untuk mempersembahkan tarian Xinjiang yang khas yang khas dengan budaya China yang memiliki penduduk muslim yang banyak, berkarateristik. Saya berharap semua dapat terhibur dan kami menyambut kedatangan anda ke Xinjiang,” cetusnya.(*)

Pertunjukan Kebudayaan China Muslim Xinjiang

Integrasi lagu, musik dan tarian dari Qebiyat Mukham memiliki esensi berharga bagi suku Uygur Xinjiang China. Selain terkenal dengan tarian dan nyanyiannya, Mukham Uygur secara resmi mendapatkan pengakuan dari Unesco sebagai karya besar warisan budaya lisan manusia tak berwujud 25 November 2011.  

Adlansyah Nasution, Medan

Dengan mengucapkan Assalamualaikum sebagai kata pembuka, Yenny Marlim selaku MC dari grup  Budaya China pesona Xinjiang membuka penampilan dari Qebiyat Mukham yang merupakan bagian kedua dari 12 Mukham suku Uygur di Hall Persahabatan Xinzhou Daily, Gedung MITSU PSP, kampus Hijau STBA-PIA Jalan Kolonel Yos Sudarso, Glugur kota Medan, Jumat (6/4) malam.

Seni dan music yang mendapat pengakuan dari para pakar kesenian, baik dari China maupun dari negara lainnya. Sebanyak 12 Mukham Uygur secara garis besar dapat dikategorikan menjadi tiga bagian dari penampilan, nyanyian dan musiknya secara keseluruhan dibutuhkan waktu 24 jam.

“Oleh karena itu, mari kita saksikan set ke dua dari 12 Mukham yakni Qebiyat Mukham yang terdiri dari Mustazat, Jula Tisantastan dan Masirap yang akan dibawakan oleh actor dan aktris suku Uygur nasional level pertama,” kata Yenny dalam bahasa suku Uygur di translet ke dalam bahasa Indonesia oleh MC pembantu.

Penampilan dengan tarian yang diselingi suara musik alat tradisonal suku Uygur Xinjiang RRT mampu memukau pengunjung dengan kelentikan tubuh dari setiap penari dengan melompat dan berputar di atas panggung dengan busana beraneka ragam warna.

Penari yang terdiri dari kaum adam dan hawa berbalutkan busana bernuansa islami itu, menceritakan perjalanan cinta seorang pria kepada wanita-wanita suku Uygur yang berawal dari penolakan seorang wanita dan akhirnya diterima oleh wanita lainnya dengan symbol sekuntum mawar merah.
“Dengan menonjolkan penampilan dalam berpakaian, gerakan, bermain alat musik itu menjadi sangat penting yang semuanya di integrasi menjadi satu. Inilah penampilan yang paling utama set ke dua dari 12 Mukham Uygur,” ucapnya yang disambut tepuk tangan penonton dari berbagai multi etnis di Kota Medan.

Lanjut Yenny, untuk penampilan yang sangat spesial bagi group seni Budaya China pesona Xinjiang yang baru pertama tampil di Kota Medan adalah tarian Emas Dolan. “Tarian Emas Dolan yang menjadi special bagi kami, karena mempunyai arti yang bermakna,” ungkapnya tanpa menjelaskan makna tarian itu.

Sedangkan untuk penampilan di daerahnya kawasan strategis, mereka siap tampil dimana saja.”Kita tampil tidak pilih-pilih, tidak di acara Ramadan atau acara kebesaran Islam lainnya. Jadi disetiap ada acara yang mengundang kami, kami akan selalu siap untuk memberikan penampilan yang terbaik,” ujarnya mengakhiri.

Sementara, Izzat Eliyas salah satu aktris penyanyi solo wanita group seni Budaya China pesona Xinjiang sangat mengagumi Indonesia, khusunya Kota Medan yang beragam multi etnis tetapi dapat hidup rukun dan damai.

Sebagai bentuk kekagumannya, Izzat yang seharusnya membawakan dua lagu suku Uygur yang sudah terjadwal oleh panitia dengan lagu berjudul “Bunga Mengapa Begitu Merah” digantinya dengan lagu nasional Indonesia berjudul “Bengawan Solo” sebagai lagu keduanya setelah lagu berjudul “Pemuda” dari suku Uygur.

“Saya mohon maaf bila ada kesalahan dalam penempatan liriknya yang kurang tepat, karena lagu ini baru saya hafal,” cetusnya dalam bahasa Indonesia yang tidak begitu jelas.

