32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Korban Ambon, Jeffry Siahaan Alumni Nommensen

MEDAN-Jeffry Edo Siahaan (32) warga Jalan  TD Pardede Gang  Sakinah  Dusun  II Mulyorejo  Kecamatan Sunggal Deli Serdang No 17, Lintas Medan Binjai KM 10, yang menjadi korban  bentrokan warga di Ambon. Korban tewas setelah peluru nyasar bersarang di tubuhnya, Minggu (11/9) lalu.

Informasi yang dihimpun Sumut Pos di rumah duka, Jefrry yang masih berstatus lajang itu tewas saat melihat rumah sebelah rumah kontrakannya terbakar. Rumah itu tidak jauh dari lokasi bentrokan warga. Entah berasal dari mana timah panas meletus akhirnya menyarang di perut Jeffry sebelah kanan. Luka tembaknya terus mengeluarkan darah hingga akhirnya ia meninggal di lokasi kejadian. “Anak saya meninggal dunia saat bentrok warga di Ambon. Waktu itu Jeffry keluar rumah untuk melihat rumah yang terbakar tepat sebelah kontrakkan anak saya. Tapi tiba-tiba peluru nyasar mengenainya,” ujar Pininta Br Tambunan (60), ibu Jeffry, kepada Sumut Pos, Senin (12/9) sore.

Saat kejadian itu, Jeffry anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Magonar Siahaan (63) dan Paninta ini tewas karena kehabisan darah yang keluar dari perutnya akibat peluru yang diduga dari onum polisi saat mengamankan lokasi kejadian. “Saat anak saya terkapar di lokasi bentrokkan, orang enggan menolongnya dan membiarkan begitu saja,” bebernya dengan nada sedih sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Keluarga mengetahui Jeffry tewas dari pihak Yayasan Lentera Harapan tepat Almarhum bekerja sebagi Guru SMP dan SMA di Ambon melalui telpon selular. “Sebelumnya pihak Lentera mengatakan bahwa Jeffry masuk rumah sakit, kemudian pihak Lentera kembali menelpon saya dan berkata ‘sabar dan ikhlas ya ibu, Jefrry sudah meninggal dunia’. Saya spontan menangis,” ungkapnya dengan kembali memeteskan air mata.

Jeffry yang baru tujuh bulan bekerja di Ambon sebagai guru matematika di Yayasan Lentera Harapan di Ambon. Kontak terakhir dengan keluarga melalui telpon selular dilakukan Sabtu (10/9) pukul 22.00 WIB. Saat itu korban menelpon ibu tercintanya untuk menyakan kondisi ibunya. “Saya tanya sama Jefrry jam berapa di Ambon, dia menjawab, ‘jam 12 malam Mak’. Panjang lebarlah kami berbincang-bincang malam itu,” ungkap Paninta sambil memperlihatkan foto Jeffry semasa hidup.

Korban yang merupakan alumni Universitas HKBP Nommesen Tahun 2004 ini terakhir pulang ke rumahnya di Jalan TD Pardede akhir Juni lalu selama 3 hari. “Waktu itu ia pulang pada akhir Juni. Tanggal satu Juli berangkat lagi ke Ambon, hanya 3 hari saja ia di rumah,” ujarnya sembari berkata, terakhir Jeffry mengirim uang untuk dirinya pada Idul Fitri lalu.

Kemudian Sang ibu kembali menceritakan perjuang hidup Jeffry sampai bekerja di Ambon. Ia bekerja berpindah-pindah, namun tetap di bawah naungan Yayasan Lentera Harapan. Jeffry pernah bekerja di Nias, Lampung, Tanggerang sampai korban mendapatkan Beasiswa dari Yayasan Lenteran Harapan untuk melanjutkan S2 Universitas Pelita Harapan (UPH) di Tanggerang. Selanjutnyaia mengajar di sekolah milik Yayasan Lentera Harapan di Ambon.
“Ia berkata pada saya mamak kapan lagi aku bias mendapatkan beasiswa S2 ini. Saya melamar kerjaan di tempat lain pun lebih mudah diterima,” ujarnya.

Dimakamkan di Kampung Opung

Sanak Family dan kerabat dekat berdatangan kerumah duka untuk  untuk mengelayat serta mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Jeffry. Menurut keluarga, jenazah Jeffry akan diberangkat Rabu (14/9) dini hari untuk dikebunikan di kampung halaman leluhurnya di Desa Juara Monang, Balige.

Jenazah Jeffry dibawa pesawat Lion Air dan tiba di terminal kargo di Bandara Polonia Medan, sekitar pukul 24.00 WIB dan tiba di rumah duka sekitar 27 menit kemudian.

