30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

PDIP Tuntaskan Fit & Proper Test

MEDAN- Tim seleksi balon Gubsu Dewan Pengurus Daerah (DPD) PDIP Sumut menuntaskan tahap awal seleksi bakal calon (balon) Gubsu periode 2013-2018 dengan menggelar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap HT Nuradi di Kantor DPD PDIP Sumut di Jalan Hayam Wuruk, Medan, Senin (9/7).

Bupati Sergai ini tercatat sebagai pendaftar terakhir yang diuji oleh tim seleksi menyusul lima balon sebelumnya yakni DR RE Nainggolan, Syahrul Effendi Siregar yang mendaftar sebagai balon Wagubsu, Bintatar Hutabarat, Benny Pasaribu, dan Gus Irawan.

Ketua DPD PDIP Sumut, Panda Nababan, kepada wartawan, Senin (9/7), mengungkapkan, sehabis fit and proper test, tim seleksi daerah segera menyusun tabulasi nilai untuk dikirimkan kepada pengurus pusat di Jakarta. Mekanisme ini sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) yang diterbitkan DPP tentang proses penjaringan balon kepala daerah.

Seluruh hasil penilaian tim seleksi daerah itu nantinya dipelajari kembali oleh pengurus pusat. Jika ada dari hasil penilaian itu yang dinilai kurang memuaskan, pengurus pusat berhak memanggil satu atau seluruh balon ke Jakarta untuk diwawancara ulang.

‘’Itu sah-sah saja dilakukan, dan biasanya memang seperti itu. Saya pernah mengalami sewaktu duduk sebagai pengurus DPP. Kami panggil balon kepala daerah itu ke Jakarta bila ada yang ingin ditanyakan lebih rinci,’’ tukasnya.

Panda mengingatkan proses seleksi di daerah senantiasa menjadi pertimbangan utama pengurus pusat dalam memutuskan siapa balon yang layak diusung oleh partai moncong putih tersebut.

“Di Jakarta ada satu tahapan lagi yaitu survei independen untuk melihat elektabilitas (tingkat keterpilihan, Red) nama-nama yang dikirimkan itu,” tukasnya.

Sementara, terkait fit and proper test yang dilakukan di PDIP, sejumlah balon menyatakan pendapatnya. DR RE Nainggolan, misalnya, memuji pelaksanaan fit and proper test yang dilakukan oleh PDIP sebagai terobosan baru dalam pembelajaran demokarasi di Indonesia. Mantan Sekdaprovsu ini mengapreasiasi mekanisme penjaringan balon yang dilakukan PDIP, dan mengaku tidak menemukannya di partai-partai politik yang lain.

‘’Fit and proper test ini langkah maju dalam mencari pemimpin. Saya puji cara ini. Kami sebagai balon merasa tersanjung karena ditanyai mendetail motivasi, dan visi-misi ingin memimpin Sumut ini. Jadi metode penjaringan calon pemimpin yang dilakukan PDIP bisa menghapus image buruk yang melekat ke parpol selama ini. Katanya parpol itu cuma tempat ‘beli’ perahu. Hemat saya PDIP cerdas menangkap keresahan masyarakat dan membalik opini atas tradisi demokrasi yang salah itu,’’ katanya.

Ditanyai apa yang ditanyakan kepada dirinya saat fit and proper test, awal pekan silam, RE mengatakan, dia banyak menjelaskan strateginya memecahkan kemandegan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Sumut. Salah satu langkah strategisnya adalah memulihkan perekonomian lewat infrastruktur dengan program North Sumatera Incorporation.

‘’Wah, saya kaget juga. Fit and proper test di PDIP itu belum pernah saya temukan sebelumnya. Malah lebih seru dibandingkan sidang disertasi saat saya meraih gelar doktor,’’ katanya.

