26 C
Medan
Tuesday, July 9, 2024

Pisang Barangan Sumut Diminati Singapura

Dinas Pertanian Fasilitasi Petani

Eksportir sayur dan buah mengaku belum bisa memenuhi permintaan ekspor dikarenakan produk tani belum sesuai kebutuhan. Padahal, Sumut masih sangat berpeluang untuk memenuhinya. Satu produk tani yang menjadi incaran dari Sumut yakni pisang barangan.

Hal itu diketahui dalam rapat koordinasi antara eksportir pelaku usaha tani dan Pemprovsu di Kantor Dinas Pertanian Sumut, Rabu (14/12). Dalam rapat itu, Kepala Dinas Pertanian Sumut M Roem menyebutkan, Pemprovsu tetap komitmen untuk melakukan langkah-langkah yang jelas dalam menjangkau para petani.

“Jangkauan itu dimaksudkan agar petani sebagai pelaku usaha tani bisa berhubungan langsung dengan para eksportir,” ucapnya.

Tapi, paparnya untuk memenuhi ekspor hasil tani dari Sumut, Dinas Pertanian mengupayakan pemenuhan infrastruktur yang baik, pemberian bantuan bibit dan peralatan tani serta memberikan fasilitas di bidang pemasaran hasil tani. ”Kami tetap fokus membina petani agar kualitas yang dihasilkan terus meningkat dan bisa diekspor,” tegasnya.

Roem menyebutkan pola pertanian di Kabupaten Karo dan Simalungun terlebih dahulu menjadi fokus sentra produk tani ekspor dan diutamakan komoditi sesuai permintaan Negara tujuan. Karena pada 2014, Indonesai ditargetkan memenuhi kebutuhan sayur dan buah di Singapura sebanyak 30 persen. Namun, untuk menggapai angka tersebut, langkah yang harus diambil adalah mempertahankan produksi secara berkelanjutan, stabilitas harga, pengepakan atau kemasan, promosi, dan mengadakan perjanjian kerjasama.

“Kelompok tani harus dijamin kelangsungan usahanya, namun para eksportir yang juga harus perhatian kepada petani,” kata Roem.

Dia mengungkapkan, di kalangan petani sendiri sering tidak adanya hubungan dan ikatan kerjasama dengan eksportir, maka petani cenderung menjual hasil tani sesuka hati. “Saat harga di pasar lokal naik, tidak mau menjual hasil tani kepada eksportir. Sedangkan saat harga jatuh di pasar lokal, petani malah mencari eksportir,” katanya.  “Sebaiknya, kejadian itu tidak lagi terjadi, sehingga jumlah produk ekspor bisa distabilkan dan berkesinambungan,” tambahnya.
Hal lainnya, Roem menyebutkan beberapa produk yang menjadi unggulan dan diminati Singapura adalah Pisang Barangan. Komoditas tersebut mendapat apresiasi yang cukup luar biasa dari konsumen di Negara itu.

Tapi, saat pisang barangan memiliki bintik hitam di kulitnya, konsumen di Negara itu membuangnya. Sebab, menurut konsumen di negara tersebut pisang tersebut tidak bersih. “Jadi sekarang ini perlu penanganan khusus agar pisang barangan dari Sumut sesuai permintaan,” sebutnya.

Ungkapan itu dibenarkan seorang eksportir yang hadir dalam pertemuan tersebut, Birin. Dia menyampaikan melon dan sawi putih asal Sumut juga masih digemari dan memiliki pasar di Singapura dan Taiwan.
“Memang saat ini Vietnam masih unggul dari pada Indonesia. Tapi, kalau kita semua dari Sumut sepakat, maka persaingan itu bisa diimbangi,” ujarnya.

