MEDAN- Saling serang antar dua kelompok pemuda terjadi, Sabtu (9/6) malam. Para pemuda dari dua kelompok berbeda, saling lempar batu dan ada juga yang membawa balok serta senjata tajam (Sajam). Lucunya, tawuran itu malah terjadi di belakang Polresta Medan.
Meski tidak ada korban, tapi aksi tawuran di areal Komplek Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) tersebut cukup meresahkan warga sekitar. Aksi tawuran yang berlangsung sekira pukul 21.00 WIB tersebut, sempat memancing perhatian warga komplek.
Iwan (30), warga komplek tersebut menuturkan, tawuran pecah karena puluhan pemuda yang kos diganggu oleh pemuda setempat (PS).
“Anak kos diganggu. Jadi karena tidak senang, akhirnya berkelahi. Pertamanya hanya satu orang, tapi lama kelamaan jadi tawuran,” katanya.
Untungnya, aksi tawuran itu tidak sempat meluas setelah beberapa orang tua dan Kepala Lingkungan (Kepling) setempat turun tangan untuk melerai.
Ratih (42), warga setempat lainnya merasa cemas jika nantinya terjadi aksi tawuran susulan. “Takut kami kalau tawuran lagi,” ujarnya.
Sementara itu, pada saat aksi tengah berlangsung terlihat petugas dari Kepolisian Sektor (Polsek) Medan Timur turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan pengamanann
“Kita sudah menempatkan personel untuk menghindari aksi tawuran susulan,” kata Kapolsek Medan Timur, Komisaris Polisi (Kompol) Fatar Silalahi.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nursariani Simatupang SH MHum, menilai aksi tawuran yang terjadi di sekitaran kantor polisi mencerminkan, jika masyarakat tidak percaya lagi dengan penegak hukum di Sumut. Terlebih lagi, akhir-akhir ini banyak petugas kepolisian yang terlibat tindak kriminal.
“Sekarang ini kita lihat tidak hanya masyarakat umum yang melakukan kejahatan dan anggota polisi juga ada. Tapi bukan hanya takut dan hargai tapi tidak percaya lagi terhadap hukum. Nah, kalau mau dibenahi dan harus dilakukan bagaimana caranya persefsi masyarakat terhadap polisi. Artinya benahi dulu polisi baru masyarakat,” ujar Sariani, Minggu (10/6).(ari)
Kelompok Pemuda Tawuran di Belakang Polresta Medan
MEDAN- Saling serang antar dua kelompok pemuda terjadi, Sabtu (9/6) malam. Para pemuda dari dua kelompok berbeda, saling lempar batu dan ada juga yang membawa balok serta senjata tajam (Sajam). Lucunya, tawuran itu malah terjadi di belakang Polresta Medan.
Meski tidak ada korban, tapi aksi tawuran di areal Komplek Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) tersebut cukup meresahkan warga sekitar. Aksi tawuran yang berlangsung sekira pukul 21.00 WIB tersebut, sempat memancing perhatian warga komplek.
Iwan (30), warga komplek tersebut menuturkan, tawuran pecah karena puluhan pemuda yang kos diganggu oleh pemuda setempat (PS).
“Anak kos diganggu. Jadi karena tidak senang, akhirnya berkelahi. Pertamanya hanya satu orang, tapi lama kelamaan jadi tawuran,” katanya.
Untungnya, aksi tawuran itu tidak sempat meluas setelah beberapa orang tua dan Kepala Lingkungan (Kepling) setempat turun tangan untuk melerai.
Ratih (42), warga setempat lainnya merasa cemas jika nantinya terjadi aksi tawuran susulan. “Takut kami kalau tawuran lagi,” ujarnya.
Sementara itu, pada saat aksi tengah berlangsung terlihat petugas dari Kepolisian Sektor (Polsek) Medan Timur turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan pengamanann
“Kita sudah menempatkan personel untuk menghindari aksi tawuran susulan,” kata Kapolsek Medan Timur, Komisaris Polisi (Kompol) Fatar Silalahi.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU), Nursariani Simatupang SH MHum, menilai aksi tawuran yang terjadi di sekitaran kantor polisi mencerminkan, jika masyarakat tidak percaya lagi dengan penegak hukum di Sumut. Terlebih lagi, akhir-akhir ini banyak petugas kepolisian yang terlibat tindak kriminal.
“Sekarang ini kita lihat tidak hanya masyarakat umum yang melakukan kejahatan dan anggota polisi juga ada. Tapi bukan hanya takut dan hargai tapi tidak percaya lagi terhadap hukum. Nah, kalau mau dibenahi dan harus dilakukan bagaimana caranya persefsi masyarakat terhadap polisi. Artinya benahi dulu polisi baru masyarakat,” ujar Sariani, Minggu (10/6).(ari)