Menurut Hasudungan Siahaan, sepupu Jeffry, begitu jenazah tiba, Magonar Siahaan, ayah Jeffry berteriak, “Anakku…,” hingga tujuh kali.

“Rencana akan dikebumikan di kampung oppungya di Balige. Besok (hari ini, Red) akan kita laksanakan prosesi adat untuk penghormatan terakhir pada almarhum,” ujar kembali Pininta.
Di rumah duka  bercat kuning itu sudah terpasang tenda. Karangan bunga dari kerabat dekat berjejer di depan rumah. Pihak Yayasan Lentera Harapan membawa jenazah dari Ambon hingga Balige.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto prihatin dengan meletusnya bentrok horizontal di Ambon. Mantan Danjen Kopassus itu berharap masyarakat tidak mudah terpancing provokasi dan selalu menghindari pertikaian.

“Kita selalu harus sejuk,” kata Prabowo di sela -sela hahal bihalal Partai Gerindra di Kantor DPP, Jalan Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan, kemarin.

Menurut Prabowo, masyarakat harus waspada terhadap penyebaran desas-desus yang tak jelas sumbernya. Apalagi, banyak kekuatan, terutama pihak asing, yang akan ‘bertepuk tangan’ kalau Indonesia terjebak pada konflik.
“Sangat mungkin ada pihak -pihak, kekuatan tertentu, mungkin kekuatan asing yang selalu ingin bikin Indonesia gaduh,” ingat Prabowo.

Secara terpisah, Wasekjen DPP Partai Demokrat Saan Musthopa meminta Kapolri dan jajarannya menindak tegas aktor yang memicu bentrok Ambon pada hari Minggu lalu. “Tidak usah ragu dan banyak pertimbangan,’’ kata anggota Komisi III DPR, itu.

Saan menegaskan bentrok itu murni persoalan sosial. Letupan konflik semacam itu, imbuh dia, memang masih kerap terjadi di Ambon. Jadi, sama sekali tidak tepat bila muncul spekulasi persoalan ini sebagai pengalihan isu.
“Janganlah semua dikaitkan dengan politik atau pengalihan isu. Terlalu berlebihan. Mari kita percayakan kepada kepolisian untuk menyelesaikannya,” tandas Saan.

Mabes Polri mengklaim berhasil melacak identitas para pengirim layanan pesan singkat (short messages service/SMS) bernada provokatif yang disebarkan sejumlah pihak yang diduga sebagai penyulut bentrok berdarah antar warga di Ambon. Polri kini tengah terus mengumpulkan sejumlah bukti untuk menjerat para penyebar SMS tersebut.
“Kita mengimbau yang mengirim-mengirim SMS dihentikan, dan sudah terlacak oleh kita. Jangan membuat situasi yang baik menjadi tidak baik,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen (pol) Anton Bachrul Alam di Mabes Polri Jakarta.
Mabes Polri menyebut bentrok yang telah menelan tiga korban jiwa itu berawal dari tabrakan tunggal seorang tukang ojek hingga meninggal dunia setelah menghantam benda keras.

Belakangan muncul kabar melalui SMS bahwa korban kecelakaan tewas karena dianiaya yang menyulut aksi balas dendam. Bentrok kemudian berlanjut hingga membuat warga panik dan lari ke pengungsian.

“Informas i itu berkembang, di-sms-kan. Oleh sms ini, masyarakat menanggapi benar dan sebagainya. Kita juga mengimbau kepada warga masyarakat di Ambon dan di luar untuk tidak memberikan informasi dan prvokasi. Ini sedang dilacak tim kita dari Mabes Polri, siapa-siapa yang mengirim SMS, membuat keonaran,” tambahnya.

Menag Suryadharma Ali (SDA) juga menyebut kerusuhan Ambon terjadi bukan karena perbedaan keyakinan masyarakat, muslim dan nasrani. Dia menduga ada pihak tertentu yang sengaja membuat konflik memanas. Keterangan tersebut disampaikan seusai acara halalbihalal di Kemenag kemarin.

Ketua Umum DPP PPP itu menjelaskan, pihak Kemenag sudah mengontak jajaran Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Maluku. “Laporan sementara yang masuk ke kami, kondisi sudah kondusif,” jelasnya. “Dilaporkan masih ada penjagaan ketat di beberapa titik,” imbuhnya.

