Site icon SumutPos

Pirngadi Lirik Bisnis Limbah

File/SUMUT POS
Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) di RSUD Pringadi Medan, Minggu (17/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO –Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan banyak menerima tawaran pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sejumlah rumahsakit. Sejatinya, memang, pengolahan limbah B3 ini dilakukan oleh rumah sakit yang memiliki insenerator yang ditetapkan berdasar Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenkes).

Pirngadi sebagai rumahsakit yang memiliki mesin insenerator, satunya lagi RSUP Haji Adam Malik, saat ini belum bisa mengakomodir permintaan jalinan kerja sama rumahsakit lain dalam pengolahan limbah  B3.

Begitupun, saat ini manajemen RSUD Pirngadi belum menutup peluang itu. Mereka masih menunggu turunnya regulasi dari Kemenkes untuk menjadikan pengolahan limbah B3 peluang bisnis.

“Saat ini tidak ada rumah sakit di Medan selain Pirngadi dan RS Adam Malik yang memiliki mesin insenerator. Banyak tawaran kerja sama pengolahan limbah B3 rumah sakit lain ke kita yang belum bisa kita setujui. Begitupun, kami masih menunggu keputusan Kemenkes RI,” ungkap Kasubbag Humas RSUD Dr Pirngadi Kota Medan, Edison Peranginangin, didampingi Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan, Sanvery P Sihombing, SKM M Kes, di ruang kerjanya, Minggu (15/7).

Edison menerangkan, sesuai Departemen Kesehatan, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikro organisme pathogen yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif.

“Dengan melihat deskripsi tersebut, limbah yang berasal dari rumah sakit ini dapat dikategorikan sebagai limbah B3,” ungkapnya.

Limbah B3 memiliki dampak yang sangat merusak lingkungan dan kesehatan. Menjadi persoalan, masih banyak rumah sakit yang belum memiliki mesin pengelola limbah B3.

“Lantas ke mana mereka membuangnya, kita tidak tahu. Apakah dikirim ke rumah sakit di luar Sumut, atau bagaimana kita tidak tahu. Yang pasti pengelolaan limbah B3 itu menghabiskan biaya tak sedikit,” katanya.

Atas dasar itu, permintaan sejumlah rumahsakit swasta di Medan agar limbah B3 mereka dikelola rumah sakit pemerintah menyeruak.

Sementara itu, Sanvery mengatakan Direktur RSUD Pirngadi Medan saat ini tengah mengupayakan agar instalasi pengelolaan limbah, insenirator milik RS Pirngadi dapat juga digunakan untuk mengelola limbah B3 dari rumah sakit dan klinik yang tidak memiliki fasilitas pengelolaan limbah.

“Saat ini Pirngadi tengah menggodok dan mengusahakan regulasi atau izin dari pusat itu,” paparnya.

Ada dua jenis pengolahan limbah di RSUD Pirngadi, yakni limbah infeksius, dan noninfeksius. Limbah noninfeksius ini adalah limbah umum seperti sisa makanan, bungkus minuman, dan lainnya dan dikelola oleh tempat pembuangan sampah (TPS) umum.

Sedangkan limbah infeksius adalah seperti masker, kasa, plester luka, tampon, pembalut, kapas injeksi, dan sisa-sisa jaringan, botol infus, dan lainnya.

“Sampah infeksius tidak dimasukkan ke tempat pembuangan sampah umum namun dikelola dengan dikumpulkan secara khusus dan dibakar di insenirator kemudian residu dari hasil pembakaran limbah infeksius ini kita kirim ke Pembuangan Sampah Akhir B3 di Cileungsi Bogor,” ujar Savery.

Pria yang baru menjabat sebagai Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan RDUD Dr Pirngadi mengatakan, RSUD Pirngadi menghasilkan 100 kilogram (kg) sampah infeksius tiap bulannya.

“Setelah diolah menjadi debu biasanya menjadi 10 drum baru dikirim ke Bogor bekerja sama dengan perusahaan jasa pengiriman atau ekspedisi,” imbuhnya.

Di Kota Medan kebanyakan rumah sakit dan klinik di Medan tidak memiliki alat untuk mengolah limbah sehingga banyak rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak ke-3, perusahaan pengolahan limbah B3.

Dia mengamini bila RSUD Pirngadi melayani pengelolaan Limbah B3 rumah sakit lain. Hal itu berpotensi menjadi peluang bisnis baru bagi rumahsakit yang kini berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

“Makanya itu saat ini regulasinya masih digodok, Dirut juga sedang berupaya agar rumahsakit ini bisa mengolah limbah B3 rumahsakit lain,” pungkas Sanvery. (dvs/azw)

 

 

 

Exit mobile version