MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selama masa pandemi, negara-negara menghadapi ketidakpastian (uncertainty). Selama vaksin belum ditemukan, maka negara- negara dunia menghadapi dua persoalan sekaligus yang sangat sulit yaitu kemanusian dan ekonomi.
Upaya negara-negara di dunia untuk mengatasi wabah yang dengan cepat menyebar luas tersebut terpaksa juga mengorbankan perekonomian.
Untuk Indonesia, Presiden Jokowi juga secara tegas memberikan arahan percepatan penanganan pandemi Covid-19, termasuk dengan melakukan refocusing anggaran. Refocusing dilakukan untuk meningkatkan peran masyarakat dan pemerintah agar bangsa tetap survive dan tumbuh berkembang dalam pola hidup baru.
Pernyataan ini disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) USU, Dr Muryanto Amin dalam webinar memperingati Dies Natalies ke-56 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi, Senin (9/11).
“Refocusing diarahkan untuk menundan
atau membatalkan kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak lagi relevan atau tidak dalam koridor
prioritas yang tidak dapat dilakukan pada periode darurat untuk direalokasi,” ucap Muryanto dalam webinar bertema ‘Menavigasi Refocusing Kebijakan Pemerintahan di Era New Normal’.
Program refocusing ini, kata Muryanto, memberikan dampak di tengah masyarakat dan pemerintah. Dampak yang diberikan antara lain dampak sosial, dampak kultural, dampak stimulus dan dampak di layanan publik.
Secara kultural, program ini menumbuhkan kebersamaan atau gotong-royong dan sensitivitas sesama. “Membuktikan runtuhnya ke-aku-an dan kuatnya ke-kita-an. Transformasi dari saya ke kami menjadi kita,” jelas Muryanto.
Sedangkan dampak sosial, program yang diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung ini menjadi penting untuk meningkatkan daya beli masyarakat di masa pandemi. “Refocusing juga memberikan stimulus Masyarakat agar Bergotong Royong,” sambung Muryanto.
Sementara, dampak bagi pelayanan publik, pemerintah menjadikan krisis ini untuk memperbaiki layanan terbaiknya. “Stimulus yang diberikan perlu akuntabilitas,” sebut Sekretaris Fordekiss (Forum Dekan Ilmu-ilmu Sosial) itu.
Muryanto melanjutkan, refocusing anggaran yang dilakukan pada tahun 2020 ini juga memberikan pelajaran bagi negara untuk merancang program stimulus bagi masyarakat terdampak Covid-19 ataupun yang selamat dengan cara share to another. “Kita berada pada situasi ketidakpastian, namun para pemimpin harus mengambil tindakan tegas untuk memastikan organisasi mereka tangguh,” tandasnya.
Selain Muryanto Amin, webinar itu juga menghadirkan Dr Bernhard E Rondonuwu SSos MSi (Pjs Walikota Banjarbaru), Dr Teguh Yuwono MPol Admin (Pakar Kebijakan Publik Universitas Diponegoro) dan Dr Drs Michael Mamentu MA (Kepala Pusat Studi ASEAN LPPM Unsrat) sebagai pembicara. (ris/ila)