Imbas dari konflik ini, SDA meminta jajaran Kanwil Kemenag Maluku mengumpulkan seluruh tokoh agama dan tokoh politik. Pemanggilan para tokoh ini diharapkan SDA bisa ikut meredam gejolak di Ambon. “Saya harap dari pertemuan itu, Ambon bisa kembali sejuk dan kondusif,” katanya.
(mag-7/pri/zul/jpnn)

MEDAN-Jeffry Edo Siahaan (32) warga Jalan  TD Pardede Gang  Sakinah  Dusun  II Mulyorejo  Kecamatan Sunggal Deli Serdang No 17, Lintas Medan Binjai KM 10, yang menjadi korban  bentrokan warga di Ambon. Korban tewas setelah peluru nyasar bersarang di tubuhnya, Minggu (11/9) lalu.

Informasi yang dihimpun Sumut Pos di rumah duka, Jefrry yang masih berstatus lajang itu tewas saat melihat rumah sebelah rumah kontrakannya terbakar. Rumah itu tidak jauh dari lokasi bentrokan warga. Entah berasal dari mana timah panas meletus akhirnya menyarang di perut Jeffry sebelah kanan. Luka tembaknya terus mengeluarkan darah hingga akhirnya ia meninggal di lokasi kejadian. “Anak saya meninggal dunia saat bentrok warga di Ambon. Waktu itu Jeffry keluar rumah untuk melihat rumah yang terbakar tepat sebelah kontrakkan anak saya. Tapi tiba-tiba peluru nyasar mengenainya,” ujar Pininta Br Tambunan (60), ibu Jeffry, kepada Sumut Pos, Senin (12/9) sore.

Saat kejadian itu, Jeffry anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Magonar Siahaan (63) dan Paninta ini tewas karena kehabisan darah yang keluar dari perutnya akibat peluru yang diduga dari onum polisi saat mengamankan lokasi kejadian. “Saat anak saya terkapar di lokasi bentrokkan, orang enggan menolongnya dan membiarkan begitu saja,” bebernya dengan nada sedih sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Keluarga mengetahui Jeffry tewas dari pihak Yayasan Lentera Harapan tepat Almarhum bekerja sebagi Guru SMP dan SMA di Ambon melalui telpon selular. “Sebelumnya pihak Lentera mengatakan bahwa Jeffry masuk rumah sakit, kemudian pihak Lentera kembali menelpon saya dan berkata ‘sabar dan ikhlas ya ibu, Jefrry sudah meninggal dunia’. Saya spontan menangis,” ungkapnya dengan kembali memeteskan air mata.

Jeffry yang baru tujuh bulan bekerja di Ambon sebagai guru matematika di Yayasan Lentera Harapan di Ambon. Kontak terakhir dengan keluarga melalui telpon selular dilakukan Sabtu (10/9) pukul 22.00 WIB. Saat itu korban menelpon ibu tercintanya untuk menyakan kondisi ibunya. “Saya tanya sama Jefrry jam berapa di Ambon, dia menjawab, ‘jam 12 malam Mak’. Panjang lebarlah kami berbincang-bincang malam itu,” ungkap Paninta sambil memperlihatkan foto Jeffry semasa hidup.

Korban yang merupakan alumni Universitas HKBP Nommesen Tahun 2004 ini terakhir pulang ke rumahnya di Jalan TD Pardede akhir Juni lalu selama 3 hari. “Waktu itu ia pulang pada akhir Juni. Tanggal satu Juli berangkat lagi ke Ambon, hanya 3 hari saja ia di rumah,” ujarnya sembari berkata, terakhir Jeffry mengirim uang untuk dirinya pada Idul Fitri lalu.

Kemudian Sang ibu kembali menceritakan perjuang hidup Jeffry sampai bekerja di Ambon. Ia bekerja berpindah-pindah, namun tetap di bawah naungan Yayasan Lentera Harapan. Jeffry pernah bekerja di Nias, Lampung, Tanggerang sampai korban mendapatkan Beasiswa dari Yayasan Lenteran Harapan untuk melanjutkan S2 Universitas Pelita Harapan (UPH) di Tanggerang. Selanjutnyaia mengajar di sekolah milik Yayasan Lentera Harapan di Ambon.
“Ia berkata pada saya mamak kapan lagi aku bias mendapatkan beasiswa S2 ini. Saya melamar kerjaan di tempat lain pun lebih mudah diterima,” ujarnya.

Dimakamkan di Kampung Opung

Sanak Family dan kerabat dekat berdatangan kerumah duka untuk  untuk mengelayat serta mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Jeffry. Menurut keluarga, jenazah Jeffry akan diberangkat Rabu (14/9) dini hari untuk dikebunikan di kampung halaman leluhurnya di Desa Juara Monang, Balige.

Jenazah Jeffry dibawa pesawat Lion Air dan tiba di terminal kargo di Bandara Polonia Medan, sekitar pukul 24.00 WIB dan tiba di rumah duka sekitar 27 menit kemudian.

