25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Selamat dari Aksi Penggorokan Ayah Kandung

MEDAN- Peristiwa penggorokan yang dialami Ibnu Anwar (13) oleh ayah kandungnya sendiri, Julham Efendi Siregar (37) warga Jalan Sei Serayu, Medan, menyebabkan Ibnu harus dirawat itensif di Rumah Sakit. Akibat kejadian itu, korban diperkirakan akan mengalami Post Traumatik Stres Disaster (PTSD) atau gangguan stres .

PTSD atau gangguan stres ini memang biasa dialami oleh orang yang selamat dari bencana atau pembunuhan. Hal ini disampaikan oleh Psikolog, Irna Minauli, Rabu (10/4). “Dia akan mengalami seperti mimpi buruk, ada flash back. Seperti nonton film, korban akan merasa seperti diteror akan kejadian-kejadian yang membuat dia ketakutan,” kata Irna.

Dari segi kognitif sendiri, sambungnya, korban mengalami penurunan konsentrasi. Kalau dia sedang dalam tahap pendidikan, kemungkinan gampang menjadi lupa, mudah tersinggung, sedih, dan marah. Bahkan kalau tidak ditangani dengan baik, korban akan mengalami depresi, terjadinya gangguan tidur (Insomnia), takut tidur dan seperti mengalami teror malam.

“Memang korban harus ditangani dengan baik, karena korban bisa mengalami depresi, apalagi kalau terbangun tengah malam pasti pikirannya penuh dengan ketakutan,” ujarnya.

Untuk mengembalikan seperti kondisi awal, lanjutnya, korban harus diterapi maksimal selama 6 bulan. “Selain psikolog, untuk mengembalikan kondisi awalnya, korban juga harus mendapat dukungan  dari lingkungan, keluarga, guru, dan teman-temannya, hingga membuat dia lebih percaya diri,” katanya.

Sehingga, lanjut Irna, keluarga harus berperan untuk memberi perhatian khusus kepada korban. “Kesimpulannya, dia akan mengalami depresi jika tidak ditangani dengan baik dan mudah emosional. Jadi keluarga harus memberi perhatian khusus disini,” ujarnya. (mag-13)

MEDAN- Peristiwa penggorokan yang dialami Ibnu Anwar (13) oleh ayah kandungnya sendiri, Julham Efendi Siregar (37) warga Jalan Sei Serayu, Medan, menyebabkan Ibnu harus dirawat itensif di Rumah Sakit. Akibat kejadian itu, korban diperkirakan akan mengalami Post Traumatik Stres Disaster (PTSD) atau gangguan stres .

PTSD atau gangguan stres ini memang biasa dialami oleh orang yang selamat dari bencana atau pembunuhan. Hal ini disampaikan oleh Psikolog, Irna Minauli, Rabu (10/4). “Dia akan mengalami seperti mimpi buruk, ada flash back. Seperti nonton film, korban akan merasa seperti diteror akan kejadian-kejadian yang membuat dia ketakutan,” kata Irna.

Dari segi kognitif sendiri, sambungnya, korban mengalami penurunan konsentrasi. Kalau dia sedang dalam tahap pendidikan, kemungkinan gampang menjadi lupa, mudah tersinggung, sedih, dan marah. Bahkan kalau tidak ditangani dengan baik, korban akan mengalami depresi, terjadinya gangguan tidur (Insomnia), takut tidur dan seperti mengalami teror malam.

“Memang korban harus ditangani dengan baik, karena korban bisa mengalami depresi, apalagi kalau terbangun tengah malam pasti pikirannya penuh dengan ketakutan,” ujarnya.

Untuk mengembalikan seperti kondisi awal, lanjutnya, korban harus diterapi maksimal selama 6 bulan. “Selain psikolog, untuk mengembalikan kondisi awalnya, korban juga harus mendapat dukungan  dari lingkungan, keluarga, guru, dan teman-temannya, hingga membuat dia lebih percaya diri,” katanya.

Sehingga, lanjut Irna, keluarga harus berperan untuk memberi perhatian khusus kepada korban. “Kesimpulannya, dia akan mengalami depresi jika tidak ditangani dengan baik dan mudah emosional. Jadi keluarga harus memberi perhatian khusus disini,” ujarnya. (mag-13)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/