25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Dilempari Batu, Petugas Mundur

Penertiban Pool Bus CV BTN Ricuh

MEDAN-Hari kedua penertiban pool bus liar dan angkutan plat hitam di Jalan Jamin Ginting Medan, yang dilakukan petugas gabungan Dinas perhubungan (Dishub) Kota Medan, Sat Pol PP Kota Medan, Sat Lantas Polresta Medan dan TNI, Jumat (14/9) siang, berakhir ricuh. Petugas dilempari para pedagang dan pengelola bus dengan batu, tomat dan telur.

RICUH: Petugas berusaha mendinginkan pedagang  ribut  pool Bus BTN  Jalan Jamin Ginting  Medan, Jumat (14/9).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
RICUH: Petugas berusaha mendinginkan pedagang yang ribut di pool Bus BTN di Jalan Jamin Ginting Medan, Jumat (14/9).//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Kericuhan berawal saat puluhan petugas gabungan yang dipimpin langsung Kadishub Kota Medan Renward Parapat mendatangi pool bus liar milik CV BTN di Jalan Jamin Ginting Medan saat berada di lokasi petugas gabungan mendapat perlawan dari pengelola bus CV BTN dan sejumlah pedagang yang berjualan di pool bus tersebut.

Sejumlah petugas mencoba menenangkan massa yang berada di lokasi kemudian melakukan negosiasi kepada pihak pengelola dan para pedagang, namun kembali ditolak oleh pengelola dan para pedagang. Akhirnya negosiasi yang dilakukan petugas dengan pengelola bus dan pedagang kembali memanas.
Kasat Pol PP Kota Medan, Muhammad Sofyan yang  berada di lokasi mencoba mendinginkan suasana di lokasi, namun itu tidak berhasil. Saat seorang personel lalulantas yang membawa gembok ban untuk dipasang di ban bus L-300 milik CV BTN. Sontak, pedagang di terminal mengamuk dan memaki petugas.

“Pergi kalian jangan mengganggu kami mencari makan. Pergi, pergi,” kata seorang ibu sambil melempari petugas dengan tomat.
Petugas gabungan langsung mengambil tindakan tegas terhadap orang yang menghalangi penertiban, namun petugas juga dihadang massa pemuda, pedagang dan pengelola bus. Kericuhan pun tak terbendung. Massa langsung melempari petugas dengan batu, tomat dan telur.

Kericuhan ini bisa diatasi setelah sejumlah personel TNI yang ikut dalam penertiban ini bersama pihak kecamatan setempat coba kembali menenangkan massa yang sudah anarkis.

Kerincuhan ini sempat membuat ketakutan penumpang Bus CV BTN yang berada di lokasi. Mereka memilih menghindar dan masuk ke dalam kios-kios yang ada untuk menghindari lemparan.

Seorang pedagang mengatakan, dengan penertiban pastinya dagangan mereka akan tutup. Dia mengungkapkan sudah lama berjualan di terminal itu dan sudah menjadi mata pencarian para pedagang sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Cemana lah ini  tempat cari nafkah kami, kalau ini tutup kami mau cari nafkah dimana lagi,” sambung warga.
Kadishub Kota Medan, Renward Parapat mengatakan akan tetap melakukan tindakan tegas terhadap CV BTN.
“Kita akan tindak tegas,”sebutnya.

Menyikapi kericuhan tadi, Renward mengungkapkan lebih baik mundur untuk menghindari kejadian yang tidak dinginkan.
“Kita tidak mau mengambil risiko, lebih baik kita mundur,” pungkasnya.

Pedangang Kaki Lima Pusat Pasar Ditertibkan

Sementara dua belas kios pedangang kaki lima (PKL) yang beropersi di Pusat Pasar, Jalan Sutomo Medan ditertibkan oleh aparat gabungan Sat Pol PP dibantu oleh kelurahan, dinas perhubungan dan PD Pasar Kota Medan, Jumat (14/9). Menurut Dirut PD Pasar Kota Medan, Benny Sihotang, penertiban pedangan kaki lima ini dilakukan sesuai dengan perintah Wali Kota Medan dan juga membuka Jalan Dame agar akses kendaraan yang masuk menuju Pusat Pasar Medan lancar.

Kasat PP Medan, M Sofyan mengungkapan, penertiban pedangang kaki lima ini bertujun untuk menormalisasi jalan yang macat.
Sofyan menghapkan agar pedangang kaki lima tidak berjualan lagi, karena area tersebut akses jalan,”katanya.

Lince Sitorus (50), pedangan buah mengatakan, keberatan dengan penertiban yang dilakukan oleh peeritah Kota Medan.
“Kami tidak mau pindah, aku di sini berjualan dapat menyekolahkan anak saya dan untuk makan, kalau dipindahkan belum lagi untuk menyewa kiosnya,”tambahnya.

