MEDAN, SUMUTPOS.CO–Para nelayan di Sumatera Utara tak bisa melaut karena kabut asap yang masih menyelimuti. Mereka tak berani menjalankan profesinya karena masih menggunakan peralatan manual.
Gara-gara tak bisa melaut, penghasilan para nelayan juga turun drastis. Bahkan, banyak dari para nelayan yang kini sudah tak punya penghasilan.n
Hal itu tentu menimbulkan keprihatinan tersendiri.
“Gara- gara kabut asap mereka tidak bisa melaut, sehingga banyak yang istirahat menunggu cuaca cerah kembali,” kata Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara (Sumut) Pendi Pohan seperti dilansir dari MedanBagus.com (Grup RMOL), Sabtu (10/10).
Pendi pun sadar dengan situasi dilema yang tengah dialami para nelayan tersebut. “Bagaimana mau turun kalau sedang kabut asap, daripada nyawa taruhannya. Kalaupun mereka turun tidak berani terlalu jauh,” tegas Pendi.
Sementara itu di tempat terpisah, puluhan massa yang tergabung di Kelompok Diskusi Mahasiswa (KDM) UMSU menggelar aksi damai yang menuntut pemerintah untuk sigap menanggulangi bencana asap. Selain berorasi, puluhan mahasiswa tadi juga membagikan masker kepada pengendara sepeda motor.
Kordinator aksi, Arif menilai jika pemerintah sangat lambat menangani masalah kabut asap. “Kami minta pemerintah untuk sigap menanggulangi bencana asap. Bantuan asing sah-sah saja, tapi jangan ada unsur kepentingan politik,” ujar mahasiswa semester 5 Fakultas Ekonomi UMSU ini, Sabtu (10/10).
“Sampai detik ini, terjadinya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap disebabkan ulah manusia. Akibatnya, terjadi polusi udara yang membahayakan masyarakat, khususnya anak-anak dan balita,” timpal Kordinator Lapangan, M Ali Zulfikar.
Pada kesempatan itu para mahasiswa juga meminta pemerintah untuk menangkap dalang dari pembakaran hutan yang menyebabkan terjadinya kabut asap. (ted/ije)