30 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Geliat Perekonomian Ringroad

Awalnya Hanya Sebagai Jalur Alternatif

Ibarat pepatah, di mana ada gula, di situ  ada semut. Demikianlah perkembangan kawasan Ring Road – Setia Budi Medan saat ini.  Kawasan Ring Road (lingkar luar) yang awal pembangunannya diorientasikan sebagai jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di inti kota,  kini mengalami perkembangan yang luar biasa.

Ring road telah menjadi kawasan bisnis yang dinilai cukup strategis. Bagaimana dinamika perkembangan kawasan ini ?

Walaupun master plannya hanya menjadi outer ring road, yakni sebagai jalan alternatif, sesuai pula dengan RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota, Red), tapi kenyataannya sekarang kawasan ini telah menjadi kawasan bisnis. Ribuan ruko dengan berbagai jenis usahapun bermunculan.  Mulai dari kuliner, properti dan sebagainya. Alhasil, harga tanah dan sewa ruko di kawasan Ring Road ini terus menanjak naik. Terutama mulai dari Jalan Ngumban Surbakti, perempatan lampu merah Setia Budi, Jalan Ring Road Arteri, Gagak Hitam, sampai menuju Jalan Asrama Helvetia Pondok Kelapa.

Jika sewa ruko di tahun 2005 saat itu masih Rp4 juta per tahun, namun sekarang di tahun  2013 sewa ruko mencapai Rp40 hingga Rp50 juta per tahunnya. Demikian juga harga tanah. Saat ini mencapai Rp 3,5 juta per meter.
Pengamat Ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen Medan, Parulian Simanjuntak mengatakan bahwa Ring Road merupakan salah satu pembuktian dengan adanya ekonomi terbuka yang membuat suatu daerah menjadi berkembang.
“Sebagai daerah yang dulunya sepi, kini kawasan Ring Road menjadi hidup dan berkembang. Bahkan, berbagai fasilitas tersedia disini,” ujarnya.

Terbukanya ekonomi di daerah ini dapat dilihat mulai dari banyaknya pembangunan, seperti rumah, ruko, gedung kantoran, dan lainnya. “Bayangkan harga tanah didaerah ini pada awal tahun 2000an hingga sekarang ini,” tambahnya.
Dekan Ekonomi di Nommensen ini juga menambahkan, letak Ring Road ini cukup strategis untuk dicapai masyarakat dari sekitar Medan pinggiran Utara maupun yang dari luar daerah. Karena, bila dibandingkan dengan tengah Kota Medan, maka ring road akan lebih mudah dan cepat dijangkau. Daerah ini, sambungnya juga memiliki infrastruktur yang bagus dan bisa dikatakan lengkap. Misalnya, daerahnya masih bagus aspalnya, sehingga bagus untuk transportasi. Daerah yang luas, sehingga bagus untuk perparkiran. Serta, berada di sebuah jalan alternatif. “Jalan alternatif ini yang membuat daerah ini jadi menarik.” tambahnya.

“Pendapat saya tentang kawasan industri ini, bisa menjadi awal untuk klasteran usaha. Misalnya, usaha kuliner di ring road. Usaha travel di jalan mana, dan lainnya. Hanya saja, untuk klasteran ini dibutuhkan rancangan tata kota,” tutupnya. (omi/ram)

Dirintis oleh Para Pedagang Kaki Lima

Bagi sebagian orang penasaran tentang awal mula berdirinya kawasan binis baru Ring Road.  Royianto yang merupakan salah satu warga yang lama tinggal di Gang Mustafa Jalan Setia Budi Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang kepada Sumut Pos, Jumat (11/1)  menceritakan kisah awal pembuatan Jalan Ring Road. Dimana, pada tahun 2000 lalu Jalan Ringroad belum ada. Sehingga, saat itu yang ada, hanya tanah sawah dengan dataran rendah. Kemudian, di pertengahan tahun 2000 lalu, barulah  Pemerintah Kota Medan dimasa kepimpinan Maulan Pohon melakukan pembebesan tanah warga senilai Rp175 ribu per meter.

Setelah dilakukan pembebasan tanah warga dimulai dari Jalan Simpang Pos sampai Jalan Pondok Kelapa. Pihak Pemko Medan mulai melakukan pengerjaan Jalan Ring Road tahun 2004. Semasa melakukan pekerjaan di jalan Ring Road itu, disitu pulalah bermunculan para pedagang kaki lima menjajakan jualannya seperti es dan somay dengan becak.

