30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dari Artis Jane Fonda hingga Pebasket Dennis Rodman

Selebriti dan politisi menghuni dua dunia yang berbeda. Tapi, dalam beberapa peristiwa, dua komunitas tidak sama itu bisa bersatu. Biasanya mereka bertemu dalam kampanye atau aksi sosial.

DUTA: Pebasket Dennis Rodman berpose bersama Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, Rabu (8/1) lalu di Pyongyang.//AFP PHOTO/KCNA via KNS
DUTA: Pebasket Dennis Rodman berpose bersama Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, Rabu (8/1) lalu di Pyongyang.//AFP PHOTO/KCNA via KNS

Begitupun Tapi komentar negatif membanjir bila selebriti berhubungan dengan politisi dari negeri-negeri konflik nan sadis. Seperti yang dipamerkan pebasket Dennis Keith Rodman dan Kim Jong-un belum lama ini.

Tak lagi menjadi pemain basket profesional, tidak membuat Rodman lenyap dari sorot kamera. Tanpa baju basket dan bola karet berwarna oranye pun, pria 52 tahun itu masih menyedot perhatian publik. Yang terbaru adalah pertemanannya dengan Jong-un yang menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut). Awal pekan ini Rodman menginjakkan kaki untuk kali keempat di Korut dalam misi pertemanan.

Media Amerika Serikat (AS) mengkritik kunjungan Rodman ke Korut dan menjulukinya sebagai Big Bang in Pyongyang. Tapi, lelaki yang gemar merajah tubuhnya dan mengganti-ganti warna rambutnya itu bergeming. Dia tetap melawat ke Korut demi bertemu teman yang dia klaim sebagai sahabat seumur hidup. Apalagi, dia mengusung misi istimewa dalam kunjungannya kali ini. Yakni, merayakan ulang tahun Jong-un.

“Saya tidak peduli pada pendapat Anda,” bentak Rodman saat Chris Coumo, pemandu program New Day, di CNN menanyakan lawatan keempatnya ke Korut. Dengan tampang berang, pemain basket berjuluk The Worm itu lantas berlalu. Rabu lalu (8/1) bersama tim yang sengaja dia boyong dari Negeri Paman Sam, Rodman menyuguhkan permainan basket apik sebagai kado ulang tahun Jong-un.

Di lapangan Rodman juga menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ untuk putra sulung mendiang Kim Jong-il yang berulang tahun ke-31 tersebut. Jong-un yang sempat mengenyam pendidikan di Swiss itu memang penggila basket. Saat masih menjadi pelajar, dia merupakan salah satu fans Chicago Bulls. Dan, Rodman merupakan salah satu atlet yang dia kagumi.

Rodman menyebut lawatan kontroversialnya awal pekan lalu sebagai diplomasi basket. Meski mengaku tidak mengusung misi politik, lelaki kelahiran Kota Trenton, Mercer County, Negara Bagian New Jersey, itu tidak munafik jika kunjungannya bisa membuka pintu dialog dua negara. Pada 1971, atlet pingpong AS berkunjung ke Tiongkok dan tahun berikutnya ganti Presiden Richard Nixon yang melawat ke Tiongkok.

Sebenarnya, selain Rodman, sejumlah tokoh publik AS pernah melakukan aksi serupa. Berkunjung ke negara yang hubungan diplomatiknya tidak baik dengan Washington dan kemudian menuai kecaman, bukan baru sekali ini terjadi. Pada 1970-an, bintang film Jane Fonda menjadi bulan-bulanan karena foto kontroversialnya di Kota Hanoi, Vietnam.

Selama sekitar 40 tahun, Fonda terpaksa hidup dalam ketidaknyamanan. Sebab, pose rileksnya yang duduk di atas meriam menuai kecaman publik. Dalam surat resminya, perempuan 76 tahun itu menjelaskan bahwa dirinya tidak sengaja menduduki meriam Vietnam tersebut. Dia juga menyesalkan foto kontroversial yang membuatnya tampak berseberangan dengan Washington itu.

Melengkapi foto tersebut, Fonda juga melakukan wawancara dengan radio Vietnam tentang perang yang menghadapkan AS dan Vietnam pada dua kubu berbeda. Dalam kesempatan itu dia banyak mengkritik kebijakan perang AS yang berlawanan dengan pemahamannya tentang perdamaian dunia. Komentar-komentar itulah yang lantas menjadikan Fonda “musuh” AS.

Awal pekan ini Rodman juga sempat memancing amarah publik Negeri Paman Sam. Sebab, dalam jumpa pers, dia terkesan menyalahkan Kenneth Bae, warga AS yang kini menjalani hukuman kerja keras di Pyongyang tanpa alasan jelas. “Anda tidak tahu apa yang dia perbuat di sini. Bisa jadi, dia memang pantas menerima semua itu,” kata mantan kekasih Madonna tersebut.

