TOBASA, SUMUTPOS.CO – Bencana longsor kembali terjadi di Sumatera Utara. Setelah Mandailing Natal dan Nias Selatan, kali ini Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) mengalami cobaan serupa. Sedikitnya 8 orang yang masih memiliki ikatan keluarga, meninggal dunia dalam bencana alam tersebut.
BERDASARKAN data yang diperoleh Sumut Pos dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, total sementara korban longsor yang terjadi di Desa Halado, Kecamatan Pintu Pohan, Tobasa berjumlah 15 orang. Delapan orang di antaranya meninggal dunia atas nama Jones Tambunan, Nurcahaya Marpaung, Sumadi Tambunan, Amri Tambunan, Sarli Tambunan, Mantu Tambunan, Rosdiana Nainggolan dan Nia Marpaung.
Selanjutnya, korban selamat atas nama Jecky Marpaung, Alfeno Marpaung, Saur Sitorus, Jefri Simangunsong dan Lisbet. “Sisa dua orang lagi belum ditemukan dan masih dalam pencarian tim,” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis saat dikonfirmasi Sumut Pos, tadi malam.
“Longsor terjadi Kamis, 13 Desember dini hari pukul 02.00 WIB, diakibatkan hujan dengan intensitas lama dan terjadi di wilayah Kecamatan Pintu Pohan. Akibat peristiwa ini, empat rumah tertimbun longsor,” sambungnya.
Dia mengungkapkan aksi darurat yang sudah dilakukan antara lain; tim terpadu sudah siaga sejak pagi (tengah malam) di lokasi kejadian, di mana, terdiri dari TNI/Polri, BPBD, Tagana dan Satpol PP, melakukan evakuasi dan pencarian korban dan membersihkan lokasi, mengerahkan alat berat sejak tengah malam dan sampai dengan sekarang. “BPBD Provsu sudah melakukan pendampingan kepada jajaran Pemkab Tobasa. Alat berat dari Dinas PU pun senantiasa di-standby-kan di beberapa lokasi jalan nasional dan provinsi pada titik rawan longsor dan di kawasan permukiman,” katanya.
Pada kesempatan itu pihaknya kembali mengingatkan tentang surat edaran Gubernur Sumut kepada bupati/wali kota akan peringatan dini cuaca yang dikirimkan sebelumnya. “Begitupun kami akan menginfokan itu kembali kepada seluruh kepala daerah di Sumut untuk dapat dipedomani dan dilaksanakan, mengingat cuaca ekstrem akan terus terjadi sampai akhir Desember 2018. Selain itu sesuai saran kami ke bapak gubernur, agar Pemprovsu dapat memberi santunan sebagai bukti pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat (korban, Red). Petunjuk selanjutnya kami masih menunggu dari beliau,” katanya.
Sementara adapun upaya lain yang telah dilakukan Pemkab Tobasa, lanjut Riadil, sudah mengevakusi korban pada dini hari itu juga dengan mengerahkan satgas BPBD yang dibantu instansi terkait dan masyarakat, mendirikan posko bencana di Inalum dan memberikan santunan melalui Dinsos kepada korban longsor.
“Disampaikan juga bahwa situasi di lokasi saat ini hujan, dan tim gabungan bersama masyarakat masih melakukan pencarian korban,” katanya seraya belum dapat memastikan korban meninggal dunia merupakan satu keluarga.
Longsor Terjadi Tiga Kali
Kepala Pelaksana BPBD Tobasa, Herbet Pasaribu mengakui, hingga Kamis (13/12) sore total delapan korban tewas yang ditemukan, serta tiga orang lagi dalam pencarian, dan juga tiga orang selamat. “Tadi (Rabu) malam, dua tewas ditemukan dan tiga selamat, lalu pada hari ini (Kamis) ditemukan lagi enam korban tewas. Sementara yang lain masih dalam proses pencarian,” ujar Herbet.
Menurutnya, timbunan longsor bercampur lumpur serta tanah liat yang tebal mempersulit pencarian. Badan jalan yang menghubungkan kabupaten Tobasa ke Kabupaten Asahan itu sempat lumpuh hingga pukul 16.00 WIB. Panjangnya longsoran tersebut kurang lebih 300 meter dengan lebar 100 meter. Saat evakuasi, tanah liat yang menimbun rumah korban tersebut dialiri air yang berasal dari tebing yang kontur kemiringan tanahnya cukup terjal.
Warga setempat sekaligus keluarga korban, Surung Panjaitan (50) mengaku, saat kejadian tidak ada suara gemuruh. Proses longsor berlangsung cepat. Tidak sampai satu menit, empat rumah tersebut langsung tertimbun. “Tidak sempat ada suara gemuruh, longsornya berlangsug cepat dan rumah berlangsung tertimbun,” ujar pria yang masih memiliki hubungan kerabat dengan para korban.
Posisi rumah tersebut berbeda dengan rumah lainnya. Satu rumah di sebelah atas atau sebelah kiri badan jalan jika dari Arah PT Inalum dan sebaliknya, tiga rumah di sebelah bawah atau sebelah kanan badan jalan.
Mengetahui longsor, Surung keluar dari rumahnya yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Dia membangunkan tetangganya untuk ikut mencoba memberikan pertolongan. Namun, timbunan longsor terlalu tinggi serta disertai hujan turun.
