MEDAN, SUMUTPOS.CO – Raibnya uang senilai Rp1,6 miliar lebih di pelataran Kantor Gubernur Sumut pada Senin (9/9) sore lalu, mengundang banyak pertanyaan. Selain proses hilangnya dinilai janggal, peruntukan uang yang katanya untuk membayar honor kegiatan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Sumut, juga jadi pertanyaan. Pasalnya, saat ini pembayaran honor kegiatan sudah dialihkan seluruhnya ke tambahan penghasilan pegawai (TPP).
SEJAK mencuatnya peristiwa uang miliaran rupiah yang raib di kantor Gubsu, pejabat Pemprov Sumut enggan memberi keterangan. Asisten Administrasi Umum dan Aset Setdaprovsu M Fitriyus, yang juga anggota TAPD Sumut ketika dikonfirmasi, menolak memberikan komentar. Ia malah membuang ‘bola panas’ kepada Sekdaprovsu R Sabrina, yang menjadi ketua TAPD.
“Janganlah saya yang berkomentar. Ke Sekda sajalah, sebagai ketua (TAPD),” katanya menjawab Sumut Pos via seluler, Kamis (12/9).
Sebagai bagian dari TAPD, Fitriyus yang ditanya lagi apakah selama ini memang honor tersebut diberikan secara tunai kepada mereka, terlebih dengan nominal fantastis seperti menjadi ‘upah capek’ tim dalam melakukan pembahasann
anggaran, ia kembali menolak memberi keterangan. “Saya kebetulan lagi ada tamu ini di kantor. Jangan buat berita komentar saya ya,” katanya lagi sembari menutup sambungan telepon.
Sementara Ketua Tim TAPD Sumut, Sabrina yang coba dikonfirmasi wartawan di Lantai 9 Kantor Gubsu, Kamis (12/9), tidak berada di ruang kerjanya. Ternyata Sabrina sedang ada tugas di luar negeri.
Bukan cuma Fitriyus, Kasatpol PP Sumut, Suriadi Bahar juga enggan menjawab pertanyaan wartawan. Saat ditanya terkiat tidak berfungsinya CCTV atau kamera pengawas di area luar kantor tersebut, dia menjawab, daripada terjadi disinformasi mengenai hal yang ditanyakan, lebih baik langsung dikonfirmasi ke Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu. Dia mengaku, sudah memberikan data dan keterangan sekaitan CCTV yang tak berfungsi tersebut. Termasuk soal letaknya di mana-mana saja.
“Gini, itu keterangan siapa? Tanya sama dia (Biro Humas), dia sudah tahu itu. Semua nanti informasi di sini itu satu pintu. Dan masalah CCTV Satpol PP punya atau bukan, saya sudah terangkan itu. Kalau (kantor) Satpol PP kan sudah pindah. Jadi tanya ke Biro Humas keaktifan CCTV itu bagaimana,” katanya.
Menurut dia bukan kewenangannya menyampaikan perihal dimaksud. Ia hanya menyampaikan kepada yang berperan tentang pertanyaan seputar tupoksi di instansinya. “Segala macam permasalahan yang terjadi di sini, yang menyampaikan adalah Biro Humas. Kalau ada kaitan Satpol PP, Biro Humas yang sampaikan itu, bukan saya. Tanya saja ya ke Biro Humas. Jika tanya saya, ada dualisme informasi,” katanya.
Keterangan Suriadi Bahar justru berbanding terbalik dengan Kabag Humas pada Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu, Muhammad Ikhsan. Ia mengaku tidak ada secara khusus Suriadi Bahar menerima data dan keterangan yang bersangkutan dengan CCTV tidak aktif, paska kejadian uang raib tersebut. “Tidak, tidak ada beliau sampaikan resmi ke kami soal itu. Hanya dalam rapat dengan pak wagub semalam saja dia sampaikan di situ,” katanya.
Ikhsan menambahkan, sepengetahuan dia, memang diketahui ternyata CCTV yang berada di luar area gedung tidak lagi berfungsi, pascakantor Satpol PP pindah ke Jalan Kapten Muslim. Namun untuk jumlahnya berapa, ia pun tidak mengetahui pasti.
Sebelumnya pada Rabu (11/9) malam kemarin, dua saksi hilangnya uang Rp1,6 miliar lebih dari dalam mobil di pelataran parkir kantor Gubsu, yakni Pembantu PPTK BPKAD Setdaprovsu, Muhammad Aldi Budianto, bersama tenaga honorer BPKAD Sumut, Indrawan Ginting juga enggan memberi komentar lebih jauh kepada wartawan.
Ditemui di kantor Gubsu sekitar pukul 21.00 WIB, dalam rangkaian penyelidikan oleh Satreskrim Polrestabes Medan untuk pengumpulan bahan, keterangan, dan bukti, baik Aldi maupun Indrawan tampak kelelahan. Raut wajah keduanya menunjukkan ketakutan dan seperti merasa ditekan publik. “Maaf bang, aku kelelahan. Bolak-balik dipanggil belum ada istrahat,” ujar Aldi di sela penyelidikan itu.
Ia sempat menunjukkan titik parkir mobil yang mereka kendarai membawa uang itu. Namun saat ditanya wartawan lebih jauh, Aldi pun mengelak. “Ah udahlah bang, maaf ya,” ujarnya.
Setali tiga uang, Indra juga mengaku saat ini sedang kelelahan. “Maaf ya bang, belum ada istrahat,” ungkapnya.
Dia hanya sempat menjawab apakah ada tempat lain yang mereka singgahi selain kantor Gubsu seusai menarik uang dari Bank Sumut. “Oh nggak bang, kami langsung kemari (kantor Gubsu),” aku dia yang tampak tak sabar untuk pergi meninggalkan wartawan dengan mengendarai sepeda motor. “Maaf ya bang, besok kami mau diperiksa lagi,” ujar Indra sambil pamit kepada wartawan.
Pantauan wartawan, Aldi dan Indra melayani apa pertanyaan yang disampaikan tim Satreskrim Polrestabes. Sejumlah titik diamati petugas, mulai dari lokasi parkir, CCTV yang berada di dekat pagar depan Kantor Gubsu hingga arah masuk dan keluar dari Kantor Gubsu.
Di lokasi itu, petugas tampak didampingi Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu, Achmad Fadly dan sejumlah staf, termasuk beberapa ASN dari BPKAD serta Satpol PP.
Achmad Fadly terlihat membantu apa yang diperlukan petugas dalam penyelidikan itu. “Tugas kami mendampingi petugas dan memberi keterangan dan apa yang mereka butuhkan dalam proses ini,” katanya.
Kanit Pidum Satreskrim Polrestabes Medan, Iptu M Said Husein, yang ditemui wartawan usai penyelidikan mengaku belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. “Nanti ke Kasat aja ya bang,” ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Putu Yudha, mengatakan pihaknya sejauh ini masih melakukan penyelidikan. “Kita msh terus melakukan penyelidikan. Tim yang sudah kita bentuk masih bekerja,” katanya. (prn)