Pria yang kerap disapa Iyan itu mengatakan bahwa di pertengahan tahun 2005 mulailah Jalan Ring Road itu dibuka. Tapi, sayang setelah dibukanya Jalan Ring Road, para pedagang kaki lima yang berjualan mulai tergusur satu persatu dengan banyaknya pembangunan ruko yang akan dikembangkan.

“Seingat saya pembangunan ruko saat itu hanya sekitar 10 unit saja dulu. Kemudiann dari sepuluh unit itu sampai sekarang terus berkembang,”katanya. Setelah pembangunan ruko selesai dilakukan, sambung Iyan yang telah berusia 60 tahun itu, mulailah usaha-usaha seperti kuliner terbuka di Jalan Ring Road.

“Pada tahun 2005 lalu usaha kuliner pertama ayam penyet,”ucapnya Nah, untuk sewa ruko di tahun 2005 saat itu masih Rp4 juta per tahun. Namun, sekarang di tahun  2013 sewa ruko mencapai Rp40 hingga 50 juta per tahunnya.
“Sungguh maju sekali perkembangan perekonomian di Jalan Ring Road ini,”katanya.

Warga lainnya, Jono juga tak ingin ketinggilan menceritakan sejarah Jalan Ring Road. Dia mengatakan sebelum Ring Road dibangun,  jalanan sangat gelap. Semenjak Ring Road dibuka, mulai bermunculan usaha kuliner.   Hampir 80 persen usaha yang buka di Jalan Ring Road ini adalah usaha kuliner,”kata warga yang tinggal di Jalan Setia Budi ini.

Sementara itu Camat Medan Selayang Zulfakhri Ahmadi, S.Sos mengkuai kalau usaha yang banyak di Jalan Ring Road adalah kuliner. Sebab, Jalan Ring Road itu merupakan jalan lingkar yang kerap dilalui para kenderaan.
“Tentunya sembari jalan. Pengen  mencicipi kuliner yang menarik ,’’ bilangnya.  (omi)

Awalnya Hanya Sebagai Jalur Alternatif

Ibarat pepatah, di mana ada gula, di situ  ada semut. Demikianlah perkembangan kawasan Ring Road – Setia Budi Medan saat ini.  Kawasan Ring Road (lingkar luar) yang awal pembangunannya diorientasikan sebagai jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di inti kota,  kini mengalami perkembangan yang luar biasa.

Ring road telah menjadi kawasan bisnis yang dinilai cukup strategis. Bagaimana dinamika perkembangan kawasan ini ?

Walaupun master plannya hanya menjadi outer ring road, yakni sebagai jalan alternatif, sesuai pula dengan RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota, Red), tapi kenyataannya sekarang kawasan ini telah menjadi kawasan bisnis. Ribuan ruko dengan berbagai jenis usahapun bermunculan.  Mulai dari kuliner, properti dan sebagainya. Alhasil, harga tanah dan sewa ruko di kawasan Ring Road ini terus menanjak naik. Terutama mulai dari Jalan Ngumban Surbakti, perempatan lampu merah Setia Budi, Jalan Ring Road Arteri, Gagak Hitam, sampai menuju Jalan Asrama Helvetia Pondok Kelapa.

Jika sewa ruko di tahun 2005 saat itu masih Rp4 juta per tahun, namun sekarang di tahun  2013 sewa ruko mencapai Rp40 hingga Rp50 juta per tahunnya. Demikian juga harga tanah. Saat ini mencapai Rp 3,5 juta per meter.
Pengamat Ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen Medan, Parulian Simanjuntak mengatakan bahwa Ring Road merupakan salah satu pembuktian dengan adanya ekonomi terbuka yang membuat suatu daerah menjadi berkembang.
“Sebagai daerah yang dulunya sepi, kini kawasan Ring Road menjadi hidup dan berkembang. Bahkan, berbagai fasilitas tersedia disini,” ujarnya.

