27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Jangan Suka-suka Usir Orang Miskin…

Sengketa Tanah, Seribuan Warga Belawan Blokir Jalan Raya Pelabuhan

BELAWAN-Seribuan warga Belawan dari lingkungan VII, X dan XIV, Kelurahan Bagan Deli, mengamuk begitu tahu rencana seorang pengusaha mau menggusur rumah mereka. Mereka pun memblokir Jalan Raya Pelabuhan, Belawan, Rabu (14/12). Ujungnya, aksi pemblokiran jalan ini diwarnai bentrokan antara warga dan polisi.

Tiga warga masing-masing bermarga Nainggolan, Malau, dan Purba serta dua personel polisi AKP Antoni Rajagukguk dan seorang bintara luka-luka dalam kejadian ini.

“Kami tidak mau angkat kaki di rumah kami. Tanah yang kami tempati adalah milik kami dengan surat-surat yang jelas,” teriak sejumlah warga yang melakukan protes di badan Jalan Raya Pelabuhan, Belawan.

Aksi protes warga awalnya berlangsung damai, tiba-tiba berubah mencekam. Pasalnya, seribuan warga yang memblokir akses jalan menuju Pelabuhan Belawan coba dibubarkan paksa oleh ratusan polisi gabungan dari Polres Belawan.

Upaya polisi membubarkan paksa aksi massa, diwarnai dengan pengamanan 3 warga, serta spanduk yang dibawa pendemo dirobek-robek. Akibatnya, emosi warga semakin tersulut. Mereka memaksa polisi memulangkan 3 warga yang diamankan.

Situasi yang memanas memaksa polisi mengembalikan ketiga warga. Saat pemulangan 3 orang itu, warga melakukan perlawanan hingga terjadilah bentrok fisik dengan polisi. Bentrokan mengakibatkan 2 oknum polisi terkena pukulan. Polisi yang kalang kabut tak mau tinggal diam dan melakukan perlawanan fisik.

Situasi yang terus memanas diwarnai warga dengan melakukan pembakaran ban di badan Jalan Raya Pelabuhan, hingga membuat akses jalan menuju Pelabuhan Belawan lumpuh total lebih dari 3 jam. Akibatnya akses keluar masuknya barang dari Pelabuhan BICT Belawan terhenti.

“Kami tak mau angkat kaki dari sini. Jangan suka-suka usir orang miskin. Emangnya ini negara kalian!” amuk seorang ibu-ibu di hadapan polisi.

“Apapun ceritanya kami tak mau pindah atau digusur dari lahan ini. Kalau mau ganti rugi jangan Rp7 juta. Untuk bangun kandang babi aaja tidak cukup. Jangan kalian pikir kami ini numpang. Kami ini punya hak di tanah ini karena kami punya surat tanah ini,” kata seorang ibu-ibu mengaku boru Purba.

Polisi yang semula panas akhirnya mengubah strategi dengan pendekatan yang lebih santun kepada ribuan warga, agar membuka akses jalan. Camat Belawan Andi Harahap pun melakukan musyawarah dengan masyarakat. Andi menyampaikan pada warga, bila belum ada keputusan atas ganti rugi maka tidak ada yang bisa menggusur warga keluar dari lahan yang mereka tempati.

Hasil musyawarah akhirnya membuat warga agak lega dan memilih membubarkan diri. Akses jalan yang sempat terblokir kembali normal.

Menyikapi masalah lahan tanah tersebut, Andi Harahap mengaku sudah berulang kali menerima musyawarah dari masyarakat tentang ganti rugi tersebut. Namun, belum ada kesepakatan antara pengusaha dengan masyarakat. “Kita belum bisa menjelaskan masalah ini karena pengusaha mengaku itu adalah lahannya. Sedangkan masyarakat mengaku mereka memiliki surat atas tanah yang mereka tempati. Jadi, kita masih menunggu musyawarah berikutnya,” kata Andi.

Pelabuhan Rugi Ratusan Juta

Dampak dari aksi warga memblokir Jalan Raya Pelabuhan Belawan sebagai pintu masuk menuju Belawan International Container Terminal (BICT), membuat akses keluar masuk barang dari dermaga kontainer lumpuh selama 3 jam. Akibatnya, BICT menderita kerugian mencapai ratusan juta.

Hal itu diungkapkan Humas BICT, Suratman, yang dikonfirmasi melalui via telepon oleh Posmetro Medan (grup Sumut Pos). Ia mengatakan, akibat pemblokiran jalan, sejumlah kontainer tidak dapat diangkut. Kegiatan di BICT pun sempat terhenti selama 3 jam. “Bayangkan saja, 3 jam kita tidak melakukan kegiatan, sudah rugi ratusan juta rupiah dari proses ekspor-impor barang,” kata Suratman.

