29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Bocah Enam Tahun dan Tiga Wartawan jadi Korban

Kehadiran Wapres Boediono kemarin juga diwarnai aksi demonstrasi di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Atas nama mengamankan jalur perjalanan RI 2, seorang anak menjadi korban. Tidak itu saja, tiga orang wartawan juga tak luput dari aksi pihak keamanan.

Adalah Komite Tani Menggugat yang menggelar aksi. Mereka bermaksud menyampaikan berbagai persoalan tanah di Sumut dan meminta Wapres Boediono membantu penyelesaiannya.

Kericuhan aparat dengan wartawan dan puluhan masyarakat itu terjadi sekira pukul 17.00 WIB di depan Kantor Pos Besar Medan, Jalan Balai Kota. Sesuai agenda, Wapres Boediono akan melintasi jalan tersebut sekira pukul 18.00 WIB.

Setibanya di depan Kantor Pos Besar Medan, puluhan massa dan petugas gabungan yang berjaga-jaga sempat melakukan negosiasi agar aksi dipindahkan sekitar 50 meter, persisnya di Persimpangan Jalan Stasiun. Hal itu ditolak oleh massa aksi, pasalnya mereka ingin melakukan orasi di tempat tersebut agar langsung didengar oleh Wapres Boediono saat melintas menuju penginapannya di Hotel JW Mariot.

“Kami meminta kepada bapak Boediono mendengar tuntutan kami atas penyelesaian tanah ini,” teriak kordinator aksi B Simanjuntak.
Massa kembali melakukan orasinya, secara spontan seorang personel TNI masuk dalam barisan massa dan ikuti personel TNI lainnya. Mereka langsung mengambil atribut dan membubarkan semua pendemo dengan cara dibawa paksa meninggalkan  lokasi tersebut.

Akibatnya, kericuhan tidak terbendung, bahkan kaum wanita yang ikut dalam aksi unjuk rasa itu langsung digotong dengan cara paksa. Walaupun sudah menangis-nangis aparat TNI tak menggubrisnya. Tak hanya itu, seorang anak Bernama Ezra (6) terinjak-injak saat pembubar paksa berlangsung. Akibatnya, tangan kiri anak tersebut terluka dan menangis. “Ini lihat anak itu dia terluka terinjak-injak, mana sifat manusiawi wahai aparat,” teriak pendemo.

Tak sampai di situ, kericuhan terus melebar, saat wartawan TV dan fotografer mengabadikan aksi pembubaran paksa itu. Tiga wartawan tercatat menjadi korban, mereka adalah Tuti Alawia dari SCTV, Hayat Sudrajat Hasibuan dari Trans TV, dan Yudistira dari Berita 1. Selain itu, Bahana Situmorang (TvOne) juga didorong hingga jatuh.

Akibatnya tiga wartawan itu mengalami luka-luka, Tuti Alawia mengaku kena pukulan di bagian bibir atasnya dan kaki kirinya luka, kemudian Hayat Sudrajat juga didorong dan kameranya dipukul. Sementara itu, Yudistira dipukul oleh seorang TNI pada bagian pelipis mata kanan. Akibatnya matanya membengkak. “Aku dipukuli anggota TNI, luka pelipis aku ini,” ujarnya dengan nada kesal.

Kolonel Kav Yotanabey Asisten Ops Kodam I/BB yang juga Dansatgas Pamwil Medan saat dikonfrimasi tidak banyak menjawab. “Kami lihat saja dulu,” ungkapnya sambil meninggalkan kerumunan awak media yang mewawancari dirinya.

Lucunya, setelah makan korban, rombongan Boediono malah tidak lewat dari jalan itu. Mereka dikabarkan memutar dari Jalan Jawa kemudian masuk ke Jalan Putri Merak Jingga sebelum akhirnya tiba di Hotel JW Marriott.

Selain kericuhan tadi, kedatangan Boediono juga disikapi dingin oleh warga Medan. Pasalnya, sebagian besar jalan di Kota Medan menjadi tambah macet. Contohnya di Jalan Imam Bonjol, Juanda, Suprapto, S Parman, Patimura hingga Jamin Gintig Padang Bulan macet dari mulai pukul 14.00 hingga pukul 19.00. (rud/gus/jon)

Kehadiran Wapres Boediono kemarin juga diwarnai aksi demonstrasi di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Atas nama mengamankan jalur perjalanan RI 2, seorang anak menjadi korban. Tidak itu saja, tiga orang wartawan juga tak luput dari aksi pihak keamanan.

