Warung Pintar Pondok Pisang
Begitu banyak jajanan kuliner di Medan dengan kreasi-kreasi baru yang memanjakan lidah. Namun tak banyak pula yang peduli mengedukasi pengunjung. Tapi Warung Pintar Pondok Pisang justru menawarkan pisang rujak dengan bacaan buku gratis untuk mengedukasi pengunjungnya.
DONI HERMAWAN-Medan
Begitu memasuki Warung Pintar Pondok Pisang, terlihat setandan pisang dipajangkan. Gratis dan bebas diambil. Tapi ada pisang lain yang menjadi menu andalan pondok pisang. Olahan pisang dengan bumbu rujak bisa didapatkan hanya dengan merogoh kocek Rp5000. “Kenapa namanya pondok pisang, karena produk utamanya ada pisang rujak. Ini menu temuan baru saya dan bisa dibilang pertama di Medan. Saya juga suka pisang dan tentunya kuliner. Kalau jalan-jalan ke kota lain pasti saya cari kulinernya. Pondok pisang juga ebih simpel disebut dan gampang diingat,” kata Maskur Abdullah, Owner Pondok Pisang di warungnya Jalan Tempuling no. 130 Medan kemarin.
Menu makanan yang ditawarkan beragam. Jajanan lainnya bisa didapatkan mulai harga Rp2000 hingga Rp8000. Pondok Pisang tidak hanya menawarkan makanan dengan harga terjangkau, tapi juga keunikan lainnya ada pada sajian buku-buku di rak kanan. Ada semacam ruang baca dengan meja panjang di tengahnya untuk membaca. Untuk yang ini, label gratis.
Ada sekitar 3000 buku di warung bacaan itu. Dari beragam genre, mulai dari bacaan ilmiah, novel, majalah hingga komik. Karena itu warung buku ini kerap diserbu anak-anak. “Buku-buku itu bisa dibaca sepuasnya. Lebih nikmat sambil makan pisang rujak. Kalau yang baca banyak, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Biasanya kalau anak-anak pun saya bimbing bacaannya,” bebernya.
Karena itu warung ini dilabeli Warung Pintar. Lantas apa tujuan Maskur? Pria berusia 49 tahun ini ternyata prihatin dengan minimnya minat baca saat ini, terutama anak-anak. “Saya mantan guru di Sidempuan. Saya prihatin anak-anak kurang tertarik baca buku. Dulu, puluhan buku sudah saya baca semasa SMA. Terus saya menganggap perlu diedukasi juga masyarakat. Awalnya masyarakat mungkin gak tertarik, hanya sebatas lihat-lihat. Kunjungan kedua mulai tertarik,” ujar pria yang juga Owner Pinbis itu.
Pondok Pisang hadir sejak 1 November lalu. Sejatinya, tahun 2007 Maskur sudah hadir meski belum dengan konsep seperti saat ini. “Waktu itu masih belum terlalu serius menggarapnya. Warungnya pun masih pakai tepas. Produknya hanya satu sate ikan juga dengan bacaan gratis. Sempat vakum dua tahun lalu launching lagi dua bulan lalu dengan konsep baru. Saya bicarakan ini dengan kawan saya, Sofyan Tan. Dia mau bantu sumbangkan buku,” ujarnya.
Konsep dengan sajian buku ini sebenarnya bukan hal baru bagi Maskur. Sewaktu masih sekolah dulu ia sudah membuat taman bacaan. “Saya kuliah dulu juga banyak dibantu dari situ,” jelasnya.
Maskur mengaku, cukup banyak yang ingin menyumbang bukunya. Namun dia belum mau menampung semuanya. “Ada juga yang datang mau menyumbang buku. Tapi tidak bisa ditampung semuanya. Sekarang belum karena merawat buku bukan hal yang gampang,” jelasnya.
Warung ini juga sering dijadikan tempat diskusi dan ruang-ruang rapat bagi para mahasiswa. Maskur tidak memungut biaya. Namun tercetus idenya untuk membuat sebuah ruang rapat yang disewakan lengkap dengan LCD. “Disini sering dibuat tempat diskusi. Terutama anak-anak mahasiswa. Baru-baru ini juga digelar Forum diskusi UKM. Bayangkan, ruangan penuh. Sekarang masih bebas. Nanti setelah kita siapkan ruang rapat rencananya akan disewakan 150 ribu untuk 3 jam,” bebernya.
Pondok Pisang hadir setiap hari kecuali Jumat. Dari pukul 11.00 WIB sampai 00.00 WIB, para pengunjung bisa menyantap sajian dengan bacaan buku gratis. Maskur juga bersedia menjadi tempat konseling. “Saya sering konsultasi juga dengan konsumen. Ada konsumen ngobrol-ngobrol soal bisnis saya mau meladeni,” pungkasnya. Ayo, siapa mau coba datang ke Warung Pintar Pondok Pisang? Nikmati menu sambil baca buku gratis. (*)