MEDAN-Lagi, kebakaran terjadi di seputaran Jalan AR Hakim Medan. Kemarin, kebakaran melanda Lorong Jaya dan Gang Aman. Ini berarti sudah ada tiga kebakaran dalam enam bulan terakhir. Pada kebakaran pertama terjadi pada Senin (6/2) lalu. Kejadiannya di Gang Bakung dan Gang Tanjung Kelurahan Tegalsari Mandala I, Kecamatan Medan Denai. Peristiwa itu memusnahkan 88 rumah dan 124 kepala keluarga kehilangan tempat tinggaln
Selang 13 hari, tepatnya Minggu (19/2) lalu, giliran rumah di Gang Seto yang terbakar. Di lokasi ini ada 18 rumah yang ludes.
Kemarin, 18 rumah ludes di Lorong Jaya dan Gang Aman yang masuk dalam Lingkungan V, Keluruhan Tegalsari Mandala II, Kecamatan Medan Denai.
Dari 18 rumah itu, 15 rumah berada di Lorong jaya dan 3 rumah lainnya yang ada di Gang Aman. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah lebih.
Keterangan yang dihimpun di lokasi, kebakaran terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Saksi mata menyebutkan, api berasal dari rumah no 24 yang ada di Lorong Jaya. Akibat kencangnya tiupan angin, api dengan cepat merambat ke rumah-rumah yang ada di sekitarnya. “Sekitar jam empat sore api sudah terlihat. Api berasal dari rumah bagian tengah,” ujar Ucok, warga yang tinggal sekitar di lokasi sekitar.
Melihat api semakin membesar, warga yang tinggal beberapa meter dari lokasi berusaha menyelamatkan barang-barang mereka. Namun, bagi warga yang rumahnya terbakar, mereka hanya pasrah dan tak bisa berbuat banyak. Beberapa warga menangis, setelah mengetahui rumahnya terbakar.
Warga kemudian berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Sekitar setengah jam kemudian, sekitar 24 mobil pemadam kebakaran diturunkan ke lokasi. Petugas pemadam bekerja ekstrakeras untuk memadamkan api karena ada beberapa rumah yang ditinggal pemiliknya. Beberapa rumah pun akhirnya dibongkar, untuk mengantisipasi api semakin membesar. Pemadam juga terlihat bekerja memadamkan api dari Gang Bakung; kawasan yang terpisah parit dengan Gang Aman.
Seorang petugas pemadam mengatakan api sulit dipadamkan. “Dalam rumah-rumah yang terbakar oksigen sudah habis. Itu membuat api sulit dipadamkan,” ujarnya.
Dua jam bekerja, akhirnya api sepenuhnya berhasil dipadamkan. Sepanjang Jalan AR Hakim, sempat mengalami kemacetan akibat kejadian ini.
Meskipun tak tahu secara pasti datangnya asal api, namun sejumlah warga berpendapat api berasal dari rumah seorang warga penjual air tahu yang berada tepat di ujung lorong Jati atau tepatnya rumah bernonor 24.
Sayangnya argumen tersebut tak cukup kuat untuk dibuktikan, Pasalnya tak ada seorang warga yang mengenal secara pasti pemilik rumah tersebut. “Ada yang bilang api berasal dari rumah penjual air tahu. Kalau gak salah dia baru setahun tinggal di sini, tapi saya gak tau namanya,”ucap Aciang menirukan pendapat warga yang lain.
Meifina pun Bersujud Syukur
Maifina (46), pemilik rumah no 28 yang ada di Lorong Jaya, sujud syukur setelah mengetahui, rumahnya tidak ikut terbakar dalam peristiwa itu (lihat grafis rumah terbakar). “Padahal rumah saya berada situ juga, tapi tidak ikut terbakar. Ini suatu mukzijat untuk saya,” ujarnya.
Dikatakannya, sebelum kebakaran, dia baru saja keluar dari rumah dan berencana menghadiri pesta pernikahan. “Saya tadi mau menghadiri pesta. Dengar ada kebakaran, saya langsung pulang. Dan beruntung rumah saya tidak ikut terbakar,” ungkapnya di hadapan sejumlah wartawan.
Dari pengakuan Meifina, dari 17 tempat tinggal yang ada di Lorong Jati yakni tempat dirinya berdomisili, ada sekitar dua rumah yang tidak turut terbakar, sementara selebihnya hangus dilalap api.
