30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Festival Budaya Melayu Agung Pecahkan Dua Rekor

PENUH WARNA: Pendukung acara Festival Budaya Melayu Agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7), tampil dengan kostum kebanggaan Melayu yang penuh dengan warna.//sumut pos
PENUH WARNA: Pendukung acara Festival Budaya Melayu Agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7), tampil dengan kostum kebanggaan Melayu yang penuh dengan warna.//sumut pos
MEDAN- Museum Rekor Indonesia (MURI) secara resmi menyerahkan dua rekor dalam festival budaya melayu agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7). Pemecahan rekor itu diantaranya mozaik kulit telur terbesar dengan ukuran 3×5 meter, terbuat dari 8 ribu kulit telur dengan aneka lukisan wajah dan bentuk serta kirab balai melayu terbanyak yakni 2012 balai.

“Pada prinsipnya ada dua rekor yang dipecahkan. Jadi MURI secara resmi menyerahkan dua rekor di antaranya mozaik kulit telur terbesar yang dibuat oleh para ibu-ibu di Medan dan kirab balai Melayu terbanyak,” ujar Hendry selaku Manajer MURI di Lapangan Merdeka Medan.
Sementara itu, Kabid Binpres (Pembinaan dan Prestasi).

Pemprov PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia) Sumut, Apri Sugiarto mengatakan dalam Festival Budaya Melayu Agung itu serangkaian acara yang dilakukan di antaranya festival marching band lagu Melayu yang diikuti sedikitnya 20 grup se-Sumatera Utara.

“Sebenarnya kegiatan ini juga untuk memeriahkan HUT Kota Medan ke 422. Jadi dalam satu grup minimal ada sekitar 50 sampai 70 orang. Dengan begitu, marching band ini kurang lebih diikuti 1500-an orang. Dalam penampilan mereka harus ada unjuk kebolehan bermain lagu dan manuver formasi gerakan serta memadukan berbagai unsur alat tiup atau trompet dan perkusi,” ujarnya.

Menurut Apri Sugiarto marching band dengan tema budaya melayu dilakukan sebagai pelestarian budaya melayu di Sumut. “Dalam marching band ini harus ada salah satu lagu wajib yaitu lagu melayu. Para peserta juga mengenakan atribut baju melayu. Nantinya ada juga apresiasi kostum terbaik bagi grub dram band yang menggunakan kostum melayu lengkap,” terangnya.

Sambungnya, saat ini, budaya melayu di kalangan anak muda sudah mulai berkurang. “Artinya budaya asli kita mulai terkikis seiring masuknya budaya dari luar. Untuk itulah marching band dengan tema melayu ini dilakukan sebagai wadah untuk mningkatkan prestasi dram band di Sumut sekaligus melestarikan budaya melayu,” jelasnya.

PDBI sendiri, katanya setiap 3 bulan sekali mengadakan kegiatan kejuaraan. “Bahkan PDBI juga pernah meraih prestasi marching band di tingkat nasional dengan mendapat 1 medali emas 1 perak dan 1 perunggu dalam PON ke-17 2008 di Kaltim. Selain itu pernah mengikuti kejuaraan Internasional di Malaysia 2009 dan 2010 di Kuala Lumpur meraih juara 3 dalam Malaysia Wold Band Compatition,” bebernya. (far)

PENUH WARNA: Pendukung acara Festival Budaya Melayu Agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7), tampil dengan kostum kebanggaan Melayu yang penuh dengan warna.//sumut pos
PENUH WARNA: Pendukung acara Festival Budaya Melayu Agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7), tampil dengan kostum kebanggaan Melayu yang penuh dengan warna.//sumut pos
MEDAN- Museum Rekor Indonesia (MURI) secara resmi menyerahkan dua rekor dalam festival budaya melayu agung di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (8/7). Pemecahan rekor itu diantaranya mozaik kulit telur terbesar dengan ukuran 3×5 meter, terbuat dari 8 ribu kulit telur dengan aneka lukisan wajah dan bentuk serta kirab balai melayu terbanyak yakni 2012 balai.

“Pada prinsipnya ada dua rekor yang dipecahkan. Jadi MURI secara resmi menyerahkan dua rekor di antaranya mozaik kulit telur terbesar yang dibuat oleh para ibu-ibu di Medan dan kirab balai Melayu terbanyak,” ujar Hendry selaku Manajer MURI di Lapangan Merdeka Medan.
Sementara itu, Kabid Binpres (Pembinaan dan Prestasi).

Pemprov PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia) Sumut, Apri Sugiarto mengatakan dalam Festival Budaya Melayu Agung itu serangkaian acara yang dilakukan di antaranya festival marching band lagu Melayu yang diikuti sedikitnya 20 grup se-Sumatera Utara.

“Sebenarnya kegiatan ini juga untuk memeriahkan HUT Kota Medan ke 422. Jadi dalam satu grup minimal ada sekitar 50 sampai 70 orang. Dengan begitu, marching band ini kurang lebih diikuti 1500-an orang. Dalam penampilan mereka harus ada unjuk kebolehan bermain lagu dan manuver formasi gerakan serta memadukan berbagai unsur alat tiup atau trompet dan perkusi,” ujarnya.

Menurut Apri Sugiarto marching band dengan tema budaya melayu dilakukan sebagai pelestarian budaya melayu di Sumut. “Dalam marching band ini harus ada salah satu lagu wajib yaitu lagu melayu. Para peserta juga mengenakan atribut baju melayu. Nantinya ada juga apresiasi kostum terbaik bagi grub dram band yang menggunakan kostum melayu lengkap,” terangnya.

Sambungnya, saat ini, budaya melayu di kalangan anak muda sudah mulai berkurang. “Artinya budaya asli kita mulai terkikis seiring masuknya budaya dari luar. Untuk itulah marching band dengan tema melayu ini dilakukan sebagai wadah untuk mningkatkan prestasi dram band di Sumut sekaligus melestarikan budaya melayu,” jelasnya.

PDBI sendiri, katanya setiap 3 bulan sekali mengadakan kegiatan kejuaraan. “Bahkan PDBI juga pernah meraih prestasi marching band di tingkat nasional dengan mendapat 1 medali emas 1 perak dan 1 perunggu dalam PON ke-17 2008 di Kaltim. Selain itu pernah mengikuti kejuaraan Internasional di Malaysia 2009 dan 2010 di Kuala Lumpur meraih juara 3 dalam Malaysia Wold Band Compatition,” bebernya. (far)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/