25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Keracunan Ikan Tongkol, 5 Mahasiswa ATKP Masih Dirawat

Sampel Makanan Masih Diselidiki

MEDAN-Dari 91 mahasiswa Akademi Teknik dan Keperawatan Penerbangan (ATKP) Medan yang keracunan ikan tongkol, tinggal 5 orang yang masih menjalani perawatan. Empat orang dirawat di ICU RSU Mitra Sejati dan satu orang di RSUP H Adam Malik.

Hendrik (19), mahasiswa tingkat I masih dirawat di Ruang THT 10, Ruang Rindu A, Lantai III, RSUP H Adam Malik, kondisinya sudah membaik. Rencananya, Hendrik akan pulang Selasa (hari ini, Red).

Humas RSUP H Adam Malik, Sairi Saragih menuturkan, kondisi pasien sudah membaik.

“Selebihnya sudah pulang dan yang tinggal Hendrik dan kondisinya juga sudah membaik,” ujarnya.
Di RSU Mitra Sejati, dirawat intensif di Ruang ICU yakni Ayu Andina (18), Agung (30), Fiona (18) dan Juliana (20). Sedangkan Ayu Andina sudah pindah ruangan dari Ruang ICU ke ruangan umum.

Dokter yang menangani korban, dr Arih Ginting mengaku, semua pasien mendapatkan perawatan intensifn
Wakil Pembantu Direktur III RS Mitra Sejati, Akhwan mengaku, penyebabnya belum diketahui dan masih dalam penyelidikan.
Sementara itu, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Medan masih melakukan uji makanan yang menyebabkan keracunan. Kabid Pemeriksaan dan Penyidikan BBPOM Medan Setia Murni mengatakan, sampel makanan baru diterima dan akan dilakukan pengujiannya melalui uji laboratorium.

“Ada makanan seperti ikan tongkol, nasi, tempe, buncis dan lainnya yang akan diuji di laboratorium. Untuk melihat dari mana penyebabnya,” ujar Setia Murni.

Namun, karena makanan yang akan diuji sudah basi, maka tidak dilakukan dengan uji mikrobiologi.

“Tetapi akan dilihat melalui uji kimia apakah ada cemaran kimianya atau tidak. Jadi belum bisa disimpulkan apa hasilnya,” katanya.
“Kita hanya membantu melakukan uji laboratorium. Untuk pengujian membutuhkan waktu 3 hari. Untuk pengujian kimia ini minimal dalam waktu 3 hari hasilnya baru keluar,” jelasnya.

Sementara, Pengamat Kesehatan, dr Delyuzar menambahkan belum bisa dipastikan apakah makanan tercemar bakteri atau bahan kimia berbahaya.
“Keracunan ada dua macam. Ada disebabkan bakteri dan ada juga karena makanan mengandung zat kimia berbahaya,” terangnya.
Untuk itu perlu dilakukan uji sample makanan di laboratorium.

“Memastikannya harus di laboratorium agar diketahui apa penyebabnya dan bagaimana makanan itu bisa tercemar. Namun yang pasti, ikan tongkol tidak ada mengandung racun. Kemungkinan, cara penyajian makanannya atau saat proses memasaknya yang tidak baik,” ucapnya lagi.

Namun, perlu diketahui tanda-tanda makanan yang telah terkontaminasi bakteri misalnya daging atau ikan yang sudah berbau, tampilan makanan yang lain dari biasanya. Contohnya, masakan yang mengandung kadar air tinggi, biasanya menyebabkan munculnya jamur.

“Untuk para penyuka makanan setengah masak, juga harus berhati-hati. Tidak semua olahan makanan yang masih mentah bagus untuk badan karena masih mengandung bakteri yang belum hancur selama proses memasak. Makanan juga bisa terkontaminasi bakteri, meski ada batas pemakaian di produk makanan,” bebernya. (jon/mag-11)

Sampel Makanan Masih Diselidiki

MEDAN-Dari 91 mahasiswa Akademi Teknik dan Keperawatan Penerbangan (ATKP) Medan yang keracunan ikan tongkol, tinggal 5 orang yang masih menjalani perawatan. Empat orang dirawat di ICU RSU Mitra Sejati dan satu orang di RSUP H Adam Malik.

Hendrik (19), mahasiswa tingkat I masih dirawat di Ruang THT 10, Ruang Rindu A, Lantai III, RSUP H Adam Malik, kondisinya sudah membaik. Rencananya, Hendrik akan pulang Selasa (hari ini, Red).

Humas RSUP H Adam Malik, Sairi Saragih menuturkan, kondisi pasien sudah membaik.

“Selebihnya sudah pulang dan yang tinggal Hendrik dan kondisinya juga sudah membaik,” ujarnya.
Di RSU Mitra Sejati, dirawat intensif di Ruang ICU yakni Ayu Andina (18), Agung (30), Fiona (18) dan Juliana (20). Sedangkan Ayu Andina sudah pindah ruangan dari Ruang ICU ke ruangan umum.

Dokter yang menangani korban, dr Arih Ginting mengaku, semua pasien mendapatkan perawatan intensifn
Wakil Pembantu Direktur III RS Mitra Sejati, Akhwan mengaku, penyebabnya belum diketahui dan masih dalam penyelidikan.
Sementara itu, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Medan masih melakukan uji makanan yang menyebabkan keracunan. Kabid Pemeriksaan dan Penyidikan BBPOM Medan Setia Murni mengatakan, sampel makanan baru diterima dan akan dilakukan pengujiannya melalui uji laboratorium.

“Ada makanan seperti ikan tongkol, nasi, tempe, buncis dan lainnya yang akan diuji di laboratorium. Untuk melihat dari mana penyebabnya,” ujar Setia Murni.

Namun, karena makanan yang akan diuji sudah basi, maka tidak dilakukan dengan uji mikrobiologi.

“Tetapi akan dilihat melalui uji kimia apakah ada cemaran kimianya atau tidak. Jadi belum bisa disimpulkan apa hasilnya,” katanya.
“Kita hanya membantu melakukan uji laboratorium. Untuk pengujian membutuhkan waktu 3 hari. Untuk pengujian kimia ini minimal dalam waktu 3 hari hasilnya baru keluar,” jelasnya.

Sementara, Pengamat Kesehatan, dr Delyuzar menambahkan belum bisa dipastikan apakah makanan tercemar bakteri atau bahan kimia berbahaya.
“Keracunan ada dua macam. Ada disebabkan bakteri dan ada juga karena makanan mengandung zat kimia berbahaya,” terangnya.
Untuk itu perlu dilakukan uji sample makanan di laboratorium.

“Memastikannya harus di laboratorium agar diketahui apa penyebabnya dan bagaimana makanan itu bisa tercemar. Namun yang pasti, ikan tongkol tidak ada mengandung racun. Kemungkinan, cara penyajian makanannya atau saat proses memasaknya yang tidak baik,” ucapnya lagi.

Namun, perlu diketahui tanda-tanda makanan yang telah terkontaminasi bakteri misalnya daging atau ikan yang sudah berbau, tampilan makanan yang lain dari biasanya. Contohnya, masakan yang mengandung kadar air tinggi, biasanya menyebabkan munculnya jamur.

“Untuk para penyuka makanan setengah masak, juga harus berhati-hati. Tidak semua olahan makanan yang masih mentah bagus untuk badan karena masih mengandung bakteri yang belum hancur selama proses memasak. Makanan juga bisa terkontaminasi bakteri, meski ada batas pemakaian di produk makanan,” bebernya. (jon/mag-11)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/