Katanya, longsor besar terjadi hingga tiga kali. Pertama pada pukul 00.00 WIB, yang langsung menimbun empat rumah sekaligus. Lalu, longsor kedua terjadi sekitar pukul 02.00 WIB. Saat longsor kedua, seorang warga bernama Sultan Japri Marpaung hilang dan kini masih dalam pencarian. Kemudian longsor ketiga terjadi pada Kamis (13/12) pagi, sekitar pukul 07.00 WIB. Longsor susulan ini sempat menyeret alat berat yang sedang beroperasi mengevakuasi ke dalam jurang. Beruntung operator alat berat, Alexander Simorangkir berhasil menyelamatkan diri.
Menurut Surung, semua korban masih ada ikatan keluarga, dan masih kakak beradik antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya. Adapun pada posisi rumah sebelah atas badan jalan yakni dihuni Jones Tambunan (45), istrinya Nurcahaya Marpaung (40), lalu Ambrin Tambunan (13), Ahmadi Tambunan (23) serta ayahnya Bantu Tambunan (70). Semuanya meninggal dunia. Sedangkan Easter Tambunan (30), dan Reihand Siagian (3), keduanya berada di Pekanbaru.
Saat dievakuasi, Jones Tambunan dan keluarganya terlihat sudah mengenakan selimut. Diyakini, mereka sudah tertidur saat kejadian.
Sedangkan korban yang rumahnya di bawah badan jalan yakni lima orang, Kasmer Marpaung (39) belum ditemukan, istrinya Rosdiana Nainggolan (35), dan putrinya Nia Marpaung (15) meninggal. Sedangkan dua anaknya yang selamat yakni Alpen Marpaung (12) dan Jelli Marpaung (5). Sedangkan satu rumah yang terimbun longsor merupakan rumah yang tidak berpenghuni.
Sedangkan rumah paling pinggir, dihuni Saor Sitorus, selamat, Jetro Simangunsong pun selamat karena sedang tidak di rumah, termasuk Elisabet br Sihotang juga selamat. “Kebetulan mereka mungkin masih menonton dan nantulang itu sudah tidur. Dari belakang mereka lari. Itulah yang selamat dan yang paling pinggir rumahya,” tambah Surung.
Sementara Bupati Toba Samosir Darwin Siagian dan wakilnya Hulman sitorus langsung meninjau lokasi longsor. Menurut Darwin, semua korban dilarikan ke klinik PT Inalum. Sedangkan warga lainnya yang selamat mengungsi.
Disebutkannya, peristiwa longsornya bukit dan menimpa rumah warga sekaligus penghuninya itu, kini dalam penanganan dan pencarian, baik tim Basarnas, warga, polisi,TNI, elemen masyarakat, dan instansi di lingkungan Pemkab Tobasa, juga dari PT Inalum dan TPL.
Darwin yang didampingi Wakil Bupati Tobasa, Hulman Sitorus menyebutkan, terjadinya longsor diduga karena intensitas hujan tinggi yang berlangsung setiap hari. “Seminggu terakhir hujan deras. Kemungkinan itulah yang membuat tanah bergeser dan terjadinya longsor dan menutup jalan sekaligus rumah warga,” paparnya.
Menindaklanjuti pencarian warga yang saat ini diperkirakan hilang sebanyak 3 orang, kata Hulman Sitorus, akan tetap diupayakan pencarian oleh tim. “Alat berat dari Pemkab, PT Inalum, dan PT TPL masih tetap bekerja keras mencari korban serta membuka jalan agar warga pengguna jalan bisa melanjutkan aktivitasnya,” pungkas Bupati.
Sejak Januari, 430 Kali Longsor di Indonesia
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, memasuki musim penghujan periode ini, bencana longsor akan terus terjadi. Frekuensi longsor terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan. “Jutaan masyarakat terpapar dari ancaman longsor dengan kemampuan mitigasi bencana yang masih minus. Akibatnya, longsor sering menelan korban jiwa,” kata Sutopo.
Menurutnya, longsor terus terjadi cukup merata di beberapa wilayah di Indonesia. Tercatat, sudah terjadi 430 kejadian bencana longsor di Indonesia sejak 1 Januari hingga 13 Desember 2018. Dampak yang ditimbulkan, 129 orang meninggal dan hilang, 115 orang luka-luka, 37.933 orang mengungsi dan terdampak, dan 1.948 rumah rusak.
Diperkirakan bencana longsor akan terus meningkat seiring meningkatkan curah hujan. Puncak hujan periode ini sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Januari-Februari 2019 mendatang. “Masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Prediksi daerah rawan longsor bulanan di seluruh Indonesia dapat dilihat pada website PVMBG. Bahkan hingga tingkat kecamatan dengan tingkat bahayanya dari rendah, sedang dan tinggi. BPBD, aparat lain dan masyarakat dapat menggunakan peta tersebut sebagai rujukan untuk meningkatkan sosialisasi dan kewaspadaannya,” bebernya.
Mitigasi bencana longsor, baik struktural dan nonstructural, masih perlu ditingkatkan. Sistem peringatan dini longsor masih sangat terbatas jumlahnya. Hanya sekitar 300-400 unit yang ada di daerah rawan longsor, sementara kebutuhannya lebih dari ratusan ribu unit. “Terbatasnya anggaran baik APBN dan APBD menyebabkan belum semua daerah rawan longsor memiliki peringatan dini longsor. Peran dunia usaha dan BUMN/BUMD juga masih sangat minim membantu pengadaaan alat ini di daerah operasinya. Begitu juga sosialisasi masyarakat mengenai antisipasi longsor juga masih perlu terus ditingkatkan,” pungkasnya. (prn)