26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Punya Sejarah Besar dan Panjang, Kemendikbud Buru Arsip Film di Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direktur Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ahmad Mahendra mengungkapkan, pihaknya memburu arsip film di Sumatera Utara Ini mengingat sejarah besar dan panjang Sumut, dalam dunia perfilman nasional.

FOTO BERSAMA: Wagubsu bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan, foto bersama di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud.istimewa/sumutpos.
FOTO BERSAMA: Wagubsu bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan, foto bersama di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud.istimewa/sumu tpos.

Pihaknya, kata dia, saat ini sedang melakukan pemetaan dan pengarsipan terutama tentang film. Dokumentasi adalah upaya pemajuan kebudayaan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Oleh sebab itu arsip sangat penting. Sumut adalah daerah pertama yang didatangi oleh Direktorat PMMB.

Menurutnya, Sumut merupakan daerah di luar Jakarta yang memiliki sejarah luar biasa mengenai perfilman. “Untuk itu kita memburu (arsip film) pertama ke Sumut. Jadi kami harap arsip itu yang ingin kita lihat, didata sebagai arsip nasional karena punya sejarah penting di Sumut terutama film seluloid,” ujar Ahmad saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah di Rumah Dinas Wagubsu, Jl. Tengku Daud Medan, Senin (9/11).

Ahmad menyebut, bioskop yang pertama kali berdiri di Sumut adalah Bioskop De Oranje pada 1889. Bioskop ini berdiri 4 tahun setelah pemutaran film pertama di dunia dilakukan di Prancis pada 1895 oleh Lumiere bersaudara. De Oranje adalah awal mula sejarah perfilman Sumut dimulai. Setelah De Oranje berdiri, bioskop lain bermunculan, misalnya Rex Bioskop yang gedungnya masih berdiri di Jalan MT Haryono. “Ini pentingnya mengembalikan cerita kekuatan budaya yang ada di daerah tersebut, maka itu penting. Kalau masyarakat memiliki arsip film sangat penting sekali untuk disampaikan,” ujar dia.

Wagubsu, Musa Rajekshah mendukung upaya pengarsipan film Sumut oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud ini. Apalagi perfilman Sumut merupakan sejarah yang besar dan panjang, sehingga upaya pengarsipan perlu dan penting dilakukan.”Sumut punya sejarah perfilman yang panjang, termasuk punya banyak bioskop dan film dari sini,” katanya.

Arsip perfilman seperti pita film atau naskah film yang dibuat di Sumut ini, menurutnya, perlu didata dan didokumentasikan. Sehingga seluruh masyarakat mengetahui sejarah perfilman yang sangat panjang dan besar di Sumut.

Karenanya dia juga mengimbau masyarakat yang memiliki dokumentasi film seperti pita film (seluloid) atau skrip untuk menghubungi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut, agar didata dan diarsipkan.

“Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat yang ada di Sumut, bagi yang menyimpan atau memiliki dokumentasi perfilman atau skrip film di masa lalu, itu tolong hubungi kami (pemprov) melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut,” kata pria yang akrab disapa Ijeck itu.

Pemprov Sumut, lanjut Ijeck, memiliki aset berupa gedung bekas Bioskop Rex di Jalan MT Haryono Medan. Bekas gedung bioskop yang mulai berdiri pada 1918 tersebut perlu diketahui oleh masyarakat lintas generasi, sebagai pertanda bahwa perfilman Sumut pernah berjaya pada masanya.

Mengenai museum, Ijeck mengatakan Pemprovsu sedang merenovasi Museum Negeri di Jalan HM Joni Medan. “Penting museum ini. Jadi kemana pun orang datang pasti mencari museum. Museum ini harus bisa bercerita bagaimana budaya yang ada, selain tempat wisata, bisa tempat edukasi anak-anak kita juga,” ujarnya.

Senafas dengan Wagubsu, Ketua Umum Yayasan Sinema Manuproject Productions Indonesia, Manu Ginting dalam kesempatan itu mengatakan, Sumut memiliki sejarah perfilman yang besar. Sumut sempat memilliki ratusan bioskop pada masanya. Juga sempat memiliki banyak perusahaan atau studio yang memproduksi film.

Salah satunya film ‘Setulus Hatimu’ yang mengantarkan Tanty Yosepha berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran wanita terbaik pada 1973. Menurutnya, saat itu pemerintah daerah berperan untuk kemajuan film. Marah Halim, Gubernur Sumut saat itu, pernah mendorong terbangunnya Studio Film Sunggal. Turut hadir mendampingi Wagubsu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut, Halen Purba. (prn)

Teks foto

DIABADIKAN: Wagubsu Musa Rajekshah bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan diabadikan usai beraudiensi di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud Medan, Senin (9/11). IST

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direktur Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ahmad Mahendra mengungkapkan, pihaknya memburu arsip film di Sumatera Utara Ini mengingat sejarah besar dan panjang Sumut, dalam dunia perfilman nasional.

