MEDAN- Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumatera Utara, mengharapkan pemerintah dapat menolak dan melakukan pengawasan ketat terhadap gula impor yang masuk ke Sumut. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan harga tebu hasil panen petani.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Sumut, M Taufik Harahap, pada pertengahan Maret lalu, para petani tebu sudah melakukan penggilingan tebu, yang dijual ke PT Perkebunan Nusantara 2 dalam jumlah yang cukup banyak. “Jadi, kalau gula impor masuk lagi dan dalam jumlah yang cukup banyak pula, akan menekan harga gula lokal,” tambah Taufik.
Taufik menjelaskan, saat ini harga gula petani sedang naik antara Rp9.200 hingga Rp9.500 per kilogram, dibanding harga dari musim giling tahun lalu Rp8.500an per kilo. Kenaikan ini disebabkan harga penetapan pabrikan yang mengacu pada pasar internasional dan biaya produksi pada musim giling.
“Kita berharap, agar pemerintah berpihak ke petani. Selain itu, kenaikan harga yang kita terima juga sesuai dengan harga produksi yang juga meningkat, dan beban kredit yang kita tanggung,” ujar Taufik.
Taufik juga memprediksi, pada Agustus mendatang, harga ini juga akan mengalami penurunan, mengingat akan dilakukannya penggilingan tebu diberbagai daerah seperti di Lampung, yang sudah dimulai pada Juni mendatang.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Darwinsyah mengaku, stok gula Sumut cukup aman, sekitar 80 ribu ton meski harga jual sedang naik Rp500 per kilo, menjadi Rp12.500,” ujarnya. (ram)