Menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, dimanfaatkan oleh pedagang bendera musiman. Mulai dari pedagang dewasa hingga anak-anak. Para pedagang bendera merah putih di trotoar jalan, biasa didominasi pedagang dewasa hingga orangtua. Sedangkan para pedagang bendera musiman di sejumlah ruas jalan di Kota Medan, didominasi bocah atau anak-anak. Ada yang berjualannya sebatas bendera biasa, sampai pernak- pernik yang bentuk berupa ketupat Lebaran yang disulap berwarna mereh putih.
Pantauan Sumut Pos di Jalan Adam Malik, Medan, sejumlah anak-anak menjajakan jualanannya kepada pengguna jalan.
Salah satunya Aspa (18) yang duduk di bangku sekolah kelas XI di SMKN 1 Medan, warga Kampung Baru, Medan.
Aspa hanya berjualan pernak -pernik bendera saja. Seperti yang gantungan bendera yang harganya Rp20 ribu per buah, bendera kecil untuk kendaraan Rp5.000 per buah dan ketupat merah putih yang harganya Rp20 ribu per buahnya.
Kata dia, ia berjualan bendera mulai Juli kemarin. Pasalnya, industri rumahan yang membuat bendera ini beroperasi pada bulan Juli. “Kalau untuk berjualan bendera dari bulan Juli kemarin, biasanya selesai berjualan bendera musiman ini bulan ini (Agustus,Red),”ujarnya.
Ia mengaku, dengan waktu yang luang ini untuk berjualan bendera dimulai pada pagi hari dan pulangnya sore hari. Dari hasil jualannya sampai sore ini omzet yang didapat mencapai Rp50 ribu-Rp70 ribu. “Tak tentu bang dapatnya per hari, biasanya Rp50 bisa juga sampai Rp 90 ribu. Dan biasanya bukan hanya jualan bendera saja saya, kalau hari biasa jualan mainan anak-anak dipinggir jalan setelah pulang sekolah,”akuinya.
Tak jauh berbeda dengan Yoga (10) yang duduk di bangku sekolah ke VIII di SMP 8 Medan yang tinggal di Kampung Baru mengaku, ia berjualan untuk membantu ayah.
Baik Yoga dan Aspa mengaku, dalam pengambilan pernak- pernik benderan ini tak jauh dari rumahnya yang membuat home industri yang berupa bendera musiman.
Penjualan bendera musiman lainnya, Misrol Nasution (53) warga Jalan Brigjen Katamso, Gang Setia Baru no 40 Medan, mengatakan, usaha musiman ini dirintisnya sejak lima tahun yang silam. Awalnya, jualan pernak -pernik bendera musiman ini dipelajarinya berasal dari Bandung. “Jadinya saya pelajarin dan setelah bisa membuatnya saya mencoba untuk berjualan bendera ini,”ujarnya.
Tapi, jualan bendera musiman ini tidaklah setiap hari dilakukannya, hanya bertepatan pada menjelang hari kemerdekaan saja untuk berjualan bendera ini. “Biasanya keseharian saya menjadi tukang kusuk,”ujarnya.
Dikatakannya, ia tidaklah berjualan bendera rumah atau untuk kantor hanya sebatas pernak pernik bendera saja. Untuk memproduksi bendera bahan baku utama berupa pipet kecil, pita dan kain kecil berwarna merah putih. Dari tangan-tangan terampil mereka biasanya dapat diproduksi 100 sampai 150 buah bendera perharinya. “Tergantung pemesanan, tapi biasanya banyaknya seperti itu,”ujarnya.
Setelah poduksi selesai, barulah Misrol dapat memasarkannya. Biasanya dalam memasarkan bendera di Medan hingga Lubuk Pakam, Deliserdang, Tebing Tinggi, Binjai dan daerah lainnya. Dari jualannya itu ia dapat meraup keuntungan ratusan ribu per harinya. “Ya tergantung pemesanan, kalau banyak yang mesan bisa sampai ratusan ribu dapatnya,”akunya.
Begitu juga dengan Sial (35) yang bejualan di depan kuburan Pahlawan di Sisingamangaraja Medan. Katanya, walaupun daerah ini sangat banyak yang berjualan dan terkenal namun pada tahun ini tak begitu banyak orang lagi yang membelinya. Padahal harga bendera ini tak jauh berbeda dengan yang tahun kemarin.
Untuk bendera yang ada lambang garuda Rp300 ribu per sembilan meter. Bagroup Rp60 ribu per meter, bendera biasa untuk rumah dari Rp30 ribu sampai ratusan ribu tergantung ukuran dan bahan bendera tersebut, sedangkan umbul-umbul Rp25 permeter. (ban)