Usai menunjukkan penampilannya yang diterima pengunjung dengan memberikan aplus tepuk tangan. Sumut Pos kemudian menemuinya di depan pintu ruang ganti artis untuk wawancara alasan lagu “Bengawan Solo” dipilih untuk dinyanyikannya.

“Pertama mendengar lagu ini, saya sudah suka dibandingkan dengan lagu-lagu di Negara Asia yang saya ketahui saat searching dari Google. Dengan mempunyai liric dan syair yang begitu bagus, itu yang menjadi alasan saya untuk memnbawakan lagu Bengawan Solo untuk ditampilkan,” ungkap wanita berkulit putih yang memiliki hidung mancung itu.

Dikatakannya, liric lagu yang belum diketahui dengan instrumen musik alat traidional suku Uygur. Izzat sempat bertanya dengan teman-temannya. “Dalam waktu dua jam saya berlatih, akhirnya saya mendapatkan lirik dengan panduan alat musik tradisional suku Uygur Xinjiang,” tambahnya yang berharap warga kota Medan melakukan kunjungan ke daerah Xinjiang yang juga hidup harmonis dengan multietnis seperti di Kota Medan.
Acara yang tidak membosankan itu, semakin menarik perhatian seluruh pengunjung yang juga dihadiri pejabat di Sumatera Utara seperti Plt Gubsu, anggota DPR Sumut dan Ketua MUI Sumut dan Medan serta Konsul Jenderal RRT untuk Indonesia di Medan dan ketua MITSU-PSP yang juga ketua LIC Sumut.

Dengan penampilan, tarian solo wanita membawakan Tarian Rakyat Atu. Dilanjutkan dengan pertunjukan akrobat tangan oleh Hayrat Ezis yang telah mendapatkan mendali emas didalam even perlombaan nasional akrobat.

Kemudian, penampilan nyanyian solo pria dengan membawakan lagu berjudul
”The Select of Chargah Mukham” oleh Xirali Ubud. Dilanjutkan dengan tarian group dengan tema Nazirkom yang merupakan tarian kelompok rakyat Uygur, mengilustrasikan peniruan gerakan dan suara hewan.

“Tak puas rasanya, kalau dari penampilan ini tidak menonjolkan alat seni budaya suku Uygur Xinjiang RRT. Maka dari itu, kita saksikan permainan alat music dari lagu Ussak Mukham dan Xi Yangyang oleh Alimjian Abliz,” pinta Yenny Marlim yang semakin semangat membawakan acara.

Dengan menunjukan kebolehannya, para pemain alat music dari jenis Tambo yang menyerupai guitar dan Rabab yang mempunyai enam jenis sama seperti guitar. Kemudian Dab, alat music paling kuno yang merupakan alat pemukul dan suaranya sejenis drum.

Sekaligus menujukan kepiawaiannya dalam bermain alat music yang dikuasai setiap pemain, tak lupa alat music jenis Yangchi yang merupakan alat tradisional dari China juga meramaikan. Ditambah lagi dengan alat music jenis seruling yang dinamakan suku Uygur adalah Nem.Dilanjutkan dengan alat musik jenis Hi jet yang dapat mengeluarkan suara nada yang sangat tinggi dan Hi jet yang mengeluarkan suara menengah.

Setelah itu, penampilan dilanjutkan dengan nyayian solo wanita oleh Gulnur Kadir dengan membawakan lagu Musim Semi Telah Tiba dan Xinjiang yang Terindah. Kemudian, tarian mangkok yang sudah meraih medali emas dalam even perlombaan tari internasional sangat mengagumkan. Dimana, di akhir tarian yang membawa dua gelas yang satu gelasnya berisikan teh diputar-putar dan diakhiri dengan menuang air teh tersebut ke gelas satunya.

Pengunjung yang antusias, diajak menari dan berdansa bersama penyanyi solo pria, Nawlan Niyaz yang membawakan lagu “Kaum Wanita Kaskar”. “Lagunya akan lebih berkesan bila pengunjung ikut bergoyang dan berdansa bersama,” ajak Nawlan sambil turun ke bawah panggung menarik pengunjung.

Sebagai penampilan penutup, Tarian kelompok Uygur yang mengilustrasikan kehidupan pertanian di Xinjiang mengakhiri acara tersebut. “Kedatangan kami untuk mempersembahkan tarian Xinjiang yang khas yang khas dengan budaya China yang memiliki penduduk muslim yang banyak, berkarateristik. Saya berharap semua dapat terhibur dan kami menyambut kedatangan anda ke Xinjiang,” cetusnya.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/