31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Dalih Beli Sepatu, Orangtua Siswa Dikutip Rp90 Ribu

MEDAN-Orangtua siswa SMAN 4 kelas XII (kelas 3) menyatakan kecewa adanya pengutipan uang  Rp90 ribu untuk membeli sepatu sport warna putih dengan dalih sebagai media pembelajaran dari guru bidang studi Kesenian. Sepatu sport  diberi ciri khas dengan nama SMAN4 di atas sepatu tersebut dan di dalam alas sepatu tersebut tercantum by R Br Tobing.

”Sangat disesalkan, jika ada guru yang memanfaatkan siswa kelas 3 dengan dalih media pembelajaran. Belum lagi dengan uang perpisahan, pengambilan ijazah dan lain-lain. Jadi butuh biaya banyak untuk menamatkan anak,” kata orangtua siswa yang tidak mau menyebutkan namanya kepada wartawan, Sabtu (13/4).

Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMAN 4 Drs Joharis Lubis MM MPd yang dikonfirmasi wartawan, menyesalkan tindakan oknum guru R Boru Tobing yang memperjualbelikan sepatu sport warna putih dengan harga Rp90 ribu kepada siswa. “Kepsek harus segera memanggil oknum guru tersebut dan meminta agar memulangkan sepatu sport tersebut. Jika ini memang terbukti oknum guru tersebut memperjualbelikan sepatu kepada siswa, supaya Kadisdik Medan mengambil tindakan tegas. Karena ini sudah mencederai hati guru lainnya,” kata Joharis Lubis.

Dikatakan Joharis, pengutipan sudah di larang, namun kenyataannya ada beberapa oknum guru yang tidak sepaham. Kalau memang mau buat acara atau pembelajaran bagi siswa boleh pakai dana komite. Jangan selalu membebani orangtua siswa. “Sekali lagi saya tegaskan tidak dibenarkan jual beli sepatu kepada siswa,” tegas Joharis yang juga Ketua Konsultan Pendidikan Indonesia.

Sementara Guru R Boru Tobing yang dikonfirmasi wartawan, membantah tidak benar ada menjual sepatu kepada siswanya di SMAN4. Namun, itu merupakan alat praktek dan sebagai bahan pembelajaran bidang studi yang  diajarkan. “Tidak benar, saya menjual sepatu, melainkan itu sebagai alat media seperti buku gambar dan kanvas untuk pembelajaran seni rupa. Para siswa yang meminta kepada saya sebagai guru kesenian untuk menyalurkan bakat karena tidak semua nantinya melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi saya bukan jualan,” kata R Boru Tobing.

Ditanya harga sepatu yang diperjualbelikan sebesar Rp 90 ribu, R Boru Tobing membantahnya. “Gak ada itu. Media pembelajaran ini sudah dicanangkan siswa sejak bulan Januari. Semua itu idenya dari siswa, medianya juga dari siswa. Dengan media pembelajaran ini, siswa bisa kreatif, dapat ilmu dan bisa berwiraswasta karena kan tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya hanya membantu dan bahkan banyak siswa yang tidak mampu saya bantu,” kata R boru Tobing.

Menurutnya, siswa yang meminta kepadanya sebagai guru kesenian agar membuat suatu bahan praktek. Maka  dibuatlah sepatu sport dengan memberi nama SMAN4 sebagai ciri khas supaya kreativitas siswa dapat tersalur.

Ini dilakukan sesuai pembelajaran. “Karena kanvas lebih mahal makanya kita membuat media pembelajarannya dari sepatu. Jadi ini semua jauh-jauh hari sudah didiskusikan,” paparnya.

