KARO, SUMUTPOS.CO – Sehari paska-erupsi, aktivitas vulkanik Gunung Sinabung kembali tenang. Hal ini terpantau pada Rabu (8/5), gunung api yang masih berstatus awas level IV itu tak ada mengalami erupsi.
“Hari ini Sinabung belum ada mengalami erupsi,” kata Dery, petugas PGA Desa Dokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, kemarin.
Meski sudah tenang, namun Dery menegaskan, aktivitas vulkanik Sinabung masih sangat tinggi. Karena itu, pihaknya tak bisa memastikan sampai kapan gunung tersebut akan tetap tenang. “Statusnya masih Awas Level IV. Jadi gunung ini bisa saja sewaktu-waktu erupsi lagi. Memang sangat sulit kita memprediksinya,” akunya.
Hasil pemantauan pihaknya, hingga hari ini belum ada tanda-tanda akan terjadinya banjir lahar dingin yang sebelumnya dikhawatirkan bakal terjadi di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung. “Banjir lahar akan terjadi kalau hujan deras. Sekarang ‘kan masih musim kemarau,” katanya.
Meski begitu, Dery tetap mengimbau warga yang bermukim di dekat hulu sungai yang berhulu ke Sinabung untuk tetap waspada. Karena jika hujan deras, potensi terjadinya banjir lahar ini masih sangat besar.
Pantauan di lapangan, warga Tanah Karo sudah beraktivitas seperti biasa. Namun ketebalan abu tetap terjadi karena hujan tak kunjung turun. Meski Sinabung tak erupsi lagi, namun pihak PVMBG merekomendasikan masyarakat dan pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak, dan dalam jarak 7 km untuk sektor Selatan-Tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor Tenggara-Timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor Utara-Timur Gunung Sinabung.
Sementara itu, paparan abu vulkanik Gunung Sinabung dipastikan merusak berbagai jenis tanaman holtikutura milik petani.
Kerusakan terparah tanaman terjadi di beberapa desa di Kecamatan Barusjahe. Betapa tidak, tebalnya material abu bercampur menyebabkan berbagai jenis tanaman hoktikutura milik petani rusak.
Apalagi, saat ini Tanah Karo tengah dilanda musim kemarau, hingga tanaman yang tertimbun abu langsung gosong dan mati.
“Seandainya hujan langsung turun pasca erupsi, kemungkinan tanaman kami masih terselamatkan. Ini kan tidak, pas musim kemarau pulak, ya hancur semualah,” lirih Sri br Ginting, warga Desa Buntu, Kecamatan Barusjahe saat ditemui di ladangnya, Rabu siang.
“Tengoklah cabai dan kopiku ini sudah tertutup abu vulkanik semua. Kemarin sudah kami semprot, tapi tak banyak membantu. Abu justru makin lengket di dain dan buahnya,” katanya.
Agar kerusakan tak makin parah, Sri terpaksan memanen cabainya meski belum waktunya. “Ketimbang rusak semua, mending dipanen sekarang,” lirihnya.
Untuk menghindari paparan abu, Sri dan para petani terpaksa menutup semua tubuhnya saat bekerja, hanya matanya saja yang kelihatan.
Saat ini petani hanya berharap hujan turun. “Hanya hujan yang bisa membantu kami para petani saat ini. Kalau hujan tak turun juga, sudah rusak semualah,” tandasnya. (deo)