Site icon SumutPos

Mahasiswa Nommensen Nangis Ditangkap

MEDAN- Aksi mahasiswa Universitas HKBP Nommensen (UHN) yang menuntut keadilan atas peristiwa yang dialami dua rekannya dari Fakultas ISIP UHN, yang diduga dilakukan oknum polisi, berakhir ricuh. Mahasiswa dan polisi baku hantam, Rabu (15/5) petang, sekitar pukul 18.30 WIB. Seorang mahasiswa yang tertangkap bahkan sampai menangis karena takut dipukuli.

RUSAK: Pos polisi yang rusak akibat aksi mahasiswa Universitas Nommensen Medan di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Rabu (15/5).//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Mahasiswa ini sejatinya bersembunyi di rumah toko (ruko) berlantai III di Jalan Perintis kemerdekaan Medan. Namun karena suasana sudah tak terkendali, polisi menyeser segala lini. Saat itulah mahasiswa dan satu rekannya itu tertangkap. “Bukan saya Pak.

Ampun Pak. Jangan dipukul saya Pak,” ucap mahasiswa ini sambil meneteskan air mata dan suara yang serak Polisi yang menangkap itu langsung mengamankan dua orang mahasiswa tadi ke Mapolresta Medan. Selain dua mahasiswa tadi, masih banyak mahasiswa Nommensen yang diboyong. Meski begitu bukan berarti mahasiswa tak melakukan perlawanan.

Sejumlah mahasiswa Universitas HKBP Nomensen yang mengaku peduli terhadap rekannya yang meninggal dunia, Sabtu (11/5) kemarin, bahkan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas umum yang ada di depan kampus mereka.

Sejumlah mahasiswa tersebut menghancurkan traffic light dan pos polisi dengan sebongkah besi. Selain itu mahasiswa juga memblokade jalan dan membakar sejumlah ban bekas. Untuk memperbanyak persenjataan, sejumlah mahasiswa menghancurkan pot bunga yang ada di pinggir jalan.

Pukul 19.30 polisi tiba dari arah Jalan Sutomo, kedatangan polisi langsung dihadiahi para mahasiswa dengan lemparan batu. Ratusan polisi berseragam tiba dengan satu unit mobil water cannon. Bentrok pun tak terelakkan lagi, para mahasiswa saling serang dengan polisi.

Sebelumnya, Kepala Biro Humas dan Koordinator Keamanan Kampus, Boni Fasius Tambunan menyatakan bahwa yang melakukan aksi pengerusakan terhadap fasilitas umum bukan merupakan keluarga besar dari Universitas HKBP Nommensen.”Saya yakin itu bukan mahasiswa nomensen,” Kata Boni.

Pasalnya, sekitar pukul 14.00 sejumlah siswa yang mengaku peduli atas musibah yang menimpa rekannya mendatangi gedung Rektorat untuk meminta izin untuk melakukan aksi damai di depan kampus.

Pihak kampus yang diwakili Boni menyambut baik niat dari mahasiswa yang ingin melakukan aksi damai untuk mengenang temannya yang meninggal dunia beberapa beberapa hari yang lalu.”Aksi damai pasti didukung, kalau sudah anarkis dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas umum merupakan tugas dan tanggung jawab pihak kepolisian,” jelasnya.

Boni pun akhirnya menegaskan polisi berhak menangkap mahasiswa yang anarkis. “Silahkan tangkap saja yang melakukan pengerusakan terhadap fasilitas umum,” tegas Boni.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa pihak kampus sudah berkoordinasi dan berkomitmen dengan Polresta Medan untuk mengusut kejadian tersebut. “Kita juga mau pelaku benar-benar diusut dan diberikan hukuman yang seberat-beratnya. Berikan polisi waktu untuk mengusutnya,” tegasnya.

Keadaan kemarin di lokasi cukup mencekam. Polisi menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa, tidak mau kalah para mahasiswa membalasnya dengan lemparan batu. Pertarungan berlangsung sengit, saling serang terjadi. Warga yang tidak senang dengan tingkah para mahasiswa membantu ikut melempari batu ke arah mahasiswa.

“Peace bBang… peace Bang. Musuh kita baju seragam, bukan warga,” ucap seorang mahasiswa dihadapan warga yang emosi atas tindakkan mahasiswa ini.
Sejumlah polisi memblokade jalan dengan membentuka pagar hidup persis dipersimpangan di depan Hotel Grand Angkasa. Mahasiswa terus menyerang polisi dengan lemparan batu. Puluhan batu bahkan ratusan batu terus melayang di udara. “Kau bunuh keluargaku, akan kubunuh kalian, “ teriak seorang mahasiswa sambil melemparkan batu ke arah polisi.

Akibatnya, dua polisi mengalami luka-luka. Untunglah dua petugas yang tidak diketahui indentitasnya itu bisa selamat melarikan diri dari emosi mahasiswa. “Ada dua, cuma hondanya yang rusak. Bukan…bukan Brimob, polisi umum. Nggak tahu dari mana,” terang Janit Reskrim polsekta Medan Timur, AKP.Ridwan saat dijumpai dilokasi.

Melihat perlawanan mahasiswa, polisi yang sedikit-demi sedikit mundur. Namun, tak lama berselang polisi dari arah berlawanan datang dengan dua unit mobil dan menyemprotkan air kepada mahasiswa yang berada didalam lingkungan kampus.

Sudah tersulut emosi, ratusan polisi dipimpin langsung oleh Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto melakukan penyisiran dan memukul mundur lagi pendemo. Akhirnya 5 mahasiswa diamankan polisi.

Ironisnya, polisi yang tidak bendung emosi dengan membabi buta memukuli seorang mahasiswa yang tertangkap persis di depan Bank Ekonomi di Jalan Perintis Kemerdekaan. Polisi pun sampai melarang wartawan meliput.”Mahasiswa mati kalian suarakan, tapi polisi mati tidak ada,” ucap seorang petugas polisi di lokasi aksi.

Hingga pukul 22.30 WIB, bentrokan terus berlanjut. Polisi yang berhasil memukul mundur pendemo, menghancurkan 5 unit sepeda motor yang parkir di halaman samping KFC. Adalah sepeda motor Mio warna putih BK 2114 ABE, Honda Blade BK 4307 ABT, Satria FU warna hitam, Jupiter Z warna hitam BK 3316 ACH dan Yamaha Vixion BK 6407 YAH yang dirusak petugas itu.

Seorang yang mengaku Mahaiswa AMI, juga babak belur dipukuli Polisi. Begitu juga dengan seorang mengaku warga Delitua juga sempat dihajar polisi hingga berdarah di kepala. Seorang remaja, yang dikabarkan bukan Mahasiswa HKBP Nommensen, juga tertangkap dan sempat dihajar polisi.

Pemukulan mundur yang dilakukan polisi itu berlangsung hingga berhasil menguasai daerah depan gerbang kampus. Mahasiwa pun, terpaksa mundur hingga ke dalam kampus.

Dari kejadian ini 9 mahasiswa diamankan di Polresta Medan. Kesembilannya dalam kondisi luka dan dirawat Direktorat Kedokteran dan Kesehatan (Dikdokes) Poldasu. Sedangkan tiga mahasiswa dirawat di RS Bhayangkara. (gus/mag-8/mag-10)

Exit mobile version