Site icon SumutPos

Dua Anggota Fraksi Partai Demokrat Medan Saling Bantah

Debat-Ilustrasi
Debat-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pertengkaran dua anggota DPRD Sumut fraksi Partai Demokrat, Mustofawiyah Sitompul dan Guntur Manurung memasuki babak baru. Setelah saling tuding, kini keduanya malah saling bantah terlibat kasus uang suap.

Saat ditemui wartawan, Mustofawiyah yang juga menjabat Ketua Komisi D DPRD Sumut itu mengaku dirinya tidak melakukan apa yang dituduhkan Guntur. Menurutnya apa yang terjadi usai sidang paripurna tersebut, berawal dari interupsi dirinya soal wacana pembentukan pansus Danau Toba terkait kelestarian alam sekitar danau. Pansus itu berdasarkan hasil rekomendasi rapat dengar pendapat (RDP) gabungan Komisi A B dan D dengan Balai Lingkungan Hidup Sumut, beberapa waktu lalu. Namun interupsinya disanggah oleh anggota dewan yang lain termasuk Guntur.

“Dia (Guntur) lebih dulu berkata kasar dan memaki-maki saya. Tetapi saya diam saja, karena sejak lama saya sudah menganggap dia seperti anak-anak. Saya tidak pernah takut menghadapi dia,” ujar Mutofawiyah kepada wartawan, Selasa (9/6).

Dirinya bahkan menyebutkan pertengkaran itu adalah sudah terjadi tiga kali. Namun karena menurutnya hal tersebut tidak perlu direspon, maka ia memilih diam. Sekalipun diakuinya banyak anggota dewan lain yang mempertanyakan dan menyayangkan kejadian tersebut. Sebab sebagai wakil rakyat yang terhormat, tidak seharusnya menunjukkan sikap kurang etis tersebut.

“Ini terkait soal institusi. Dia (Guntur) udah tiga kali ngajak saya berantam. Jadi ini yang keempat kali. Tapi saya tidak mau meladeni yang seperti itu. Itupun jadi heboh, banyak yang menelepon saya,” katanya. Mustofawiyah juga mengaku siap dipanggil fraksi atau pimpinan partai Demokrat Sumut. Ia akan mengklarifikasi kejadian tersebut. Sebab menurutnya, apa yang dituduhkan kepadanya tidak benar. “Ini saya serahkan fraksi dan DPD. Silahkan (fraksi) ambil sikap, saya siap mengklarifikasi,” sebutnya.

Sementara Guntur Manurung justru menyesalkan pernyataan rekan sesama fraksinya itu yang terkesan menuding ada unsur kesengajaan membatalkan rencana pembentukan panitia khusus pansus Danau Toba DPRD Sumut tahun 2015.

“Tidak benar rencana pembatalan Pansus Danau Toba berasal dari saya, tetapi ditunda. Itupun berasal dari rekomendasi hasil rapat kerja Badan Musyawarah,” ujar Guntur.

Dirinya juga menyesalkan tuduhan yang disampaikan Mustofawiyah seolah-olah ada nuansa gratifikasi dibalik wacana penundaan Pansus Danau Toba DPRD Sumut tersebut. Ia juga membantah tudingan yang menyebutkan dirinya telah menerima sejumlah uang untuk menyetujui keputusan rapat paripurna Laporan Keuangan dan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Sumut tahun 2014.

“Saya tidak pernah menerima uang yang dituduhkan oleh Mustofawiyah,” ujarnya. Terkait tudingan itu, dirinya menegaskan siap melakukan klarifikasi melalui rapat internal Fraksi Partai Demokrat maupun Badan Kehormatan DPRD (BKD) Sumut. Ia justru menilai bahwa Ketua Komisi D itu kurang menjunjung tinggi etika dan semangat kekompakan, baik antar sesama anggota fraksi maupun dengan legislator lain. “Saya juga selalu mendengar keluhan kawan-kawan di DPRD Sumut yang merasa ‘kurang nyaman’ dengan tingkah polah Mustofawiyah,” tambahnya.

