Site icon SumutPos

Bangun Langsung Dipecat Unimed

Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lagi, Polrestabes Medan meringkus seorang penghina Nabi Muhammad SAW via facebook. Adalah Bangun Prima Ekapersada, mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) yang diringkus karena diduga melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Menurut Kabag Humas Unimed M Surip, saat dikonfirmasi Sumut Pos tadi malam, Bangun Prima Ekapersada telah dipecat.

“Setelah mengetahui kasusnya dari laporan senat mahasiswa, kalau kasusnya telah dilaporkan ke polisi, maka pimpinan Unimed menindaklanjutinya. Selanjutnya, melakukan pertemuan secara internal dan akhirnya diputuskan diberhentikan atau dipecat sebagai mahasiswa Unimed,” ungkap Surip yang dihubungi, tadi malam (16/5).

Disebutkan dia, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada Kepolisian. Sebab, perbuatan Bangun dinilai pihak kampus tidak mencerminkan seorang mahasiswa yang harus berpikir dewasa. Selain itu, sangat tidak sesuai dengan kebijakan universitas.

“Kita memiliki motto Character Building University. Seharusnya mahasiswa secara dewasa berpikir bahwa proses pendidikan itu tidak hanya mencerdaskan kognitif saja, tetapi juga kepribadian yang sehat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama apapun,” sebut Surip.

Ia menambahkan, rektorat sudah menyampaikan ke dekan-dekan fakultas untuk melakukan koordinasi dan sosialisasi ke mahasiswa. Tujuannya untuk mengantisipasi kembali terjadinya aksi serupa oleh mahasiswa Unimed.

“Jadikan ini sebagai pelajaran untuk ke depannya. Mahasiswa harus lebih jeli dan dewasa dalam menyikapi suatu persoalan. Artinya, bersikap cerdas dalam berbuat atau bertindak. Mahasiswa juga tidak hanya cerdas tetapi memiliki karakter diri dengan menghargai nilai-nilai, norma dan semua pihak,” tukasnya.

Diketahui, penghinaan itu dilakukan Bangun Prima Ekapersada melalui percakapan dengan seseorang di akun facebooknya dalam Bahasa Batak. Pernyataan ini dianggap menghina Nabi Muhammad SAW dan dilaporkan ke Polrestabes Medan.

Informasi diperoleh Sumut Pos, dia diamankan di sebuah rumah kos-kosan yang berada di seputaran Jalan Pancing, Medan. Polisi pun kini sedang melakukan pemeriksaan. “Benar ada kita amankan, sekarang sedang diperiksa,” kata Kapolrestabes Medan, Kombes Sandi Nugroho, Selasa (16/5).

Polisi belum mau memberikan komentar lebihjauh soal pemeriksaan tersebut. Orang nomor satu di Mapolrestabes Medan ini mengaku masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap mahasiswa jurusan teknik ini.

“Dia masih menjalani pemeriksaan di ruang penyidik lantai dua Satreskrim Polrestabes Medan,” katanya.

Di media sosial khususnya Facebook, beberapa orang sempat meng-capture ucapan Bangun Prima. Dengan menggunakan bahasa daerah, remaja ini dianggap menghina Nabi Muhammad.

Adapun beberapa orang yang sempat men-share capture ucapan Bangun di antaranya akun Facebook Ade Lesmana pada 14 Mei 2017 pukul 20.44. Kemudian, postingan Facebook Ade Lesmana itu dishare kembali oleh akun Facebook bernama Farid Achyadi Siregar pada hari yang sama pukul 21.14.

Ade Lesmana yang diketahui merupakan Ketua Tim Hukum Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumut mengatakan, sebelumnya mereka sudah melaporkan kasus ini ke pihak Unimed. Kemudian disepakati oleh pihak kampus agar mereka yang melaporkan langsung ke Polisi. “Begitulah kesepakatan kami saat bertemu dengan pihak Unimed, mereka yang minta sendiri untuk menggiring masalah ini ke Polisi,” ungkap Ade Lesmana kepada Sumut Pos, kemarin malam.

Ade mengatakan, pada dasarnya Umat Islam tidak membenci pihak atau etnis manapun. Aksi Bela Islam yang berlangsung belakangan itu tidak menjurus pada satu kelompok tertentu.

