Beroperasinya Kualanamu International Airport (KNIA) menerbitkan ekspektasi yang tinggi bagi perkembangan ekonomi Sumatera Utara dengan multiplier effectnya. Selain meningkatkan minat investor menanamkan modal, okupansi hotel di Medan diperkirakan meningkat hingga 15 persen.
Bandara Internasional Kualanamu yang direncanakan beroperasi 25 Juli dan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, September mendatang, menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi di Sumatera Utara. Apalagi, posisi Kualanamu di posisikan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat.
“Semakin banyak pengusaha dalam dan luar negeri yang menjajaki bisnis dan investasi di Sumut dengan alasan Kualanamu yang menjadi hub barat di Sumatera akan memiliki multiplier effect,” ujar Wakil Ketua Bidang Tranportasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumut, Ade Putra Pandana Nasution saat mengunjungi Bandara Kualanamu kemarin (Selasa, 11/6).
Dijelaskannya, investor yang menyatakan minat tinggi berinvestasi di Sumut datang dari Cina, Jepang, Belanda, dan Jerman. Investor dari Pulau Jawa pun tak mau ketinggalan kesempatan. “Luar biasa antusiasme calon investor yang mau berinvestasi di Sumut. Kadin Sumut hampir setap hari didatangi calon investor baik secara resmi dan tidak resmi untuk mencaritahu prospek pasti bisnis di Sumut jelang Kualanamu beroperasi,” lanjutnya.
Calon investor itu berminat di berbagai sektor mulai dari transportasi, energi, hotel, properti dan industri. Apalagi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) sudah membuktikan bisa menjadi sarana transportasi andalan ke Kualanamu di tengah operasional jalan tol belum bisa terlaksana. “Karena masih satu-satunya dan yang pertama di Indonesia bandara memiliki sarana transportasi kereta api, itu juga semakin menjadi daya tarik juga,” tambahnya.
Kualanamu juga menjadi nilai tambah bagi kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Apalagi, bila rencana pemerintah membangun jalan bebas hambatan Medan-Tebingtinggi, akan lebih memudahkan untuk mencapai kawasan Sei Mangke. “Jadi, begitu sampai Kualanamu, langsung bisa terus menuju Seimangke,” tutupnya.
Optimisme tinggi turut dirasakan para pelaku industri perhotelan. Wakil Sekjen Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Carla M Parengkuan yakin, KNIA bakal mendongkrak okupansi atau tingkat hunian hotel hingga 15 persen.
Untuk tahun ini saja, okupansi hotel-hotel di Kota Medan rata-rata sudah mencapai 70 persen. Dengan demikian, dengan beroperasinya KIA yang dimulai 25 Juli 2013 mendatang, tingkat hunian hotel di Kota Medan bisa mencapai hingga 85 persen.
“Karena Medan cukup bagus. Selama ini, tahun ini, tingkat hunian hotel di Medan rata-rata sudah 70 persen. Nanti begitu bandara Kualanamu resmi beroperasi, diharapkan minimal naik 10 persen hingga 15 persen,” ujar Carla M Parengkuan di Jakarta, kemarin.
Di sisi lain, dia berharap agar pihak hotel dan restoran yang ada di Medan, segera mempersiapkan diri. “Apalagi nanti rencananya September diresmikan langsung oleh Bapak Presiden. Ini luar biasa,” cetus Carla.
Apakah tarif hotel di Medan juga akan dinaikkan, mengikuti hukum pasar? Carla menjelaskan, pihak hotel tidak bisa sembarangan menaikkan tarif. Memang, untuk tahun ini sebentar lagi tarif hotel akan naik 5 persen hingga 10 persen. Namun, hal itu bukan karena melonjaknya tingkat hunian.
“Tapi karena biaya operasional juga naik seiring dengan bakal naiknya harga BBM dan juga karena naiknya UMK, UMP. Jadi tidak bisa hotel kayak jualan pete atay jengkol, menaikkan tarif sesukanya,” terang Carla.
Dia juga yakin, dengan beroperasinya Bandara Kualanamu, para investor akan tertarik untuk membangun hotel di Medan dan sekitarnya. “Para investor pasti sudah mempelajari potensi itu,” pungkas dia. (ram/sam/mag-12)