Terkait pertikaian anggota, Wakil Ketua Fraksi Demokrat DPRD Sumut mengatakan jika pihaknya menyerahkan penyelesaian kepada pimpinan partai. Sebab kejadian yang memalukan nama partai itu telah mereka laporkan kepada pimpinan DPD Demokrat Sumut. “Itu kan emosi mereka saja, kurang menahan diri. Tetapi itupun sudah kita laporkan ke Ketua Partai,” sebutnya. Sementara Sekretaris fraksi Demokrat DPRD Sumut Sopar Siburian mengatakan, kedua wakil rakyat tersebut akan segera dipanggil untuk dimintai klarifikasi agar masalah ini bisa selesai. Menurutnya, baik Guntur maupun Mustofawiyah merupakan kader yang baik.

Sehingga pihaknya menilai persoalan ini akan diselesaikan di internal partai atau fraksi. “Mereka akan dipanggil Pimpinan Partai Demokrat Sumut,” sebutnya. Pun begitu, terkait dugaan pelanggaran kode etik sebagai anggota dewan, Sopar mengaku pihaknya menyerahkan hal tersebut kepada BKD DPRD Sumut. Jika dianggap perlu diteruskan, maka masalah yang terjadi tergantung internal DPRD Sumut. “Kalau memang BKD menganggap ini diselesaikan secara internal di fraksi, maka hanya sampai dikita saja prosesnya,” katanya.

Sekedar mengingatkan, diduga karena pembagian uang tak merata, Mustofawiyah dan Guntur nyaris duel usai sidang paripurna, Senin (8/6) siang. Dari pernyataan keduanya, muncul kalimat yang menyinggung soal uang. Dimana antara keduanya saling menuding telah terlibat masalah uang dan membuat suasana di gedung paripurna riuh. Setelah sidang ditutup, Guntur tiba-tiba mengeluarkan kalimat bernada menuntut pengembalian uang pada Mustofawiyah. “Mana uang kami, kembalikan. Sudah sering kali kau kayak gitu. Biar kubongkar semua,” teriak Guntur pada Mustofawiyah.

Mendengar kalimat tersebut, Mustofawiyah tak mau kalah. Ia pun melontarkan kalimat bernada hampir sama dengan kolega sepertainya itu. Ia pun menyebutkan jumlah uang untuk dikembalikan oleh Guntur. “Kau balekkan (kembalikan) uang lima puluh juta itu,” kata Mustofawiyah membalas. Melihat kegaduhan tersebut, sejumlah anggota dewan yang berada di dalam gedung berupaya menahan keduanya agar tidak saing mendekat. Termasuk Sekretaris DPRD Sumut Randiman Tarigan yang berada di depan langsung mengejar dan berusaha menengahi.

Namun tetap saja Guntur dan Mustofawiyah terus mengeluarkan kata-kata saling menantang satu sama lain. Percekcokan keduanya pun tidak berhenti sampai disitu saja. Di depan pintu lift lantai II gedung DPRD Sumut, Guntur kembali mendatangi Mustofawiyah yang berjalan menuju ruang Komisi D. Melihat itu, Randiman kembali berupaya memisahkan keduanya dengan sedikit kewalahan.

Info yang dihimpun dari sumber di DPRD Sumut, perkelahian Guntur dan Mustofawiyah rupanya dipicu soal pembagian uang yang tak merata. Uang tersebut berasal dari Pemprov Sumut untuk ‘pengamanan’ rapat paripurna yang membahas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Sumut, beberapa waktu lalu, tak dibagikan secara merata kepada seluruh anggota Fraksi Demokrat. Adu mulut soal uang tersebut pun menjadi tontonan anggota DPRD Sumut lainnya dan pengunjung sidang tersebut. Untungnya beberapa kali upaya saling pukul berhasil dilerai sejumlah anggota dewan lainnya. (bal/deo)

Exit mobile version