Yusuf Rizaldi Sempat Disebut sebagai Mr X
LANGKAT-M Yusuf bin Hasan alias Yusuf Rizaldi (39) yang disebut-sebut anggota Kelompok Depok, kemarin sore menyerahkan diri di Pangkalansusu, Langkat. Dia menyerahkan diri ke Polsek Pangkalansusu sekitar pukul 15.00 WIB.
Berdasarkan informasi diperoleh di Mapolres Langkat, Rabu (12/9) malam, tersangka Rizaldi Yusuf mengaku berdomisili di Kelurahan Beji Kecamatan Beji Kabupaten Depok.
Sebelumnya dia membuka klinik pengobatan Islam di yayasan yatim piatu Pondok Pidara, Depok. Pascameledaknya bom rakitan di yayasan tersebut, Yusuf Rizaldi yang merupakan anggota kelompok Thoriq pun melarikan diri.
Hingga tadi malam belum ada keterangan sejak kapan Yusuf Rizaldi berada di Pangkalansusu.
Menurut informasi, rumah di Dusun III Desa Sei Siur Pangkalansusu merupakan kediaman orangtuanya. Sampai sejauh ini, beredar informasi bahwa Yusuf Rizaldi memberanikan menyerahkan diri disebabkan beberapa faktor.
Pertama, dia merasa ketakutan karena teman-temannya sudah ada yang ditangkap tim Densus 88. Kedua, dia merasa pekerjaan yang dilakoni atau dilakukan telah merugikan banyak orang. Dan ketiga, dia menyerahkan diri dengan alasan ingin bertobat.
Guna pengusutan lebih lanjut, hingga kini Yusuf Rizaldi masih dalam proses pemeriksaan Polres Langkat dan disebut-sebut sembari menunggu tim berkompeten dari Mabes Polri.
Sebelumnya, Yusuf Rizaldi telah dijadikan DPO atau daftar pencarian orang oleh Mabes Polri. Pasalnya, Mr X yang menjadi korban bom Depok dan sempat dicurigai bernama Yusuf Rizaldi, ternyata bernama Anwar alias Wahyu Ristianto. Dan, kemarin Anwar alias Wahyu Ristianto dinyatakan meninggal.
“Kita juga masih mencari keberadaan Yusuf Rizaldi karena tubuh yang meninggal di RS Polri dipastikan atas nama Anwar dan bukan Yusuf,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Boy Rafli Amar.
Yusuf adalah ahli bekam dan pengobatan herbal yang mengontrak rumah di Beji Depok. Yusuf juga punya tempat tinggal di Petojo, Gambir, Jakarta Pusat. Sejak bom Beji meledak hari Sabtu malam (8 September) lalu, keberadaan Yusuf gelap.
Sayangnya, hingga pukul 21.00 WIB sejumlah media cetak dan elektronik masih belum menerima penjelasan resmi dari Polres Langkat. Tak satu pun perwira termasuk Kapolres Langkat, AKBP L Eric Bhismo, memberikan keterangan resmi.
Pantauan Sumut Pos di Mapolres Langkat, sejumlah personel berpakaian preman yang diduga dari Polda maupun personel Intelijen TNI seliweran di ruang tunggu Mapolres. Mereka berusaha memperoleh penegasan terkait penyerahan diri Rizaldi Yusuf pria asal Pangkalansusu yang katanya tergabung dengan kelompok Thoriq di Depok.
Plt Kasat Reskrim Polres Langkat, Kompol Marjo, dikonfirmasi terkait hal tersebut juga mengaku tidak memahami persis.
Tidak diketahui persis keberadaan Rizaldi Yusuf di ruangan mana diinterogasi petugas, namun tersiar kabar tersangka menjalani pemeriksaan di ruangan Kasat Intelkam Polres Langkat, AKP Asril. Wartawan yang menunggui proses pemeriksaan di ruangan tersebut, sedikit heran.
Pasalnya, ruangan yang sebelum dipantau terang benderang tak lama berselang gelap gulita. Disinyalir, petugas sengaja mengelabui wartawan media cetak maupun jurnalis yang meliput penyerahan diri Rizaldi Yusuf.
Keberadaan orang yang diduga sebagai anggota teroris di Sumatera Utara telah diungkapkan oleh peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie. Kepada Sumut Pos di Jakarta dia mengungkapkan masyarakat Sumut diharapkan untuk bersikap lebih berhati-hati dalam menyikapi sejumlah aksi teror bom yang belakangan ini kembali marak terjadi di tanah air.
Langkah ini diperlukan, apalagi diketahui jaringan-jaringan terorisme yang ada, masih tetap eksis. Termasuk salah satunya kelompok Medan yang beberapa waktu lalu terungkap sebagai pemasok logistik untuk sejumlah daerah.
Kenyataannya, meski beberapa pengikut kelompok Medan ini telah berhasil ditangkap, namun sejumlah anggota lain dipastikan masih bebas berkeliaran. Termasuk salah seorang diantaranya bernama Sabar yang hingga kini diketahui masih terus menjadi buronan polisi.