Menurut Hasudungan Siahaan, sepupu Jeffry, begitu jenazah tiba, Magonar Siahaan, ayah Jeffry berteriak, “Anakku…,” hingga tujuh kali.

“Rencana akan dikebumikan di kampung oppungya di Balige. Besok (hari ini, Red) akan kita laksanakan prosesi adat untuk penghormatan terakhir pada almarhum,” ujar kembali Pininta.
Di rumah duka  bercat kuning itu sudah terpasang tenda. Karangan bunga dari kerabat dekat berjejer di depan rumah. Pihak Yayasan Lentera Harapan membawa jenazah dari Ambon hingga Balige.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto prihatin dengan meletusnya bentrok horizontal di Ambon. Mantan Danjen Kopassus itu berharap masyarakat tidak mudah terpancing provokasi dan selalu menghindari pertikaian.

“Kita selalu harus sejuk,” kata Prabowo di sela -sela hahal bihalal Partai Gerindra di Kantor DPP, Jalan Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan, kemarin.

Menurut Prabowo, masyarakat harus waspada terhadap penyebaran desas-desus yang tak jelas sumbernya. Apalagi, banyak kekuatan, terutama pihak asing, yang akan ‘bertepuk tangan’ kalau Indonesia terjebak pada konflik.
“Sangat mungkin ada pihak -pihak, kekuatan tertentu, mungkin kekuatan asing yang selalu ingin bikin Indonesia gaduh,” ingat Prabowo.

Secara terpisah, Wasekjen DPP Partai Demokrat Saan Musthopa meminta Kapolri dan jajarannya menindak tegas aktor yang memicu bentrok Ambon pada hari Minggu lalu. “Tidak usah ragu dan banyak pertimbangan,’’ kata anggota Komisi III DPR, itu.

Saan menegaskan bentrok itu murni persoalan sosial. Letupan konflik semacam itu, imbuh dia, memang masih kerap terjadi di Ambon. Jadi, sama sekali tidak tepat bila muncul spekulasi persoalan ini sebagai pengalihan isu.
“Janganlah semua dikaitkan dengan politik atau pengalihan isu. Terlalu berlebihan. Mari kita percayakan kepada kepolisian untuk menyelesaikannya,” tandas Saan.

Mabes Polri mengklaim berhasil melacak identitas para pengirim layanan pesan singkat (short messages service/SMS) bernada provokatif yang disebarkan sejumlah pihak yang diduga sebagai penyulut bentrok berdarah antar warga di Ambon. Polri kini tengah terus mengumpulkan sejumlah bukti untuk menjerat para penyebar SMS tersebut.
“Kita mengimbau yang mengirim-mengirim SMS dihentikan, dan sudah terlacak oleh kita. Jangan membuat situasi yang baik menjadi tidak baik,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen (pol) Anton Bachrul Alam di Mabes Polri Jakarta.
Mabes Polri menyebut bentrok yang telah menelan tiga korban jiwa itu berawal dari tabrakan tunggal seorang tukang ojek hingga meninggal dunia setelah menghantam benda keras.

Belakangan muncul kabar melalui SMS bahwa korban kecelakaan tewas karena dianiaya yang menyulut aksi balas dendam. Bentrok kemudian berlanjut hingga membuat warga panik dan lari ke pengungsian.

“Informas i itu berkembang, di-sms-kan. Oleh sms ini, masyarakat menanggapi benar dan sebagainya. Kita juga mengimbau kepada warga masyarakat di Ambon dan di luar untuk tidak memberikan informasi dan prvokasi. Ini sedang dilacak tim kita dari Mabes Polri, siapa-siapa yang mengirim SMS, membuat keonaran,” tambahnya.

Menag Suryadharma Ali (SDA) juga menyebut kerusuhan Ambon terjadi bukan karena perbedaan keyakinan masyarakat, muslim dan nasrani. Dia menduga ada pihak tertentu yang sengaja membuat konflik memanas. Keterangan tersebut disampaikan seusai acara halalbihalal di Kemenag kemarin.

Ketua Umum DPP PPP itu menjelaskan, pihak Kemenag sudah mengontak jajaran Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Maluku. “Laporan sementara yang masuk ke kami, kondisi sudah kondusif,” jelasnya. “Dilaporkan masih ada penjagaan ketat di beberapa titik,” imbuhnya.

Imbas dari konflik ini, SDA meminta jajaran Kanwil Kemenag Maluku mengumpulkan seluruh tokoh agama dan tokoh politik. Pemanggilan para tokoh ini diharapkan SDA bisa ikut meredam gejolak di Ambon. “Saya harap dari pertemuan itu, Ambon bisa kembali sejuk dan kondusif,” katanya.
(mag-7/pri/zul/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/