April hujan bakal terjadi di Kota Medan dan seluruh daerah di Sumut. “Intensitas hujan gerimis hingga deras diprediksi terjadi sampai akhir April,” kata Kepala Data dan Informasi BMKG Wilayah I Stasiun Bandara Polonia Medan, Hartanto, Senin (9/4).
Menurutnya, potensi turunnya hujan hampir terjadi di seluruh wilayah Sumatera Utara, khususnya di wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat.
“Potensi hujan 25-50 milimeter per harinya. Hujannya turun mulai dari siang hingga malam harinya. Sedangkan untuk pagi potensinya sangat kecil,” katanya.
Hartanto menyebutkan, daerah di Sumut juga rawan longsor meliputi Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan Mandailing Natal.
“Untuk daerah Pantai Barat yang rawan longsor itu Karo, Simalungun dan Dairi. Kepada warga yang berada di daerah pegunungan agar tetap waspada,” terangnya.
Hartanto juga menyebutkan, berpotensi angin puting beliug. “Daerah yang berpotensi angin puting beliung Medan, Langkat, Binjai, Sergai, Tebing Tinggi dan daerah-daerah yang berada di sekitar perbukitan dan pegunungan.
Bagaimana kecepatan angin? “Kecepatan lebih dari 40 knot (km/jam) dan itu sudah masuk kategori besar,” tegasnya.
Untuk jarak penerbangan, Hartanto mengaku, jarak pandang sejauh ini masih aman. “Jarak pandang 3 km dan cuaca buruk terjadi siang dan sore harinya saat awan berkumpul menjadi gumpalan-gumpalan hujan,” pungkasnya.
Hartanto meminta kepada warga agar waspada dengan genangan air saat hujan turun karena ini bisa menyebabkan banjir.
“Kepada warga agar memperhatikan selokan. Jika ini dibiarkan bisa menyebabkan banjir,” pungkasnya. Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Pardomuan Gultom mengatakan Medan akan tetap menjadi wilayah yang selalu dilanda banjir meskipun ada perencanaan pembangunan Bendungan Lau Simeme.
“Bendungan Lau Simeme adalah solusi pengentasan banjir di Kota Medan dan sekitarnya. Namun, sampai saat ini masih terkendala dalam pembebasan lahan, sehingga konstruksi belum bisa dilaksanakan,” ungkapnya, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi D DPRD Sumut dengan BWSS II, di Gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol Medan, Senin (9/4).
Pada kesempatan itu, Pardomuan Gultom sempat mengibaratkan, penanganan banjir di Kota Medan seperti baju tanpa lengan. maksudnya adalah berbagai upaya telah dilakukan, namun belum seluruhnya bisa terlaksana, sehingga pengentasan banjir di Kota Medan dan sekitarnya belum maksimal.
Untuk itu, sambungnya, pihaknya membutuhkan dukungan semua pihak di jajaran Pemprovsu, termasuk anggota dewan untuk segera merealisasikan pembangunan bendungan tersebut.
Karena itu, katanya, pembebasan lahan harus disegerakan untuk kemudian dilakukan langkah-langkah selanjutnya terhadap pembangunan bendungan senilai Rp1,4 triliun tersebut.
“Pemerintah pusat menyatakan komit untuk merealisasikan Bendungan Lau Simeme yang akan menjadi waduk pertama di Sumut. Namun, tanpa ada upaya serius dari daerah, khususnya dalam pembebasan lahan, maka sulit melaksanakan tindaklanjutnya,” ungkapnya.
Anggota Komisi D DPRD Sumut, Fadly Nurzal menyatakan, agar BWSS II segera merealiasikan pembangunan bendungan tersebut. Sebab, katanya, jika itu bisa menjadi solusi semua pihak tentu siap mendukung untuk kepentingan masyarakat banyak. “Itu rencananya sudah lama, jadi harus segera direaliasikan,” tegasnya.
Komisi D DPRD Sumut dalam salah satu kesimpulannya pun menyepakati untuk mempercepat realisasi Bendungan Lau Simeme. Untuk itu, akan diintensifkan koordinasi ke depan terkait segala sesuatunya dalam upaya percepatan tersebut.(ari/jon)