MEDAN – Dugaan adanya biaya tambahan yang dialami seorang pasien warga Kota Medan dari peserta Universal Health Corverage (UHC), membuat Rumah Sakit Haji Medan angkat bicara .
Kepala Bagian Umum RS Haji Medan, drg Anda Siregar MKes mengatakan, sebelumnya pasien tersebut telah menjalani operasi di Rumah Sakit Haji pada bulan Mei 2024 lalu.
Namun, operasi selanjutnya merupakan operasi kedua harus dijalani untuk memastikan kesembuhan yang optimal. Sebelum operasi kedua dilakukan, dokter memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai prosedur tambahan yang perlu dilakukan, seperti pengambilan sampel yang harus dikirim ke Bandung untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat.
“Sebelum operasi kedua, keluarga pasien diedukasi oleh dokter, ada hal-hal yang perlu dilakukan pemeriksaan supaya diagnostiknya lebih bagus, sampelnya harus dikirim ke Bandung,” ujar Anda, Jumat (16/8/2024).
Meski sudah diedukasilah, lanjutnya, tapi pasien menafsirkan bahwa ada tambahan biaya.
“Ada miss komunikasi. Karena keluarga pasien menyampaikan anaknya mengalami Hirschsprung. Jadi untuk mendiagnosa pastinya itu, harus diambil sampelnya dan dikirim ke Bandung, tak ada di sini. Kami RS Haji belum pernah melakukan dan kami juga belum pernah mengirimkan sampelnya. Bisa aja kita melakukan operasi, tapi nanti hasilnya kurang maksimal,” ujarnya.
Dia menyampaikan, hal ini adalah miss komunikasi dan ke depannya RS Haji Medan akan memanggil pasien untuk dilakukan mediasi dan disaksikan BPJS Kesehatan.
Sebelumnya, Syahrini Khairani Saragih selaku orangtua pasien peserta Universal Health Coverage Jaminan Kesehatan Medan Berkah (UHC JKMB) mengeluhkan biaya operasi anaknya M Habibi Al Giffari (10) penderita penyakit Hirschsprung tidak ditanggung keseluruhan oleh pihak Rumah Sakit (RS) Haji Medan.
Syahrini yang merupakan warga Jalan Pancing III, No 112, Lingkungan V, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan ini, mengaku harus membeli obat dan biaya laboratorium di luar RS atas suruhan dokter.
Kendati menggunakan BPJS Kesehatan lewat program UHC JKMB, Syahrina mengaku harus membeli obat dan biaya pemeriksaan laboratorium di luar RS. Hal itu, kata Syahrina, karena suruhan Dr Ejran dengan alasan di RS habis obat dan pemeriksaan Laboratorium di luar lebih cepat.
“Karena saya tak punya uang dan terpaksa ngutang. Suruhan dokter itu terpaksa kami turuti demi operasi dan kesehatan anak kami,” ujar Syahrina yang mengaku kalau suaminya hanya pekerja serabutan.
Dikatakan Syahrina, saat anaknya kontrol pekan lalu ke RS Haji Dr Ejran menyarankan agar dilakukan operasi ke dua. Namun pada operasi ke dua nanti, dokter menganjurkan untuk membeli peralatan.
“Untuk rencana operasi ke dua terpaksa kami batalkan karena kami tidak punya uang,” ujarnya. urungkan karena tidak memiliki uang,” ujarnya. (ila)