26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mafia Kuasai Solar Belawan, Nelayan Kecil Kesulitan Peroleh BBM

KAPAL NELAYAN:
Kapal nelayan saat ditambatkan di pinggir laut Belawan. Saat ini nelayan kecil di Belawan kesulitan mendapatkan BBM solar karena belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal ini menyebabkan para mafia minyak menguasai solar hingga kapal nelayan kecil sulit mendapatkan solar.
KAPAL NELAYAN:
Kapal nelayan saat ditambatkan di pinggir laut Belawan. Saat ini nelayan kecil di Belawan kesulitan mendapatkan BBM solar karena belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal ini menyebabkan para mafia minyak menguasai solar hingga kapal nelayan kecil sulit mendapatkan solar.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah nelayan skala kecil kesulitan memperoleh bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Belawan. Penyebabnya belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal inilah menyebabkan para mafia BBM menguasai solar sehingga nelayan kecil menjadi korban.“Kami nelayan kecil ini susah mendapat solar untuk melaut, apalagi solar subsidi.

Sebab, banyak mafia BBM yang menawarkan minyaknya ke pengusaha ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion. Jadi, kami (nelayan kecil) yang jadi korban,” keluh Putro warga Bagan Deli, Belawan, Minggu (12/1).

Putro menyebutkan, selama ini kapal nelayan dengan tonase di bawah 5 GT, harus mencari BBM di beberapa SPBU. Padahal, BBM yang digunakan untuk ratusan kapal ikan skala besar di Gabion Belawan, sebagian berasal dari produk Pertamina berdasarkan kouta untuk nelayan.

Selain itu, ada juga yang menyalahgunakan DO. Sebagian besar BBM yang digunakan untuk ratusan kapal ikan juga berasal dari BBM oplosan dan BBM siongan mobil tangki Pertamina yang diturunkan di tengah jalan.

Sedangkan BBM yang didistribusikan resmi oleh Pertamina untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan, sesuai dengan jumlah kapal yang memiliki izin lengkap, sedangkan BBM ilegal digunakan untuk mencukupi kapal ikan yang tidak memiliki izin.

“Jadi, BBM ilegal juga digunakan untuk mencukupi kapal ikan lainnya yang berpangkalan di luar Pelabuhan Perikanan Gabion, seperti di hilir Sungai Deli, Belawan Lama dan lainnya,” ungkap pria berusia 47 tahun ini.

Dijelaskan Putro, kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan dari berbagai jenis ada sekisar 700-an unit. Jumlah tersebut meningkat menjadi 800-an unit di akhir tahun 2019. Setiap beroperasi kapal ikan itu membutuhkan solar sedikitnya 1 ton, sehingga solar subsidi maupun nonsubsidi yang disalurkan Pertamina dikuasai oleh mereka.

Sejumlah koperasi, PT, UD, ataupun perorangan yang menjual BBM untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan maupun luar Pelabuhan Perikanan, diduga banyak bermain dalan pendistribusian BBM tersebut, termasuk pendistribusian solar bersubsidi yang disalurkan Pertamina lewat SPBN (Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan) yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan.

“Kita meminta penegak hukum untuk mengusut penyaluran BBM oleh mafia minyak, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak,” tegasnya.

Sementara Ketua Kesatuan Nelaya Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Medan, M Isa Al Basir mengungkapkan, kelangkaan BBM bagi kalangan nelayan kecil disebabkan belum maksimalnya penyediaan SPBN (Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan). Sehingga, pendistribusian BBM tidak merata diperoleh nelayan kecil. “Kita minta kepada PT Pertamina untuk menempatkan beberapa SPBN untuk nelayan kecil di Belawan, Labuha dan Marelan agar keluhan ini dapat diatasi segera,” pungkas Basir.