“Seperti kita ketahui, aksi kami Umat Muslim adalah meminta agar penista agama ditangkap dan dihukum. Namun, belakangan media sosial malah ramai dengan perdebatan soal ini dan juntrungnya malah jadi seperti saling peperangan antar umat beragama. Saya tegaskan ini yang salah. Umat Islam tidak memusuhi umat atau etnis lainnya,” ujar Ade.

Dia mengatakan, GAPAI Sumut akan terus mengawal dan memantau setiap orang yang menghina Islam. Tujuannya agar tidak sembarangan lagi orang dengan mudahnya menghina Islam. “Siapapun itu, kita harap saling menjaga sikap. Saling menghargai satu sama lain, khususnya di media sosial,” pungkas Ade.

Presiden Temui Tokoh Lintas Agama

Sementara, gesekan antarkelompok masyarakat menjadi fokus bahasan Presiden Joko Widodo dengan para tokoh lintas agama, kemarin (16/5). Pertemuan yang dilangsungkan di Istana Merdeka itu menghasilkan komitmen dari organisasi-organisasi keagamaan. Komitmen yang disepakati adalah menjaga umat masing-masing agar tetap bersatu sebagai bangsa.

Delapan unsur pimpinan dari organisasi keagamaan hadir dalam pertemuan tersebut. Masing-masing Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, dan Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Syaiful Bakhri. Kemudian, ada Ketua KWI Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Ketua PGI Henriette T Hutabarat, Ketum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Walubi Hartati Murdaya, dan Ketua MATAKIN Uung Sendana.

Sementara, Presiden didampingi Mensesneg Pratikno, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Pertemuan tertutup selama satu jam itu membahas kebhinnekaan dan solidaritas antarumat beragama. Presiden mengapresiasi solidnya hubungan antaragama di tataran tokoh.

’’Saya berterima kasih atas komitmen semua umat beragama untuk terus menjaga persatuan, persaudaraan, perdamaian, dan toleransi antarumat, kelompok, dan golongan,’’ ujar Jokowi. Juga, atas komitmen mendukung demokrasi, penegakan hukum, dan NKRI.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan, konstitusi menjamin masyarakat untuk berserikat, berkumpul, dan menyuarakan pendapatnya. Namun, kebebasan itu harus sesuai dengan koridor hukum dan tetap mendukung empat pilar negara. Yakni, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Jokowi tidak menampik beberapa waktu belakangan muncul gesekan antarkelompok masyarakat di sejumlah tempat. Dia meminta gesekan tersebut segara dihentikan. ’’Jangan saling menghujat, saling menjelekkan, saling fitnah, dan saling menolak, karena kita ini bersaudara,’’ lanjut Jokowi.

Dia juga meminta Kapolri dan Panglima TNI, agar tidak ragu menindak tegas berbagai ucapan dan tindakan yang mengganggu persatuan. ’’Energi kita jangan dihabiskan untuk hal-hal yang tidak produktif,’’ tambahnya.

Sementara itu, Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin menuturkan, pihaknya akan melakukan sejumlah langkah untuk menindaklanjuti komitmen tersebut. ’’Kami akan lakukan dialog kebangsaan, halaqah kebangsaan di masing-masing majelis agama dan ormas keagamaan,’’ tuturnya.

Isi dialog tersebut fokus pada persaudaraan dan kebangsaan. Sebab, kedua hal tersebut dinilai sudah mulai luntur. ’’Kelihatannya banyak generasi muda yang kurang paham terhadap masalah kebangsaan,’’ lanjut Ma’ruf. Rata-rata generasi muda tidak mengalami proses terbentuknya NKRI, sehingga acapkali tidak nyambung.

Hal senada disampaikan Ketua PGI Henriette T Hutabarat. Dia menjelaskan, pembicaraan tersebut berkutat pada goncangan-goncangan kebangsaan dan cara mengatasinya. ’’Presiden meminta pimpinan agama untuk bersama-sama menenangkan masyarakat, tidak terpengaruh provokasi yang ada,’’ terangnya.

PGI akan mengambil langkah sosialisasi kepada Umat Kristen Protestan melalui Gereja. ’’Kami akan sampaikan kepada warga gereja untuk membangun iman dan keyakinan yang berwawasan kebangsaan,’’ lanjutnya. Sebab, bagaimanapun umat Protestan merupakan bagian dari kemajemukan Indonesia. (byu/jpg/dvs/adz)

Exit mobile version