Site icon SumutPos

Kemacetan Kota Medan Makin Parah

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Ratusan kenderaan terjebak kemacetan di pintu keluar tol Amplas Jalan Sisingamangaraja Medan. Kemacetan terjadi karena ada pembetonan ruas jalan menuju simpang jalan Marendal

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Kemacetan arus lalu lintas di Kota Medan semakin menjadi-jadi. Terutama di akhir pekan. Kondisi kemacetan gampang terlihat, terutama di persimpangan jalan. Seperti terjadi di Persimpangan Jalan Platina Raya. Amatan Sumut Pos Minggu (10/9) siang kemarin, sejumlah kendaraan tampak mengular hampir sepanjang lima kilometer. Akses jalan yang dapat mengarah ke Marelan dan Belawan itu dipadati berbagai jenis kendaraan yang mencoba saling dahulu-mendahului. Seolah-olah tidak mau mengalah, agat tidak terjebak dalam kemacetan. Alhasil kendaraan menumpuk, dan terjebak di persimpangan. Tidak sedikit kendaraan memutar arah mencari alternatif jalan lain. Namun situasi semakin sulit, karena hampir tidak ada ruang untuk berbalik arah.

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Medan Renward Parapat tidak menyanggah kemacetan yang terjadi di Kota Medan. Bahkan disebut dia, kemacetan arus lalu lintas saat akhir pekan tidak hanya terjadi di persimpangan Jalan Platina Raya saja.

“Memang sekarang ini volume arus lalu lintas pada akhir pekan di Kota Medan begitu tinggi. Kita sudah melihat beberapa titik rawan macet, dan segera berkoordinasi dengan pihak Satlantas Polrestabes Medan,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (11/9).

Renward mencontohkan seperti Jalan Tritura yang saban hari terjadi kemacetan. Menurut dia kemacetan terjadi akibat efek dari pembangunan pembetonan jalan yang saat ini sedang dilakukan.

“Begitupun saya sudah perintahkan anggota untuk stand by di sana setiap hari. Saya juga sudah berkomunikasi dengan Kasatlantas, bahwa kami akan segera mengintensifkan anggota di lapangan,” katanya.

Renward pun berjanji untuk ke depannya pada akhir pekan nanti, Dishub akan lebih menginstensifkan personel di beberapa jalan rawan macet. Kemudian di beberapa ruas jalan akan mereka pelajari instensitas kemacetan yang terjadi. “Seperti di Patriot depan Kodam luar biasa macetnya sekarang. Jadi sudah kita coba rekayasa lalin satu arah di situ. Namun apakah karena sedang ada ujian di BKN, sehingga berimbas ke patriot, kan kita belum tahu,” ungkapnya.

Sebagai langkah antisipasi, Renward berharap agar adanya kesadaran masyarakat dalam berlalulintas, karena tanpa dukungan masyarakat untuk tertib berlalu-lintas kemacaten sulit diatasi.

“Saya contohkan seperti di tiap persimpangan yang tidak ada rambu lalu lintas, justru menjadi biang kemacetan saat ini. Kalau tidak ada pengendara yang mau mengalah, kemacetan pasti sulit diurai. Selain itu juga karena dampak pembangunan yang ada di Medan, sehingga orang mencari ruas alternatif. Alhasil di ruas tersebut terjadi penumpukkan kendaraan,” katanya.

Pengamat transportasi di Sumut, Medis Sejahtera Surbakti meminta agar personel kepolisian dan Dishub stand by berjaga ditiap persimpangan terutama pada akhir pekan, sehingga kemacetan arus lalu lintas mampu terminimalisir.

“Mental masyarakat kita masih kental diawasi. Jadi setidaknya, ketika melihat ada petugas mereka enggan mau menang sendiri. Saya pikir penempatan personel saat weekend ini penting ya, sebagai salah satu solusi mengurai kemacetan,” katanya.

Menurutnya, pemerintah secara umum mengalami dilema dalam hal manajemen arus lalin. Di satu sisi pemerintah membutuhkan lokomotif yang baik menunjang perekonomian bangsa. Sisi lainnya, ruas jalan yang ada di Indonesia belum penuhi standar.

“Standar yang saya maksud, 10 hingga 15 persen dari lahan itu adalah jalan. Nah, jika dihitung pun ternyata ruas jalan kita masih kurang. Yang tak kalah penting lagi persoalan angkutan umum kita sampai sekarang belum juga terselesaikan,” kata Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Padahal jika jaringan transportasi masal terkoneksi dengan baik, simpul-simpul kemacetan di berbagai ruas jalan akan mampu terurai. Artinya, orang akan lebih senang naik transportasi masal dibanding kendaraan pribadi.

“Karena pemerintah kita belum bisa membangun sistem transportasi itu dengan baik, alhasil masyarakat masih memilih naik kendaraan pribadi. Kondisinya pun seperti sekarang ini, sangat sulit untuk diatasi,” jelas Medis. (prn/azw)

 

Exit mobile version