Selain itu, ia juga meminta Polda Sumut mengusut penyaluran BBM, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak. (fac/ila)

KAPAL NELAYAN:
Kapal nelayan saat ditambatkan di pinggir laut Belawan. Saat ini nelayan kecil di Belawan kesulitan mendapatkan BBM solar karena belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal ini menyebabkan para mafia minyak menguasai solar hingga kapal nelayan kecil sulit mendapatkan solar.
KAPAL NELAYAN:
Kapal nelayan saat ditambatkan di pinggir laut Belawan. Saat ini nelayan kecil di Belawan kesulitan mendapatkan BBM solar karena belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal ini menyebabkan para mafia minyak menguasai solar hingga kapal nelayan kecil sulit mendapatkan solar.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah nelayan skala kecil kesulitan memperoleh bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Belawan. Penyebabnya belum diprioritaskan stasiun khusus BBM oleh Pertamina kepada nelayan. Hal inilah menyebabkan para mafia BBM menguasai solar sehingga nelayan kecil menjadi korban.“Kami nelayan kecil ini susah mendapat solar untuk melaut, apalagi solar subsidi.

Sebab, banyak mafia BBM yang menawarkan minyaknya ke pengusaha ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion. Jadi, kami (nelayan kecil) yang jadi korban,” keluh Putro warga Bagan Deli, Belawan, Minggu (12/1).

Putro menyebutkan, selama ini kapal nelayan dengan tonase di bawah 5 GT, harus mencari BBM di beberapa SPBU. Padahal, BBM yang digunakan untuk ratusan kapal ikan skala besar di Gabion Belawan, sebagian berasal dari produk Pertamina berdasarkan kouta untuk nelayan.

Selain itu, ada juga yang menyalahgunakan DO. Sebagian besar BBM yang digunakan untuk ratusan kapal ikan juga berasal dari BBM oplosan dan BBM siongan mobil tangki Pertamina yang diturunkan di tengah jalan.

Sedangkan BBM yang didistribusikan resmi oleh Pertamina untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan, sesuai dengan jumlah kapal yang memiliki izin lengkap, sedangkan BBM ilegal digunakan untuk mencukupi kapal ikan yang tidak memiliki izin.

“Jadi, BBM ilegal juga digunakan untuk mencukupi kapal ikan lainnya yang berpangkalan di luar Pelabuhan Perikanan Gabion, seperti di hilir Sungai Deli, Belawan Lama dan lainnya,” ungkap pria berusia 47 tahun ini.

Dijelaskan Putro, kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan dari berbagai jenis ada sekisar 700-an unit. Jumlah tersebut meningkat menjadi 800-an unit di akhir tahun 2019. Setiap beroperasi kapal ikan itu membutuhkan solar sedikitnya 1 ton, sehingga solar subsidi maupun nonsubsidi yang disalurkan Pertamina dikuasai oleh mereka.

Sejumlah koperasi, PT, UD, ataupun perorangan yang menjual BBM untuk kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan maupun luar Pelabuhan Perikanan, diduga banyak bermain dalan pendistribusian BBM tersebut, termasuk pendistribusian solar bersubsidi yang disalurkan Pertamina lewat SPBN (Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan) yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan.

“Kita meminta penegak hukum untuk mengusut penyaluran BBM oleh mafia minyak, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak,” tegasnya.

Sementara Ketua Kesatuan Nelaya Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Medan, M Isa Al Basir mengungkapkan, kelangkaan BBM bagi kalangan nelayan kecil disebabkan belum maksimalnya penyediaan SPBN (Sentra Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan). Sehingga, pendistribusian BBM tidak merata diperoleh nelayan kecil. “Kita minta kepada PT Pertamina untuk menempatkan beberapa SPBN untuk nelayan kecil di Belawan, Labuha dan Marelan agar keluhan ini dapat diatasi segera,” pungkas Basir.

Selain itu, ia juga meminta Polda Sumut mengusut penyaluran BBM, sehingga jatah nelayan kecil yang seharusnya mendapatkan BBM subsidi tidak habis dimakan oleh mafia-mafia minyak. (fac/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/