Dalam memeriahkan Hari Filateli, Kantor Pos Besar Kota Medan menggelar pameran pada 12-14 April 2013. Pameran filateli ini menampilkan barang-barang antik mulai dari perangko tahun 1920 buatan Belanda dan uang dengan nominal 1 sen.
Deking Sembiring, Medan
Peringatan Hari Filateli di Kantor Pos Besar Kota Medan memang berlangsung sederhana.
Selain pameran barang-barang yang berhubungan dengan kantor pos, seperti kartu pos dan perangko, juga digelar pameran uang-uang zaman dulu. Para penggemar atau pengkoleksi barang-barang antik tersebut pun sangat antusias melihat pameran tersebut.
Bahkan, tidak sedikit yang membeli perangko dan uang-uang antik tersebut. Terbukti, saat Sumut Pos menyambangi lokasi pameran yang berada di ruangan depan kantor pos tersebut, Minggu (14/4), seorang pria muda sedang membeli uang pecahan 1 Sen dan 50 Sen seharga Rp300 ribu. “Untuk menambah koleksi di rumah,” katanya.
Bagi pria yang mengaku bernama Andre (25), pameran filateli ini merupakan kesempatan baginya untuk mencari barang-barang yang belum ada dikoleksi. “Selain sebagai hobi, kolektor ini sebenarnya sebuah investasi karena barang-barang yang dikoleksi suatu saat bisa dijual lagi,” jelasnya.
Sedangkan, seorang penjual uang antik bernama H Darwin Tanjung (75) mengatakan, uang-uang zaman dulu yang dijualnya pada pemeran filateli kantor Pos Medan tersebut merupakan hasil menjadi kolektor selama tahun 1997 hingga 2012 lalu. “Saya memulai mengumpulkan uang antik ini mulai tahun 1997 lalu dan mulai melelangnya sejak tahun 2012 lalu,” ungkapnya.
Koleksi uang milik Darwin Tanjung ini memang khusus uang Indonesia mulai dari uang pecahan Sen, Oeang Republik Indonsia (ORI) dan rupiah. Dalam mengumpulkan uang-uang tersebut, Darwin mengaku sudah mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. “Saya sudah mendatangi hampir semua daerah di Indonesia ini hanya untuk mendapatkan uang-uang ini,” jelasnya.
Baginya, menjadi kolektor awalnya merupakan hobi. Namun, lama kelamaan dia mengetahui bahwa keloktor merupakan bisnis yang sangat mengutungkan. “Awalnya hanya hobby, tapi sekerang baru mengetahui bahwa bisnis ini sangat menguntungkan. Dulu, uang sen ini saya beli Rp50 ribu, sekarang ditawar orang dengan harga Rp300 ribu,” ungkapnya.
Darwin yang mengaku pernah bekerja di PLN tersebut mengungkapkan, koleksi uang-uang zaman dulu yang dimilikinya mencapai ratusan juta rupiah. Meski sudah ada yang ingin membeli semua koleksinya ini, dia menolak. Tanjung lebih memilih menjualnya melalui pameran, agar generasi muda bisa melihat uang zaman dulu Indonesia. “Bahkan, sekarang ada yang menjadi penerus saya. Dia tertarik menjadi kolektor uang zaman dulu, setelah melihat koleksi-koleksi saya,” ungkapnya.
Lantas, uang pecahan berapa yang belum dimiliki dan ingin memilikinya? Darwin Tanjung menyebutkan uang sen pecahan 10, 25 dan 5.000 keluaran tahun 1957 . Uang pecahan tersebut sendiri bernilai puluhan juta. “Uang itu bernilai sekitar Rp20 juta sampai Rp30 juta. Dan kalau ada banyak, saya berani memborongnya,” tambah ayak 8 anak tersebut. (mag-7)