Untuk pembelajaran media apapun yang akan dipakai, lanjutnya, tidak harus melalui persetujuan kepala sekolah. Karena setiap guru bidang studi punya media masing-masing untuk menggali bakat siswanya. “Asal tidak menyimpang dari pendidikan,” kata R boru Tobing yang mengajar sebagai guru Kesenian dan Bahasa Indonesia.  (ila)

MEDAN-Orangtua siswa SMAN 4 kelas XII (kelas 3) menyatakan kecewa adanya pengutipan uang  Rp90 ribu untuk membeli sepatu sport warna putih dengan dalih sebagai media pembelajaran dari guru bidang studi Kesenian. Sepatu sport  diberi ciri khas dengan nama SMAN4 di atas sepatu tersebut dan di dalam alas sepatu tersebut tercantum by R Br Tobing.

”Sangat disesalkan, jika ada guru yang memanfaatkan siswa kelas 3 dengan dalih media pembelajaran. Belum lagi dengan uang perpisahan, pengambilan ijazah dan lain-lain. Jadi butuh biaya banyak untuk menamatkan anak,” kata orangtua siswa yang tidak mau menyebutkan namanya kepada wartawan, Sabtu (13/4).

Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMAN 4 Drs Joharis Lubis MM MPd yang dikonfirmasi wartawan, menyesalkan tindakan oknum guru R Boru Tobing yang memperjualbelikan sepatu sport warna putih dengan harga Rp90 ribu kepada siswa. “Kepsek harus segera memanggil oknum guru tersebut dan meminta agar memulangkan sepatu sport tersebut. Jika ini memang terbukti oknum guru tersebut memperjualbelikan sepatu kepada siswa, supaya Kadisdik Medan mengambil tindakan tegas. Karena ini sudah mencederai hati guru lainnya,” kata Joharis Lubis.

Dikatakan Joharis, pengutipan sudah di larang, namun kenyataannya ada beberapa oknum guru yang tidak sepaham. Kalau memang mau buat acara atau pembelajaran bagi siswa boleh pakai dana komite. Jangan selalu membebani orangtua siswa. “Sekali lagi saya tegaskan tidak dibenarkan jual beli sepatu kepada siswa,” tegas Joharis yang juga Ketua Konsultan Pendidikan Indonesia.

Sementara Guru R Boru Tobing yang dikonfirmasi wartawan, membantah tidak benar ada menjual sepatu kepada siswanya di SMAN4. Namun, itu merupakan alat praktek dan sebagai bahan pembelajaran bidang studi yang  diajarkan. “Tidak benar, saya menjual sepatu, melainkan itu sebagai alat media seperti buku gambar dan kanvas untuk pembelajaran seni rupa. Para siswa yang meminta kepada saya sebagai guru kesenian untuk menyalurkan bakat karena tidak semua nantinya melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi saya bukan jualan,” kata R Boru Tobing.

Ditanya harga sepatu yang diperjualbelikan sebesar Rp 90 ribu, R Boru Tobing membantahnya. “Gak ada itu. Media pembelajaran ini sudah dicanangkan siswa sejak bulan Januari. Semua itu idenya dari siswa, medianya juga dari siswa. Dengan media pembelajaran ini, siswa bisa kreatif, dapat ilmu dan bisa berwiraswasta karena kan tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya hanya membantu dan bahkan banyak siswa yang tidak mampu saya bantu,” kata R boru Tobing.

Menurutnya, siswa yang meminta kepadanya sebagai guru kesenian agar membuat suatu bahan praktek. Maka  dibuatlah sepatu sport dengan memberi nama SMAN4 sebagai ciri khas supaya kreativitas siswa dapat tersalur.

Ini dilakukan sesuai pembelajaran. “Karena kanvas lebih mahal makanya kita membuat media pembelajarannya dari sepatu. Jadi ini semua jauh-jauh hari sudah didiskusikan,” paparnya.

Untuk pembelajaran media apapun yang akan dipakai, lanjutnya, tidak harus melalui persetujuan kepala sekolah. Karena setiap guru bidang studi punya media masing-masing untuk menggali bakat siswanya. “Asal tidak menyimpang dari pendidikan,” kata R boru Tobing yang mengajar sebagai guru Kesenian dan Bahasa Indonesia.  (ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/