Adalah Komite Tani Menggugat yang menggelar aksi. Mereka bermaksud menyampaikan berbagai persoalan tanah di Sumut dan meminta Wapres Boediono membantu penyelesaiannya.

Kericuhan aparat dengan wartawan dan puluhan masyarakat itu terjadi sekira pukul 17.00 WIB di depan Kantor Pos Besar Medan, Jalan Balai Kota. Sesuai agenda, Wapres Boediono akan melintasi jalan tersebut sekira pukul 18.00 WIB.

Setibanya di depan Kantor Pos Besar Medan, puluhan massa dan petugas gabungan yang berjaga-jaga sempat melakukan negosiasi agar aksi dipindahkan sekitar 50 meter, persisnya di Persimpangan Jalan Stasiun. Hal itu ditolak oleh massa aksi, pasalnya mereka ingin melakukan orasi di tempat tersebut agar langsung didengar oleh Wapres Boediono saat melintas menuju penginapannya di Hotel JW Mariot.

“Kami meminta kepada bapak Boediono mendengar tuntutan kami atas penyelesaian tanah ini,” teriak kordinator aksi B Simanjuntak.
Massa kembali melakukan orasinya, secara spontan seorang personel TNI masuk dalam barisan massa dan ikuti personel TNI lainnya. Mereka langsung mengambil atribut dan membubarkan semua pendemo dengan cara dibawa paksa meninggalkan  lokasi tersebut.

Akibatnya, kericuhan tidak terbendung, bahkan kaum wanita yang ikut dalam aksi unjuk rasa itu langsung digotong dengan cara paksa. Walaupun sudah menangis-nangis aparat TNI tak menggubrisnya. Tak hanya itu, seorang anak Bernama Ezra (6) terinjak-injak saat pembubar paksa berlangsung. Akibatnya, tangan kiri anak tersebut terluka dan menangis. “Ini lihat anak itu dia terluka terinjak-injak, mana sifat manusiawi wahai aparat,” teriak pendemo.

Tak sampai di situ, kericuhan terus melebar, saat wartawan TV dan fotografer mengabadikan aksi pembubaran paksa itu. Tiga wartawan tercatat menjadi korban, mereka adalah Tuti Alawia dari SCTV, Hayat Sudrajat Hasibuan dari Trans TV, dan Yudistira dari Berita 1. Selain itu, Bahana Situmorang (TvOne) juga didorong hingga jatuh.

Akibatnya tiga wartawan itu mengalami luka-luka, Tuti Alawia mengaku kena pukulan di bagian bibir atasnya dan kaki kirinya luka, kemudian Hayat Sudrajat juga didorong dan kameranya dipukul. Sementara itu, Yudistira dipukul oleh seorang TNI pada bagian pelipis mata kanan. Akibatnya matanya membengkak. “Aku dipukuli anggota TNI, luka pelipis aku ini,” ujarnya dengan nada kesal.

Kolonel Kav Yotanabey Asisten Ops Kodam I/BB yang juga Dansatgas Pamwil Medan saat dikonfrimasi tidak banyak menjawab. “Kami lihat saja dulu,” ungkapnya sambil meninggalkan kerumunan awak media yang mewawancari dirinya.

Lucunya, setelah makan korban, rombongan Boediono malah tidak lewat dari jalan itu. Mereka dikabarkan memutar dari Jalan Jawa kemudian masuk ke Jalan Putri Merak Jingga sebelum akhirnya tiba di Hotel JW Marriott.

Selain kericuhan tadi, kedatangan Boediono juga disikapi dingin oleh warga Medan. Pasalnya, sebagian besar jalan di Kota Medan menjadi tambah macet. Contohnya di Jalan Imam Bonjol, Juanda, Suprapto, S Parman, Patimura hingga Jamin Gintig Padang Bulan macet dari mulai pukul 14.00 hingga pukul 19.00. (rud/gus/jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/