Di akhir pertemuan, eksportir, Kadis Pertanian Sumut dan pelaku usaha tani sepakat untuk menghasilkan produk dengan permintaan pasar yang ada. Sehingga produksi yang dihasilkan tidak sia-sia dan memberikan keuntungan bagi petani, pengusaha serta pemerintah. (ril)

Dinas Pertanian Fasilitasi Petani

Eksportir sayur dan buah mengaku belum bisa memenuhi permintaan ekspor dikarenakan produk tani belum sesuai kebutuhan. Padahal, Sumut masih sangat berpeluang untuk memenuhinya. Satu produk tani yang menjadi incaran dari Sumut yakni pisang barangan.

Hal itu diketahui dalam rapat koordinasi antara eksportir pelaku usaha tani dan Pemprovsu di Kantor Dinas Pertanian Sumut, Rabu (14/12). Dalam rapat itu, Kepala Dinas Pertanian Sumut M Roem menyebutkan, Pemprovsu tetap komitmen untuk melakukan langkah-langkah yang jelas dalam menjangkau para petani.

“Jangkauan itu dimaksudkan agar petani sebagai pelaku usaha tani bisa berhubungan langsung dengan para eksportir,” ucapnya.

Tapi, paparnya untuk memenuhi ekspor hasil tani dari Sumut, Dinas Pertanian mengupayakan pemenuhan infrastruktur yang baik, pemberian bantuan bibit dan peralatan tani serta memberikan fasilitas di bidang pemasaran hasil tani. ”Kami tetap fokus membina petani agar kualitas yang dihasilkan terus meningkat dan bisa diekspor,” tegasnya.

Roem menyebutkan pola pertanian di Kabupaten Karo dan Simalungun terlebih dahulu menjadi fokus sentra produk tani ekspor dan diutamakan komoditi sesuai permintaan Negara tujuan. Karena pada 2014, Indonesai ditargetkan memenuhi kebutuhan sayur dan buah di Singapura sebanyak 30 persen. Namun, untuk menggapai angka tersebut, langkah yang harus diambil adalah mempertahankan produksi secara berkelanjutan, stabilitas harga, pengepakan atau kemasan, promosi, dan mengadakan perjanjian kerjasama.

“Kelompok tani harus dijamin kelangsungan usahanya, namun para eksportir yang juga harus perhatian kepada petani,” kata Roem.

Dia mengungkapkan, di kalangan petani sendiri sering tidak adanya hubungan dan ikatan kerjasama dengan eksportir, maka petani cenderung menjual hasil tani sesuka hati. “Saat harga di pasar lokal naik, tidak mau menjual hasil tani kepada eksportir. Sedangkan saat harga jatuh di pasar lokal, petani malah mencari eksportir,” katanya.  “Sebaiknya, kejadian itu tidak lagi terjadi, sehingga jumlah produk ekspor bisa distabilkan dan berkesinambungan,” tambahnya.
Hal lainnya, Roem menyebutkan beberapa produk yang menjadi unggulan dan diminati Singapura adalah Pisang Barangan. Komoditas tersebut mendapat apresiasi yang cukup luar biasa dari konsumen di Negara itu.

Tapi, saat pisang barangan memiliki bintik hitam di kulitnya, konsumen di Negara itu membuangnya. Sebab, menurut konsumen di negara tersebut pisang tersebut tidak bersih. “Jadi sekarang ini perlu penanganan khusus agar pisang barangan dari Sumut sesuai permintaan,” sebutnya.

Ungkapan itu dibenarkan seorang eksportir yang hadir dalam pertemuan tersebut, Birin. Dia menyampaikan melon dan sawi putih asal Sumut juga masih digemari dan memiliki pasar di Singapura dan Taiwan.
“Memang saat ini Vietnam masih unggul dari pada Indonesia. Tapi, kalau kita semua dari Sumut sepakat, maka persaingan itu bisa diimbangi,” ujarnya.

Di akhir pertemuan, eksportir, Kadis Pertanian Sumut dan pelaku usaha tani sepakat untuk menghasilkan produk dengan permintaan pasar yang ada. Sehingga produksi yang dihasilkan tidak sia-sia dan memberikan keuntungan bagi petani, pengusaha serta pemerintah. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/