Kekecewaan juga dialami seorang sopir kontainer, Sumardi, yang tak bisa memasukkan kontainer ke BICT. Akibatnya, trayek yang mereka tempuh tak sesuai harapan. “Biasanya sehari 4 trip, tapi karena aksi ini jadi 2 trip aja. Mau makan apa kami? Sekali trip cuma Rp50 ribu kami dapat. Abang kalikan sajalah,” keluhnya dari dalam mobilnya. (ril/bud/smg)

Sengketa Tanah, Seribuan Warga Belawan Blokir Jalan Raya Pelabuhan

BELAWAN-Seribuan warga Belawan dari lingkungan VII, X dan XIV, Kelurahan Bagan Deli, mengamuk begitu tahu rencana seorang pengusaha mau menggusur rumah mereka. Mereka pun memblokir Jalan Raya Pelabuhan, Belawan, Rabu (14/12). Ujungnya, aksi pemblokiran jalan ini diwarnai bentrokan antara warga dan polisi.

Tiga warga masing-masing bermarga Nainggolan, Malau, dan Purba serta dua personel polisi AKP Antoni Rajagukguk dan seorang bintara luka-luka dalam kejadian ini.

“Kami tidak mau angkat kaki di rumah kami. Tanah yang kami tempati adalah milik kami dengan surat-surat yang jelas,” teriak sejumlah warga yang melakukan protes di badan Jalan Raya Pelabuhan, Belawan.

Aksi protes warga awalnya berlangsung damai, tiba-tiba berubah mencekam. Pasalnya, seribuan warga yang memblokir akses jalan menuju Pelabuhan Belawan coba dibubarkan paksa oleh ratusan polisi gabungan dari Polres Belawan.

Upaya polisi membubarkan paksa aksi massa, diwarnai dengan pengamanan 3 warga, serta spanduk yang dibawa pendemo dirobek-robek. Akibatnya, emosi warga semakin tersulut. Mereka memaksa polisi memulangkan 3 warga yang diamankan.

Situasi yang memanas memaksa polisi mengembalikan ketiga warga. Saat pemulangan 3 orang itu, warga melakukan perlawanan hingga terjadilah bentrok fisik dengan polisi. Bentrokan mengakibatkan 2 oknum polisi terkena pukulan. Polisi yang kalang kabut tak mau tinggal diam dan melakukan perlawanan fisik.

Situasi yang terus memanas diwarnai warga dengan melakukan pembakaran ban di badan Jalan Raya Pelabuhan, hingga membuat akses jalan menuju Pelabuhan Belawan lumpuh total lebih dari 3 jam. Akibatnya akses keluar masuknya barang dari Pelabuhan BICT Belawan terhenti.

“Kami tak mau angkat kaki dari sini. Jangan suka-suka usir orang miskin. Emangnya ini negara kalian!” amuk seorang ibu-ibu di hadapan polisi.

“Apapun ceritanya kami tak mau pindah atau digusur dari lahan ini. Kalau mau ganti rugi jangan Rp7 juta. Untuk bangun kandang babi aaja tidak cukup. Jangan kalian pikir kami ini numpang. Kami ini punya hak di tanah ini karena kami punya surat tanah ini,” kata seorang ibu-ibu mengaku boru Purba.

Polisi yang semula panas akhirnya mengubah strategi dengan pendekatan yang lebih santun kepada ribuan warga, agar membuka akses jalan. Camat Belawan Andi Harahap pun melakukan musyawarah dengan masyarakat. Andi menyampaikan pada warga, bila belum ada keputusan atas ganti rugi maka tidak ada yang bisa menggusur warga keluar dari lahan yang mereka tempati.

Hasil musyawarah akhirnya membuat warga agak lega dan memilih membubarkan diri. Akses jalan yang sempat terblokir kembali normal.

Menyikapi masalah lahan tanah tersebut, Andi Harahap mengaku sudah berulang kali menerima musyawarah dari masyarakat tentang ganti rugi tersebut. Namun, belum ada kesepakatan antara pengusaha dengan masyarakat. “Kita belum bisa menjelaskan masalah ini karena pengusaha mengaku itu adalah lahannya. Sedangkan masyarakat mengaku mereka memiliki surat atas tanah yang mereka tempati. Jadi, kita masih menunggu musyawarah berikutnya,” kata Andi.

Pelabuhan Rugi Ratusan Juta

Dampak dari aksi warga memblokir Jalan Raya Pelabuhan Belawan sebagai pintu masuk menuju Belawan International Container Terminal (BICT), membuat akses keluar masuk barang dari dermaga kontainer lumpuh selama 3 jam. Akibatnya, BICT menderita kerugian mencapai ratusan juta.

Hal itu diungkapkan Humas BICT, Suratman, yang dikonfirmasi melalui via telepon oleh Posmetro Medan (grup Sumut Pos). Ia mengatakan, akibat pemblokiran jalan, sejumlah kontainer tidak dapat diangkut. Kegiatan di BICT pun sempat terhenti selama 3 jam. “Bayangkan saja, 3 jam kita tidak melakukan kegiatan, sudah rugi ratusan juta rupiah dari proses ekspor-impor barang,” kata Suratman.

Kekecewaan juga dialami seorang sopir kontainer, Sumardi, yang tak bisa memasukkan kontainer ke BICT. Akibatnya, trayek yang mereka tempuh tak sesuai harapan. “Biasanya sehari 4 trip, tapi karena aksi ini jadi 2 trip aja. Mau makan apa kami? Sekali trip cuma Rp50 ribu kami dapat. Abang kalikan sajalah,” keluhnya dari dalam mobilnya. (ril/bud/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/