Kapolresta Medan, Kombes Pol Monang Situmorang yang turun ke lokasi, mengatakan sumber api masih akan diselidiki. “Kami akan koordinasi dengan Labfor Polda untuk menyelidiki penyebab kebakaran. Kalau sejauh ini, belum bisa kita pastikan penyebabnya apa,” ujar Monang.
Pihak kecamatan kemudian membuat 3 posko untuk menampung korban. Masing-masing posko berada di Gang Aman, Lantai II Yuki Plaza dan Kantor Lurah. Polisi juga sudah terlihat memasang Police Line (Garis Polisi) untuk memudahkan penyelidikan. (adl/uma/mag-12)
Harta Saya Tinggal Pakaian di Badan …
Raut kesedihan terpancar jelas dari Sin Chimin (65) salah satu korban. Tak banyak kalimat yang bisa keluar dari bibirnya. Pria paruh baya itu begitu terpukul ketika melihat kondisi rumah yang sebelumnya memiliki dua lantai itu, ternyata telah rata dengan tanahn
hanya dalam hitungan beberapa jam saja.
“Saya gak tau persis asal apinya dari mana. Karena saat itu saya lagi bekerja di luar dan dapat kabarnya dari isteri saya yang saat itu ada di rumah,”ujar pria yang mengaku memiliki kerja mocok-mocok dalam kesehariannya.
Bahkan pria anak dua ini tak tahu berapa jumlah kerugian akibat kebakaran yang telah menghanguskan rumahnya itu. “Udah gak tau lagi jumlahnya berapa, karena harta saya tinggal pakaian yang saya pakai. Karena saat kejadian isteri saya tak sempat menyelamatkan barang-barang dan langsung lari keluar menyelamatkan diri,” sebutnya dengan mata berkaca menahankan kesedihan yang menyelimuti dirinya.
Sin Chimin dibantu sejumlah tetangganya hanya berusaha mengais sisa pembakaran untuk mencari barang-barang yang mungkin bisa dimanfaatkan, atupun ditukarkan dengan sejumlah uang untuk bertahan sesaat.
Kini rumah yang biasa mengisi hari-hari Sin Chimin bersama isteri dan kedua anaknya, hanya menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan. Harapan Shin Chimin, hadirnya sebuah pertolongan baik dari pemerintah ataupun donatur. Setidaknya untuk membangun kediaman agar bisa berlindung dari panas dan hujan.
Hal senada juga disampaikan Aciang (50). Pria paruh baya yang menetap bersama orang tuanya itu hanya bisa mampu melihat kobaran api menghanguskan tempat tinggalnya; hanya sebatas siraman dari sejumlah ember kecil yang dilakukannya dengan harapan besar bisa memadamkan keangkuhan sang api. Namun, lewat usaha keras yang dilakukan, masih tersisa sebahagian materil yang terselamatkan walaupun akhirnya tak bisa lagi digunakan karena keropos. Setidaknya dengan usaha kerasnya itu, rumah yang dimanfaatkan sebagai tempat berdagang bagi keluarganya tetap berdiri di antara sisa-sisa pembakaran.
Sementara itu pantauan di lokasi kebakaran, puluhan mobil pemadam kebakaran berderet rapi menunggu antrean untuk memadamkan kobaran api yang menghiasi angkasa.
Kondisi akses jalan yang sempit serta kerumunan masyarakat yang berkumpul dan menjadikan momen tersebut untuk diabadikan lewat kamera seluler, menambah tingkat kesulitan para pemadam melaksanakan tugasnya.
Setidaknya butuh waktu sekitar dua jam untuk bisa meredakan keganasan api. Atau tepatnya sekitar pukul 18.00 WIB, hanya menyisakan beberapa petugas pemadam yang masih terlihat sibuk mendinginkan sisa bara api yang tertinggal di puing-puing reruntuhan rumah.
Sementara petugas perangkat desa dibantu sejumlah masyarakat lainnya terlihat sibuk mendirikan posko penggalangan bantuan untuk meringankan beban para korban bencana.
Meskipun raut wajah bumi mulai gelap dengan pergantian waktu, tak menyurutkan warga sekitar untuk berkerumun di Lorong Jaya dan Gang Aman, meskipun hanya sebatas menyaksikan tanpa upaya membantu. (uma)