FOTO BERSAMA: Wagubsu bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan, foto bersama di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud.istimewa/sumutpos.
FOTO BERSAMA: Wagubsu bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan, foto bersama di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud.istimewa/sumu tpos.

Pihaknya, kata dia, saat ini sedang melakukan pemetaan dan pengarsipan terutama tentang film. Dokumentasi adalah upaya pemajuan kebudayaan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Oleh sebab itu arsip sangat penting. Sumut adalah daerah pertama yang didatangi oleh Direktorat PMMB.

Menurutnya, Sumut merupakan daerah di luar Jakarta yang memiliki sejarah luar biasa mengenai perfilman. “Untuk itu kita memburu (arsip film) pertama ke Sumut. Jadi kami harap arsip itu yang ingin kita lihat, didata sebagai arsip nasional karena punya sejarah penting di Sumut terutama film seluloid,” ujar Ahmad saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah di Rumah Dinas Wagubsu, Jl. Tengku Daud Medan, Senin (9/11).

Ahmad menyebut, bioskop yang pertama kali berdiri di Sumut adalah Bioskop De Oranje pada 1889. Bioskop ini berdiri 4 tahun setelah pemutaran film pertama di dunia dilakukan di Prancis pada 1895 oleh Lumiere bersaudara. De Oranje adalah awal mula sejarah perfilman Sumut dimulai. Setelah De Oranje berdiri, bioskop lain bermunculan, misalnya Rex Bioskop yang gedungnya masih berdiri di Jalan MT Haryono. “Ini pentingnya mengembalikan cerita kekuatan budaya yang ada di daerah tersebut, maka itu penting. Kalau masyarakat memiliki arsip film sangat penting sekali untuk disampaikan,” ujar dia.

Wagubsu, Musa Rajekshah mendukung upaya pengarsipan film Sumut oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud ini. Apalagi perfilman Sumut merupakan sejarah yang besar dan panjang, sehingga upaya pengarsipan perlu dan penting dilakukan.”Sumut punya sejarah perfilman yang panjang, termasuk punya banyak bioskop dan film dari sini,” katanya.

Arsip perfilman seperti pita film atau naskah film yang dibuat di Sumut ini, menurutnya, perlu didata dan didokumentasikan. Sehingga seluruh masyarakat mengetahui sejarah perfilman yang sangat panjang dan besar di Sumut.

Karenanya dia juga mengimbau masyarakat yang memiliki dokumentasi film seperti pita film (seluloid) atau skrip untuk menghubungi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut, agar didata dan diarsipkan.

“Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat yang ada di Sumut, bagi yang menyimpan atau memiliki dokumentasi perfilman atau skrip film di masa lalu, itu tolong hubungi kami (pemprov) melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut,” kata pria yang akrab disapa Ijeck itu.

Pemprov Sumut, lanjut Ijeck, memiliki aset berupa gedung bekas Bioskop Rex di Jalan MT Haryono Medan. Bekas gedung bioskop yang mulai berdiri pada 1918 tersebut perlu diketahui oleh masyarakat lintas generasi, sebagai pertanda bahwa perfilman Sumut pernah berjaya pada masanya.

Mengenai museum, Ijeck mengatakan Pemprovsu sedang merenovasi Museum Negeri di Jalan HM Joni Medan. “Penting museum ini. Jadi kemana pun orang datang pasti mencari museum. Museum ini harus bisa bercerita bagaimana budaya yang ada, selain tempat wisata, bisa tempat edukasi anak-anak kita juga,” ujarnya.

Senafas dengan Wagubsu, Ketua Umum Yayasan Sinema Manuproject Productions Indonesia, Manu Ginting dalam kesempatan itu mengatakan, Sumut memiliki sejarah perfilman yang besar. Sumut sempat memilliki ratusan bioskop pada masanya. Juga sempat memiliki banyak perusahaan atau studio yang memproduksi film.

Salah satunya film ‘Setulus Hatimu’ yang mengantarkan Tanty Yosepha berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran wanita terbaik pada 1973. Menurutnya, saat itu pemerintah daerah berperan untuk kemajuan film. Marah Halim, Gubernur Sumut saat itu, pernah mendorong terbangunnya Studio Film Sunggal. Turut hadir mendampingi Wagubsu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut, Halen Purba. (prn)

Teks foto

DIABADIKAN: Wagubsu Musa Rajekshah bersama Direktur Perfilman Musik dan Media Baru pada Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra beserta rombongan diabadikan usai beraudiensi di Rumah Dinas Wagubsu Jalan Teuku Daud Medan, Senin (9/11). IST

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/