MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution mengambil kebijakan meniadakan Ramadhan Fair di bulan Ramadan 1442 Hijriah tahun 2021. Alasannya, takut terjadi penyebaran Covid-19 karena berpotensi terjadi kerumunan. Sayangnya, Wali Kota malah membuka Kitchen of Asia di Kesawan City Walk sebagai sajian kuliner yang bisa dinikmati untuk berbuka puasa. Kebijakan ini dinilai tidak bijak karena tidak bersifat merata.
Anggota Komisi III DPRD Medan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Irwansyah mengatakan,alasan Wali Kota Medan meniadakan Ramadhan Fair mengacu pada permasalahan Pandemi Covid-19. Keberadaan Ramadhan Fair dinilai berpotensi dalam melanggar potokop kesehatan, salah satuya berpotensi menimbulkan kerumunan massa.
Irwansyah menilai, hal tersebut tidak lah adil. Sebab, Wali Kota Medan tetap membuka The Kitchen of Asia pada Kesawan City Walk di masa Pandemi saat ini.”Jadi, kebijakan Wali Kota Medan ini kita lihat tidak ideal dan menimbulkan kontradiktif bila mengacu pada alasan pandemi untuk meniadakan Ramadhan Fair. Karena, satu lagi ditiadakan, satu lagi dibuka,” ujarnya, Senin (12/4).
Kemudian, apabila ditinjau dari segi Pendapatan Asli Daerah (PAD), kata Irwansyah, diyakini Ramadhan Fair lebih banyak menyerap PAD Kota Medan dibandingkan The Kitchen of Asia. Menurutnya, hal ini terjadi karena The Kitchen of Asia belum begitu dikenal oleh orang-orang di luar Kota Medan. Disisi lain, Ramadhan Fair tentunya jauh lebih dikenal oleh orang di luar Medan. Hal itu juga karena Ramadhan Fair merupakan ikon agenda Kota Medan saat Ramadan dari tahun ke tahun.
Selain itu, Politikus dari Fraksi PKS ini, menyampaikan, Ramadhan Fair tak hanya meningkatkan PAD, tetapi di dalam kegiatan tersebut terdapat syiar agama Islam dan pelestarian budaya di Kota Medan. Sehingga, Ramadhan Fair juga sebagai destinasi tersendiri di bulan Ramadan.
Oleh karena itu, Irwansyah juga mengatakan, Bobby Nasution sebagai Wali Kota Medan yang baru, harus bijak dalam melihat persoalan untuk mengambil keputusan. Karena selama ini, pendahulu yang menggagas Ramadhan Fair bertujuan untuk meningkatkan PAD Kota Medan serta melestarikan budaya Kota Medan sekaligus sebagai wadah syiar agama Islam di bulan Ramadan.”Jadi Bobby harus ada rasionalisasi untuk mengambil keputusan dalam meniadakan kegiatan Ramadan Fair, selain alasan Covid-19. Karena kalau alasannya Covid-19, mengapa The Kitchen of Asia dibuka?” ujarnya.
Irwansyah juga berharap kepada Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution, untuk memiliki alasan yang lebih untuk meniadakan Ramadhan Fair, bukan hanya dengan sekadar alasan Covid-19. Sebab menurutnya, kebijakan yang dibuat Wali Kota Medan atau pemerintah harus bersifat merata.
Sementara itu, dilihat dari sisi budaya, seniman Sumatera Utara (Sumut), Suyadi San meminta Kesawan jangan dirusak dengan dalih mendirikan pusat kuliner dan budaya. “Biarkanlah Kesawan sebagaimana mestinya. Jangan dirusak dengan dalih menyulap menjadi pusat kuliner dan budaya,” kata Suyadi.
Dikatakan Suyadi, sejauh ini tempat-tempat kuliner di Kota Medan sudah berkembang tiap penjuru, di mana telah bertumbuh kafe dan tempat tongkrongan. “Saya sangat bangga dengan hal itu, banyak tempat alternatif ketika kita mengajak tamu luar kota untuk mencicipi kuliner Medan. Tempat-tempat itu yang harusnya didukung Pemko Medan,” ujar dia.
Suyadi mempertanyakan didirikannya Kesawan City Walk tersebut. Karena, menurutnya, lebih terkesan komersil. “Benarkah warga kota Medan perlu pusat kuliner dan budaya? Sudah adakah kajian akademisnya? Apakah semua pemangku kepentingan sudah diajak bicara bersama? Bukankah yang dilakukan justru lebih terkesan komersil semata daripada menjaga aset budaya,” ungkapnya
Dia menegaskan, saat ini warga Medan tidak membutuhkan itu. Jangan bicara seni dan budaya jika Gedung Kesenian Medan saja tidak punya. “Jangan bicara seni dan budaya jika Majelis Kesenian Medan dan Dewan Kesenian Medan sengaja ‘dimatisurikan’. Jangan bicara seni dan budaya jika seniman Medan sampai hari ini ditelantarkan. Apa rupanya yang sudah dilakukan Pemko Medan kepada para seniman dan budayawan Medan? Sampai sekarang, tidak ada,” sebutnya.
Ia menambahkan, kehadiran Kesawan City Walk ini justru antitesis dengan semangat merawat cagar budaya. “Pemko Medan harusnya membangun dan merawat pedestrian sekitar Kesawan, sehingga menjadi destinasi wisata sejarah,” pungkasnya.
Diketahui, Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution meresmikan soft launching Kesawan City Walk The Kitchen Of Asia di depan Museum Tjong A Fie, Jalan Ahmad Yani/Kesawan, Minggu (28/3) sore. Peresmian itu ditandai dengan memukul alat musik tradisional Mandailing, Gordang Sembilan.
Bobby Nasution mengatakan, The Kitchen of Asia merupakan representasi Kota Medan dengan kekayaan kulinernya yang sangat beragam. “Biasanya yang namanya dapur itu adanya di belakang. Tapi kita lihat, bagaimana jika dapur dalam hal ini tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga ada nilai sejarah di dalamnya. Dengan itu kita bisa menampilkannya di depan, menjadi daya tarik tersendiri,” ucap Bobby.
Dikatakan Bobby, warga Kota Medan juga bisa menikmati suasana Kesawan dengan makanan yang khas. “Saya harapkan kemeriahan ini tidak hanya hari ini saja. Tapi, bisa dirasakan setiap hari oleh warga Kota Medan, justru lebih meriah lagi setiap harinya,” pesannya.
Kata Bobby, The Kitchen Of Asia sangat menarik, kuliner yang dibalut dengan kisah sejarah dapat menambah nilai dari masakan itu sendiri. “Yang mau kita tonjolkan tidak hanya sekadar masakan tapi bagaimana masakan itu berasal, siapa yang dulu memakan masakan itu. Hal ini yang membuat makanan lebih bernilai,” pungkasnya. (map/ris/ila)