Belakangan, Rodman minta maaf atas komentar kasarnya tentang Bae. Dia mengaku berada dalam pengaruh alkohol saat menggelar jumpa pers tersebut. Dia juga tidak bermaksud menyudutkan Bae maupun AS dalam kasus tersebut. Tapi, dia juga tidak berpihak pada Jong-un terkait hukuman terhadap Bae tersebut. Dia lantas menolak berkomentar lebih lanjut.

Pada era 2000-an, beberapa penyanyi internasional asal AS terlibat dalam konser musik yang didanai diktator. Salah satunya mendiang pemimpin Libya Muammar Kadhafi. Pada Februari 2011, tiga penyanyi tenar AS bernyanyi untuk tokoh berjuluk ‘Brotherly Leader’ tersebut. Beyonce, Usher, dan Mariah Carey tampil dalam konser pribadi untuk menghibur Kadhafi dan keluarganya.

Begitu laporan soal konser diktator itu tersebar, tiga penyanyi itu langsung bereaksi. Mereka mengaku tidak tahu jika pemakai jasa mereka adalah Kadhafi. Mereka juga tidak paham jika uang yang dipakai untuk membayar mereka berasal dari tangan pemimpin tiran tersebut. Maka, Beyonce bersama Usher dan Carey pun ramai-ramai mendonasikan bayaran mereka untuk aksi sosial.

Langkah yang sama dilakukan Jennifer Lopez setelah kedapatan hadir dalam konser pribadi Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov. Saat itu dia malah sempat menyanyikan lagu Happy Birthday dan mengucapkan harapan-harapan baik bagi presiden represif tersebut. Sekitar dua bulan kemudian, Lopez minta maaf atas aksinya. Dia juga mengaku tidak mengetahui latar belakang sang presiden.

Senin lalu (6/1) kolumnis NBA Peter Vecsey mengomentari kunjungan Rodman dan rekan-rekannya. Menurut dia, The Worm dan enam temannya “Kenny Anderson, Cliff Robinson, Vin Baker, Craig Hodges, Doug Christie, dan Charles D. Smith” hanya berorientasi pada bayaran. Uang. “Mereka mendapatkan uang. Saya yakin, itulah yang melandasi seluruh rangkaian kejadian ini,” tandasnya. (cnn/tia/jpnn/val)

Selebriti dan politisi menghuni dua dunia yang berbeda. Tapi, dalam beberapa peristiwa, dua komunitas tidak sama itu bisa bersatu. Biasanya mereka bertemu dalam kampanye atau aksi sosial.

DUTA: Pebasket Dennis Rodman berpose bersama Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, Rabu (8/1) lalu di Pyongyang.//AFP PHOTO/KCNA via KNS
DUTA: Pebasket Dennis Rodman berpose bersama Presiden Korea Utara Kim Jong-Un, Rabu (8/1) lalu di Pyongyang.//AFP PHOTO/KCNA via KNS

Begitupun Tapi komentar negatif membanjir bila selebriti berhubungan dengan politisi dari negeri-negeri konflik nan sadis. Seperti yang dipamerkan pebasket Dennis Keith Rodman dan Kim Jong-un belum lama ini.

Tak lagi menjadi pemain basket profesional, tidak membuat Rodman lenyap dari sorot kamera. Tanpa baju basket dan bola karet berwarna oranye pun, pria 52 tahun itu masih menyedot perhatian publik. Yang terbaru adalah pertemanannya dengan Jong-un yang menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut). Awal pekan ini Rodman menginjakkan kaki untuk kali keempat di Korut dalam misi pertemanan.

Media Amerika Serikat (AS) mengkritik kunjungan Rodman ke Korut dan menjulukinya sebagai Big Bang in Pyongyang. Tapi, lelaki yang gemar merajah tubuhnya dan mengganti-ganti warna rambutnya itu bergeming. Dia tetap melawat ke Korut demi bertemu teman yang dia klaim sebagai sahabat seumur hidup. Apalagi, dia mengusung misi istimewa dalam kunjungannya kali ini. Yakni, merayakan ulang tahun Jong-un.

“Saya tidak peduli pada pendapat Anda,” bentak Rodman saat Chris Coumo, pemandu program New Day, di CNN menanyakan lawatan keempatnya ke Korut. Dengan tampang berang, pemain basket berjuluk The Worm itu lantas berlalu. Rabu lalu (8/1) bersama tim yang sengaja dia boyong dari Negeri Paman Sam, Rodman menyuguhkan permainan basket apik sebagai kado ulang tahun Jong-un.