Pedagang lain, Sitrorus (40) juga keberatan dipindah. “Mana ada uang kami untuk pindah, udah dari zaman Soeharto kami berjualan di tempat ini. Kami berharap agar lapak jualan kami tidak dipindahkan,”harapanya. (gus/mag-19)

Penertiban Pool Bus CV BTN Ricuh

MEDAN-Hari kedua penertiban pool bus liar dan angkutan plat hitam di Jalan Jamin Ginting Medan, yang dilakukan petugas gabungan Dinas perhubungan (Dishub) Kota Medan, Sat Pol PP Kota Medan, Sat Lantas Polresta Medan dan TNI, Jumat (14/9) siang, berakhir ricuh. Petugas dilempari para pedagang dan pengelola bus dengan batu, tomat dan telur.

RICUH: Petugas berusaha mendinginkan pedagang  ribut  pool Bus BTN  Jalan Jamin Ginting  Medan, Jumat (14/9).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
RICUH: Petugas berusaha mendinginkan pedagang yang ribut di pool Bus BTN di Jalan Jamin Ginting Medan, Jumat (14/9).//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Kericuhan berawal saat puluhan petugas gabungan yang dipimpin langsung Kadishub Kota Medan Renward Parapat mendatangi pool bus liar milik CV BTN di Jalan Jamin Ginting Medan saat berada di lokasi petugas gabungan mendapat perlawan dari pengelola bus CV BTN dan sejumlah pedagang yang berjualan di pool bus tersebut.

Sejumlah petugas mencoba menenangkan massa yang berada di lokasi kemudian melakukan negosiasi kepada pihak pengelola dan para pedagang, namun kembali ditolak oleh pengelola dan para pedagang. Akhirnya negosiasi yang dilakukan petugas dengan pengelola bus dan pedagang kembali memanas.
Kasat Pol PP Kota Medan, Muhammad Sofyan yang  berada di lokasi mencoba mendinginkan suasana di lokasi, namun itu tidak berhasil. Saat seorang personel lalulantas yang membawa gembok ban untuk dipasang di ban bus L-300 milik CV BTN. Sontak, pedagang di terminal mengamuk dan memaki petugas.

“Pergi kalian jangan mengganggu kami mencari makan. Pergi, pergi,” kata seorang ibu sambil melempari petugas dengan tomat.
Petugas gabungan langsung mengambil tindakan tegas terhadap orang yang menghalangi penertiban, namun petugas juga dihadang massa pemuda, pedagang dan pengelola bus. Kericuhan pun tak terbendung. Massa langsung melempari petugas dengan batu, tomat dan telur.

Kericuhan ini bisa diatasi setelah sejumlah personel TNI yang ikut dalam penertiban ini bersama pihak kecamatan setempat coba kembali menenangkan massa yang sudah anarkis.

Kerincuhan ini sempat membuat ketakutan penumpang Bus CV BTN yang berada di lokasi. Mereka memilih menghindar dan masuk ke dalam kios-kios yang ada untuk menghindari lemparan.

Seorang pedagang mengatakan, dengan penertiban pastinya dagangan mereka akan tutup. Dia mengungkapkan sudah lama berjualan di terminal itu dan sudah menjadi mata pencarian para pedagang sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Cemana lah ini  tempat cari nafkah kami, kalau ini tutup kami mau cari nafkah dimana lagi,” sambung warga.
Kadishub Kota Medan, Renward Parapat mengatakan akan tetap melakukan tindakan tegas terhadap CV BTN.
“Kita akan tindak tegas,”sebutnya.

Menyikapi kericuhan tadi, Renward mengungkapkan lebih baik mundur untuk menghindari kejadian yang tidak dinginkan.
“Kita tidak mau mengambil risiko, lebih baik kita mundur,” pungkasnya.

Pedangang Kaki Lima Pusat Pasar Ditertibkan

Sementara dua belas kios pedangang kaki lima (PKL) yang beropersi di Pusat Pasar, Jalan Sutomo Medan ditertibkan oleh aparat gabungan Sat Pol PP dibantu oleh kelurahan, dinas perhubungan dan PD Pasar Kota Medan, Jumat (14/9). Menurut Dirut PD Pasar Kota Medan, Benny Sihotang, penertiban pedangan kaki lima ini dilakukan sesuai dengan perintah Wali Kota Medan dan juga membuka Jalan Dame agar akses kendaraan yang masuk menuju Pusat Pasar Medan lancar.

Kasat PP Medan, M Sofyan mengungkapan, penertiban pedangang kaki lima ini bertujun untuk menormalisasi jalan yang macat.
Sofyan menghapkan agar pedangang kaki lima tidak berjualan lagi, karena area tersebut akses jalan,”katanya.

Lince Sitorus (50), pedangan buah mengatakan, keberatan dengan penertiban yang dilakukan oleh peeritah Kota Medan.
“Kami tidak mau pindah, aku di sini berjualan dapat menyekolahkan anak saya dan untuk makan, kalau dipindahkan belum lagi untuk menyewa kiosnya,”tambahnya.

Pedagang lain, Sitrorus (40) juga keberatan dipindah. “Mana ada uang kami untuk pindah, udah dari zaman Soeharto kami berjualan di tempat ini. Kami berharap agar lapak jualan kami tidak dipindahkan,”harapanya. (gus/mag-19)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/