MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gerakan Save Babi pada 10 Februari lalu yang diikuti puluhan ribu masyarakat, hanya menyampaikan aspirasi dan meminta kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah cepat dan bijaksana, terkait matinya ribuan ternak babi akibat wabah virus.
Karenanya, jangan sampai Gerakan Save Babi ini dipelesetkan dan digiring-giring ke ranah Suku Agama Ras dan Antar Golongan (SARA). “Sungguh, itu cara berpikir yang sangat dangkal,” kata Aswan Jaya, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut kepada wartawan, Rabu (12/2).
Sebagaimana diketahui, kata Aswan, kegiatan peternakan babi di Sumatera Utara merupakan salah satu sektor ekonomi yang berbasis kerakyatan. Sektor ini juga menjadi salah satu penopang ekonomi di Sumut dan menjadi sumber PAD. “Kegiatan peternakan babi juga sudah berlangsung sejak zaman purba, sehingga ia telah menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan masyarakat di Sumatera Utara,” sebutnya.
Mengenai serangan wabah virus yang diduga ASF pada akhir-akhir ini, Aswan meminta pemerintah segera mengambil tindakan dan member solusi yang seadilnya kepada masyarakat, khususnya peternak babi. “Selayaknya, semua pihak memberikan perhatian positif dan ikut berpartisipasi mencari solusi terbaik dari permasalahan ini. Bukan disikapi dengan prasangka yang penuh dengan sentimen kebencian dan intoleran,” ungkapnya.
Dia juga meyakini, Gerakan Save Babi tidak ada kaitannya dengan urusan agama mana pun. Peternak dan konsumen babi tidak dimonopoli oleh satu agama, hanya agama Islam saja yang mengharamkannya, cukup sampai di situ.
“Gerakan Save Babi hanya persoalan memperjuangkan hajat hidup sebagian masyarakat di Sumut, dan mereka juga adalah rakyat yang sedang dipimpin oleh Edy Rahmayadi sebagai Gubernur di Sumut. Kami menyarankan agar Gubsu bijaksana dan tidak masuk ke dalam ranah SARA, terkait pengambilan kebijakan sebagai solusi dari persoalan yang sedang di hadapi oleh para peternak Babi,” tandasnya. (adz)