Terpisah, Gus Irawan yang juga diuji oleh tim seleksi PDIP pada akhir pekan lalu, mengatakan, dirinya memiliki target mengurangi jumlah kemiskinan di Sumut dalam tiga tahun.
Langkah yang dilakukannya adalah optimaliasasi penyaluran dana bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu lewat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mantan Dirut PT Bank Sumut ini menyiapkan anggaran pengentasan itu dari 20 persen dana bantuan sosial (Bansos) di APBD Sumut.
“Saya lihat ada Dana Bansos di APBD Rp900 miliar per tahun, nantinya Rp200 miliar bisa dialokasikan bagi masyarakat miskin dengan skema pinjaman bergulir,” ujarnya.
Dengan mengalokasikan masing-masing Rp1 juta melalui  skema pinjaman bergulir diyakini setiap tahun ada 600 ribu orang masyarakat miskin yang akan naik tingkat. Selama tiga tahun pula jumlah yang naik tingkat itu bisa mencapai 1,8 juta orang. Jumlah ini sudah mengentaskan jumlah masyarakat miskin di Sumut sekitar 1,49 juta orang.
Gus menyatakan skema itu pernah dilakukannya dalam dunia perbankan yang ditekuninya selama 22 tahun. Selain pengentasan kemiskinan, dia mengaku ditanyai program pendidikan dan komitmen dalam penyelesaian masalah tanah di Sumut.
Menjawab sejumlah pertanyaan itu, Gus optimistis tingkat perekonomian masyarakat akan meningkat dengan mencarikan solusi terbaik dari setiap masalah yang muncul. Dia mengatakan pendekatan ekonomi kerakyatan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat Sumut menjadi faktor penting.
“Soal tanah, saya akui masalahnya sangat kompleks dan bisa menjadi bom waktu jika dibiarkan berlarut-larut. Bagi saya menuntaskan soal ini harus lebih dulu menginventarisir masalahnya untuk kemudian didiskusikan oleh para pihak yang berkompeten. Jadi ada solusi terbaik yang bisa dihasilkan semua pihak,” pungkasnya. (ari/ril)

MEDAN- Tim seleksi balon Gubsu Dewan Pengurus Daerah (DPD) PDIP Sumut menuntaskan tahap awal seleksi bakal calon (balon) Gubsu periode 2013-2018 dengan menggelar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap HT Nuradi di Kantor DPD PDIP Sumut di Jalan Hayam Wuruk, Medan, Senin (9/7).

Bupati Sergai ini tercatat sebagai pendaftar terakhir yang diuji oleh tim seleksi menyusul lima balon sebelumnya yakni DR RE Nainggolan, Syahrul Effendi Siregar yang mendaftar sebagai balon Wagubsu, Bintatar Hutabarat, Benny Pasaribu, dan Gus Irawan.

Ketua DPD PDIP Sumut, Panda Nababan, kepada wartawan, Senin (9/7), mengungkapkan, sehabis fit and proper test, tim seleksi daerah segera menyusun tabulasi nilai untuk dikirimkan kepada pengurus pusat di Jakarta. Mekanisme ini sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) yang diterbitkan DPP tentang proses penjaringan balon kepala daerah.

Seluruh hasil penilaian tim seleksi daerah itu nantinya dipelajari kembali oleh pengurus pusat. Jika ada dari hasil penilaian itu yang dinilai kurang memuaskan, pengurus pusat berhak memanggil satu atau seluruh balon ke Jakarta untuk diwawancara ulang.

‘’Itu sah-sah saja dilakukan, dan biasanya memang seperti itu. Saya pernah mengalami sewaktu duduk sebagai pengurus DPP. Kami panggil balon kepala daerah itu ke Jakarta bila ada yang ingin ditanyakan lebih rinci,’’ tukasnya.

Panda mengingatkan proses seleksi di daerah senantiasa menjadi pertimbangan utama pengurus pusat dalam memutuskan siapa balon yang layak diusung oleh partai moncong putih tersebut.