Terbukanya ekonomi di daerah ini dapat dilihat mulai dari banyaknya pembangunan, seperti rumah, ruko, gedung kantoran, dan lainnya. “Bayangkan harga tanah didaerah ini pada awal tahun 2000an hingga sekarang ini,” tambahnya.
Dekan Ekonomi di Nommensen ini juga menambahkan, letak Ring Road ini cukup strategis untuk dicapai masyarakat dari sekitar Medan pinggiran Utara maupun yang dari luar daerah. Karena, bila dibandingkan dengan tengah Kota Medan, maka ring road akan lebih mudah dan cepat dijangkau. Daerah ini, sambungnya juga memiliki infrastruktur yang bagus dan bisa dikatakan lengkap. Misalnya, daerahnya masih bagus aspalnya, sehingga bagus untuk transportasi. Daerah yang luas, sehingga bagus untuk perparkiran. Serta, berada di sebuah jalan alternatif. “Jalan alternatif ini yang membuat daerah ini jadi menarik.” tambahnya.

“Pendapat saya tentang kawasan industri ini, bisa menjadi awal untuk klasteran usaha. Misalnya, usaha kuliner di ring road. Usaha travel di jalan mana, dan lainnya. Hanya saja, untuk klasteran ini dibutuhkan rancangan tata kota,” tutupnya. (omi/ram)

Dirintis oleh Para Pedagang Kaki Lima

Bagi sebagian orang penasaran tentang awal mula berdirinya kawasan binis baru Ring Road.  Royianto yang merupakan salah satu warga yang lama tinggal di Gang Mustafa Jalan Setia Budi Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang kepada Sumut Pos, Jumat (11/1)  menceritakan kisah awal pembuatan Jalan Ring Road. Dimana, pada tahun 2000 lalu Jalan Ringroad belum ada. Sehingga, saat itu yang ada, hanya tanah sawah dengan dataran rendah. Kemudian, di pertengahan tahun 2000 lalu, barulah  Pemerintah Kota Medan dimasa kepimpinan Maulan Pohon melakukan pembebesan tanah warga senilai Rp175 ribu per meter.

Setelah dilakukan pembebasan tanah warga dimulai dari Jalan Simpang Pos sampai Jalan Pondok Kelapa. Pihak Pemko Medan mulai melakukan pengerjaan Jalan Ring Road tahun 2004. Semasa melakukan pekerjaan di jalan Ring Road itu, disitu pulalah bermunculan para pedagang kaki lima menjajakan jualannya seperti es dan somay dengan becak.

Pria yang kerap disapa Iyan itu mengatakan bahwa di pertengahan tahun 2005 mulailah Jalan Ring Road itu dibuka. Tapi, sayang setelah dibukanya Jalan Ring Road, para pedagang kaki lima yang berjualan mulai tergusur satu persatu dengan banyaknya pembangunan ruko yang akan dikembangkan.

“Seingat saya pembangunan ruko saat itu hanya sekitar 10 unit saja dulu. Kemudiann dari sepuluh unit itu sampai sekarang terus berkembang,”katanya. Setelah pembangunan ruko selesai dilakukan, sambung Iyan yang telah berusia 60 tahun itu, mulailah usaha-usaha seperti kuliner terbuka di Jalan Ring Road.

“Pada tahun 2005 lalu usaha kuliner pertama ayam penyet,”ucapnya Nah, untuk sewa ruko di tahun 2005 saat itu masih Rp4 juta per tahun. Namun, sekarang di tahun  2013 sewa ruko mencapai Rp40 hingga 50 juta per tahunnya.
“Sungguh maju sekali perkembangan perekonomian di Jalan Ring Road ini,”katanya.

Warga lainnya, Jono juga tak ingin ketinggilan menceritakan sejarah Jalan Ring Road. Dia mengatakan sebelum Ring Road dibangun,  jalanan sangat gelap. Semenjak Ring Road dibuka, mulai bermunculan usaha kuliner.   Hampir 80 persen usaha yang buka di Jalan Ring Road ini adalah usaha kuliner,”kata warga yang tinggal di Jalan Setia Budi ini.

Sementara itu Camat Medan Selayang Zulfakhri Ahmadi, S.Sos mengkuai kalau usaha yang banyak di Jalan Ring Road adalah kuliner. Sebab, Jalan Ring Road itu merupakan jalan lingkar yang kerap dilalui para kenderaan.
“Tentunya sembari jalan. Pengen  mencicipi kuliner yang menarik ,’’ bilangnya.  (omi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/