Di lapangan Rodman juga menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ untuk putra sulung mendiang Kim Jong-il yang berulang tahun ke-31 tersebut. Jong-un yang sempat mengenyam pendidikan di Swiss itu memang penggila basket. Saat masih menjadi pelajar, dia merupakan salah satu fans Chicago Bulls. Dan, Rodman merupakan salah satu atlet yang dia kagumi.

Rodman menyebut lawatan kontroversialnya awal pekan lalu sebagai diplomasi basket. Meski mengaku tidak mengusung misi politik, lelaki kelahiran Kota Trenton, Mercer County, Negara Bagian New Jersey, itu tidak munafik jika kunjungannya bisa membuka pintu dialog dua negara. Pada 1971, atlet pingpong AS berkunjung ke Tiongkok dan tahun berikutnya ganti Presiden Richard Nixon yang melawat ke Tiongkok.

Sebenarnya, selain Rodman, sejumlah tokoh publik AS pernah melakukan aksi serupa. Berkunjung ke negara yang hubungan diplomatiknya tidak baik dengan Washington dan kemudian menuai kecaman, bukan baru sekali ini terjadi. Pada 1970-an, bintang film Jane Fonda menjadi bulan-bulanan karena foto kontroversialnya di Kota Hanoi, Vietnam.

Selama sekitar 40 tahun, Fonda terpaksa hidup dalam ketidaknyamanan. Sebab, pose rileksnya yang duduk di atas meriam menuai kecaman publik. Dalam surat resminya, perempuan 76 tahun itu menjelaskan bahwa dirinya tidak sengaja menduduki meriam Vietnam tersebut. Dia juga menyesalkan foto kontroversial yang membuatnya tampak berseberangan dengan Washington itu.

Melengkapi foto tersebut, Fonda juga melakukan wawancara dengan radio Vietnam tentang perang yang menghadapkan AS dan Vietnam pada dua kubu berbeda. Dalam kesempatan itu dia banyak mengkritik kebijakan perang AS yang berlawanan dengan pemahamannya tentang perdamaian dunia. Komentar-komentar itulah yang lantas menjadikan Fonda “musuh” AS.

Awal pekan ini Rodman juga sempat memancing amarah publik Negeri Paman Sam. Sebab, dalam jumpa pers, dia terkesan menyalahkan Kenneth Bae, warga AS yang kini menjalani hukuman kerja keras di Pyongyang tanpa alasan jelas. “Anda tidak tahu apa yang dia perbuat di sini. Bisa jadi, dia memang pantas menerima semua itu,” kata mantan kekasih Madonna tersebut.

Belakangan, Rodman minta maaf atas komentar kasarnya tentang Bae. Dia mengaku berada dalam pengaruh alkohol saat menggelar jumpa pers tersebut. Dia juga tidak bermaksud menyudutkan Bae maupun AS dalam kasus tersebut. Tapi, dia juga tidak berpihak pada Jong-un terkait hukuman terhadap Bae tersebut. Dia lantas menolak berkomentar lebih lanjut.

Pada era 2000-an, beberapa penyanyi internasional asal AS terlibat dalam konser musik yang didanai diktator. Salah satunya mendiang pemimpin Libya Muammar Kadhafi. Pada Februari 2011, tiga penyanyi tenar AS bernyanyi untuk tokoh berjuluk ‘Brotherly Leader’ tersebut. Beyonce, Usher, dan Mariah Carey tampil dalam konser pribadi untuk menghibur Kadhafi dan keluarganya.

Begitu laporan soal konser diktator itu tersebar, tiga penyanyi itu langsung bereaksi. Mereka mengaku tidak tahu jika pemakai jasa mereka adalah Kadhafi. Mereka juga tidak paham jika uang yang dipakai untuk membayar mereka berasal dari tangan pemimpin tiran tersebut. Maka, Beyonce bersama Usher dan Carey pun ramai-ramai mendonasikan bayaran mereka untuk aksi sosial.

Langkah yang sama dilakukan Jennifer Lopez setelah kedapatan hadir dalam konser pribadi Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov. Saat itu dia malah sempat menyanyikan lagu Happy Birthday dan mengucapkan harapan-harapan baik bagi presiden represif tersebut. Sekitar dua bulan kemudian, Lopez minta maaf atas aksinya. Dia juga mengaku tidak mengetahui latar belakang sang presiden.

Senin lalu (6/1) kolumnis NBA Peter Vecsey mengomentari kunjungan Rodman dan rekan-rekannya. Menurut dia, The Worm dan enam temannya “Kenny Anderson, Cliff Robinson, Vin Baker, Craig Hodges, Doug Christie, dan Charles D. Smith” hanya berorientasi pada bayaran. Uang. “Mereka mendapatkan uang. Saya yakin, itulah yang melandasi seluruh rangkaian kejadian ini,” tandasnya. (cnn/tia/jpnn/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/