“Di Jakarta ada satu tahapan lagi yaitu survei independen untuk melihat elektabilitas (tingkat keterpilihan, Red) nama-nama yang dikirimkan itu,” tukasnya.

Sementara, terkait fit and proper test yang dilakukan di PDIP, sejumlah balon menyatakan pendapatnya. DR RE Nainggolan, misalnya, memuji pelaksanaan fit and proper test yang dilakukan oleh PDIP sebagai terobosan baru dalam pembelajaran demokarasi di Indonesia. Mantan Sekdaprovsu ini mengapreasiasi mekanisme penjaringan balon yang dilakukan PDIP, dan mengaku tidak menemukannya di partai-partai politik yang lain.

‘’Fit and proper test ini langkah maju dalam mencari pemimpin. Saya puji cara ini. Kami sebagai balon merasa tersanjung karena ditanyai mendetail motivasi, dan visi-misi ingin memimpin Sumut ini. Jadi metode penjaringan calon pemimpin yang dilakukan PDIP bisa menghapus image buruk yang melekat ke parpol selama ini. Katanya parpol itu cuma tempat ‘beli’ perahu. Hemat saya PDIP cerdas menangkap keresahan masyarakat dan membalik opini atas tradisi demokrasi yang salah itu,’’ katanya.

Ditanyai apa yang ditanyakan kepada dirinya saat fit and proper test, awal pekan silam, RE mengatakan, dia banyak menjelaskan strateginya memecahkan kemandegan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Sumut. Salah satu langkah strategisnya adalah memulihkan perekonomian lewat infrastruktur dengan program North Sumatera Incorporation.

‘’Wah, saya kaget juga. Fit and proper test di PDIP itu belum pernah saya temukan sebelumnya. Malah lebih seru dibandingkan sidang disertasi saat saya meraih gelar doktor,’’ katanya.

Terpisah, Gus Irawan yang juga diuji oleh tim seleksi PDIP pada akhir pekan lalu, mengatakan, dirinya memiliki target mengurangi jumlah kemiskinan di Sumut dalam tiga tahun.
Langkah yang dilakukannya adalah optimaliasasi penyaluran dana bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu lewat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mantan Dirut PT Bank Sumut ini menyiapkan anggaran pengentasan itu dari 20 persen dana bantuan sosial (Bansos) di APBD Sumut.
“Saya lihat ada Dana Bansos di APBD Rp900 miliar per tahun, nantinya Rp200 miliar bisa dialokasikan bagi masyarakat miskin dengan skema pinjaman bergulir,” ujarnya.
Dengan mengalokasikan masing-masing Rp1 juta melalui  skema pinjaman bergulir diyakini setiap tahun ada 600 ribu orang masyarakat miskin yang akan naik tingkat. Selama tiga tahun pula jumlah yang naik tingkat itu bisa mencapai 1,8 juta orang. Jumlah ini sudah mengentaskan jumlah masyarakat miskin di Sumut sekitar 1,49 juta orang.
Gus menyatakan skema itu pernah dilakukannya dalam dunia perbankan yang ditekuninya selama 22 tahun. Selain pengentasan kemiskinan, dia mengaku ditanyai program pendidikan dan komitmen dalam penyelesaian masalah tanah di Sumut.
Menjawab sejumlah pertanyaan itu, Gus optimistis tingkat perekonomian masyarakat akan meningkat dengan mencarikan solusi terbaik dari setiap masalah yang muncul. Dia mengatakan pendekatan ekonomi kerakyatan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat Sumut menjadi faktor penting.
“Soal tanah, saya akui masalahnya sangat kompleks dan bisa menjadi bom waktu jika dibiarkan berlarut-larut. Bagi saya menuntaskan soal ini harus lebih dulu menginventarisir masalahnya untuk kemudian didiskusikan oleh para pihak yang berkompeten. Jadi ada solusi terbaik yang bisa dihasilkan semua pihak,” pungkasnya. (ari/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/