“Jadi gerakan-gerakan terorisme di Indonesia itu tidak pernah mati. Karena tidak pernah diberantas sampai ke akar-akarnya. Selama aparat keamanan menyikapinya dengan tindakan-tindakan yang keras, maka tindakan balasan dari simpul terorisme kemungkinan besar akan kembali muncul,” jelasnya, Senin (10/9) lalu.
Kenyataan lain, kelompok Medan ini juga diketahui punya network dengan kelompok lain. Mereka sebelumnya merupakan penyandang logistik untuk membantu gerakan di Sulawesi Tengah. Demikian juga membantu pendanaan untuk pengeboman gereja di Solo beberapa waktu lalu. “Sehingga, kemungkinan untuk kembali melancarkan aksi teror tetap saja terbuka,” katanya.
Korban Bom Depok Akhirnya Meninggal
Sementara itu, nasib Anwar, pria yang diduga merakit bom di Beji Depok Jawa Barat berakhir tragis. Setelah tangannya harus dipotong karena membusuk, jiwanya tak tertolong lagi.
“Meninggal dunia karena komplikasi gangguan ginjal dan hati, luka bakarnya juga 70 persen,” ujar Kabid Pelayanan Kedokteran Polisi RS Polri Kramat Jati Kombes dr Ibnu Hajar kemarin.
Pria itu berhasil diidentifikasi sebagai Anwar alias Wahyu Ristianto. “Kita akan serahkan kepada keluarga untuk proses pemakamannya,” katanya. Orangtua Anwar bernama Jatmiko dan Wariyem dari Jawa Tengah.
Soal keterlibatan Anwar dalam tindak pidana terorisme, Kombes Ibnu Hajar tak mengetahui secara detail. “Kami hanya merawat dalam konteks medisnya. Dia mengalami gangguan ginjal yang parah padahal tak sadarkan diri, karena itu kami sempat cuci darahnya,” katanya.
Namun, kemarin sekitar pukul 15. 30 jiwa Anwar tak tertolong. “Kita sudah upayakan pertolongan semaksimal mungkin,” jelasnya.
Meninggalnya Anwar ini tentu berdampak pada investigasi kasus bom Beji Depok ini. “Memang data akan banyak didapat kalau yang bersangkutan hidup ya, tapi bagaimanapun sudah takdirnya,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Boy Rafli Amar.
Densus 88 kini mengandalkan data dari Thoriq yang menyerahkan diri. Kemarin, Polri juga membeber barang bukti yang ditemukan di rumah Thorik, Beji, maupun di Bojonggede, Jawa Barat. Salah satu yang diperlihatkan adalah rangkaian pemicu bom berbentuk ikat pinggang.
Boy mengatakan, rangkaian pemicu bom itu digunakan Thorik saat menyerahkan diri ke Pos Polisi Jembatan Lima, Jakarta Barat, 9 September 2012, atau sehari setelah ledakan di Beji. “Saat menyerahkan diri dia pakai itu, berarti sudah ada niat untuk melakukan teror,” katanya.
Benda yang digunakan Thorik merupakan ikat pinggang berwarna gelap. Hanya saja di satu sisinya terdapat kotak berisi rangkaian kabel. Diduga rangkaian itu sebagai pemicu untuk meledakkan bom. Namun, tak ada bahan peledak yang ditemukan.
Selain menunjukkan ikat pinggang yang dibungkus plastik, Boy juga memperlihatkan barang bukti yang disita di kontrakan di Bojong Gede. Jumlah barang sitaan lebih banyak karena rumah itu diduga gudang kelompok tersebut.
Barang sitaan, yaitu baterai, 4 per kuningan, peredam, 3 sedotan timah, 2 solder merek Gluegun, 2 multitester digital, kotak plastik hitam multitester merek digital, multitester DT 83G-8, dokumen nomor telepon dan dokumen merakit bom, 5 sarung tangan 2 kepala charger hitam, spidol merah dan” kotak kecil plastik.
Ada juga Alquran terjemahan, tiga gelas ukur, toples isi kacang tanah, kalkulator, minyak GPU, 4 masker, sarung pistol, tali, magazen 9mm, lem besi, besi bulat lem paralon, 5 gergaji besi, amplas kunci Inggris, penggaris siku, bor tangan, tas kertas handphone, bon TB Sanjaya Teknik, 3 plat besi 30 x 30 pipa besi dan 2 plat besi.
Digelar pula barang bukti dari lokasi ledakan di Depok, di antaranya granat manggis, granat asap, 1 pucuk senjata api bareta berisi amunisi 17 butir peluru dan 2 pucuk senjata api Enggran, sejenis scorpion senjata serbu dan peredam masih dalam rangkaian. Sisanya adalah peluru 9 mm sebanyak 50 butir, peluru 22 mm sebanyak 30 butir buatan pindad, baterai 9 volt lima buah, dan switching dalam rangkaian 6 buah.
Menurut Boy, dari keseluruhan senjata itu, menunjukkan kelompok Thorik sangat berbahaya. “Kita masih mengejar sisa jaringannya,” ujarnya. (mag-4/gir/rdl/jpnn)