28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

5 Lagi Warga Medan Terpapar B117

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah warga Kota Medan terpapar varian baru Virus Corona B117 bertambah 5 orang. Dengan begitu, sudah ada enam orang warga Medan terpapar varian Corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris itu. Dari lima kasus baru tersebut, dua orang di antaranya sudah dinyatakan negatif.

DRIVE TRU: Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi meninjau fasilitas Drive Thru Rapid Antigen, Antibodi, PCR Swab and Public Vaccine Covid-19 di Jalan Pulau Pinang, Lapangan Merdeka Medan, Rabu (17/3) siang.

Konsultan Satgas penanganan Covid-19, dr Muhammad Fauzi Nasution SpBKV MSurg mengungkapkan, sebelumnya ada satu orang warga Medan yang terpapar virus B117 pada 28 Januari 2021 lalu, dan kini pasien sudah dinyatakan sembuh. Sedangkan lima orang lagi.

juga terpapar di Medan usai melakukan pemeriksaan rapid antigen. Kelimanya merupakan orang tanpa gejala (OTG). Kini, dua orang di antaranya sudah dinyatakan negatif.

“Lima orang diketahui terpapar virus mutasi B117 usai melakukan pemeriksaan di Posko Rapid Antigen, Antibody, PCR Swab and Public Vaccine Covid-19 Lapangan Merdeka Medan sekitar 5 hari lalu. Hasil pertama negatif, pemeriksaan kedua kami kirimkan sampelnya ke luar Sumut dan hasilnya terpapar virus B117. Mereka isolasi di rumah masing-masing, status mereka OTG. Dari lima itu, dua orang sudah negatif dan tiga lagi belum negatif,” beber Fauzi.

Meski pasien isolasi secara mandiri, sambung Fauzi, tetap disiapkan layanan dokter dan perawat. “Kita juga menyiapkan pelayanan isolasi mandiri antara lain dokter dan perawat untuk keadaan yang tak memungkinkan. Seperti, keadaan pasien mengalami pneumia, sesak dan lainnya, maka harus dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya.

Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Corona B117 kemungkinan memang bisa lebih parah menimbulkan penyakit. Ahli penyakit infeksi dari WHO, Maria Van Kerkhove, menjelaskan, studi terkait varian Corona B117 masih terus berjalan. Sejauh ini yang sudah diketahui adalah varian memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dan vaksin masih bisa melawannya.

“Dalam hal keparahan penyakit, ada beberapa penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa B117 lebih parah,” kata Maria seperti dikutip dari situs resmi WHO, Rabu (17/3).

Studi yang dipublikasi di jurnal The BMJ melaporkan, tingkat kematian pasien yang terinfeksi B117 bisa 64 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi varian umum sebelumnya. Hal ini diketahui setelah peneliti membandingkan data dari 54.906 pasien COVID-19 berusia 30 tahun ke atas.

Hal serupa juga sempat disebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). “Pada Januari 2021 para ahli di Inggris Raya melaporkan varian ini berkaitan dengan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian lain. Tapi, perlu studi lanjutan untuk benar-benar membuktikannya,” tulis CDC di situs resminya.

Di Indonesia, varian Corona B117 ini sudah masuk sejak awal 2021 lalu. Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, awalnya varian baru ini terdeteksi pada warga Indonesia yang baru kembali dari luar negeri, tapi belakangan ada juga kasus penularan lokal.

“Adanya varian baru yang sebenarnya sudah masuk di awal tahun, 2 yang pertama dari Saudi Arabia untuk varian B117 dari UK dan 6 sampel kemudian juga diketahui, dua di antaranya juga dari Saudi Arabia dan sudah ada juga yang berasal dari transmisi lokal,” ungkap Menkes Budi.

Herd Immunity Sebelum Virus B117 Meluas

Terpisah, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengingatkan, kekebalan kelompok sangat tergantung pada beberapa faktor. Di antaranya adalah jumlah pasien yang telah disuntik dan efikasi vaksin Covid-19, termasuk terkait lamanya kekebalan tubuh setelah disuntik vaksin.

“Saat ini kita menghadapi tantangan baru dengan adanya mutasi-mutasi itu, sehingga harus berlomba (kecepatan vaksinasi versus mutasi virus),” kata Amin Soebandrio, dalam diskusi Alinea Forum “Peta Jalan Menuju Herd Immunity”, di Jakarta, Rabu (17/3)

Saat ini dirinya meyakini, varian baru virus B117 yang sudah ditemukan di Indonesia masih merupakan populasi kecil. Dengan kondisi ini diharapkan Indonesia dapat segera mencapai herd immunity sebelum varian baru B117 meluas penularannya. “Tetapi bukan tidak mungkin akan bertambah banyak. Jadi kita berlomba untuk bisa memutuskan rantai penularan saat ini. Kita harus sesegera mungkin mencapai herd immunity,” ucapnya.

Anggota Komisi IX DPR, Adang Sudrajat menegaskan, ada banyak hal yang harus diperbaiki untuk mewujudkan herd immunity. Di antaranya, mengupayakan perluasan vaksinasi kepada masyarakat. Selain itu, dia mengusulkan agar pemerintah memprioritaskan golongan usia produktif mendapatkan untuk vaksinasi. Apalagi mereka yang berusia produktif sangat mobile. “Dengan menjadi prioritas, diharapkan bisa mengurangi penularan Covid-19,” kata Adang Sudrajat.

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, saat ini pemerintah memang telah melakukan berbagai cara untuk mempercepat herd immunity. Salah satunya dengan bekerja sama dengan pihak swasta dan BUMN dalam melaksanakan vaksinasi massal.

Kementerian Kesehatan juga menyadari, upaya mempercepat vaksinasi tidak hanya bergantung pada ketersediaan vaksin Covid-19, tetapi juga vaksinator. Karena itu, pemerintah terus menambah jumlah tenaga vaksinator, bekerja sama dengan asosiasi klinik swasta hingga fasilitas pelayanan kesehatan milik kementerian dan lembaga.

Positivity Rate 11 Persen

Sementara, dalam sehari kasus Covid-19 bertambah 6.825 orang pada Rabu (17/3). Kini, total sudah 1.437.283 orang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Angka positivity rate orang yang diperiksa semakin menurun meski begitu masih lebih tinggi dari ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen.

Ada 75.980 spesimen dan 58.752 orang dites dalam sehari. Sebanyak 31.339 orang diperiksa dengan antigen, sisanya dengan PCR. Angka ini menjadi penentu angka positivity rate. Angka positivity harian yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100 yakni 11 persen. Sedangkan kasus aktif turun 2.347 orang.

Sebaran positif harian tertinggi terjadi di Jawa Barat 1.347 kasus. Lalu disusul oleh DKI Jakarta 1.330 kasus. Banten 861 kasus. Dan Jawa Tengah 647 kasus. Jawa Timur 321 kasus.

Pasien sembuh harian bertambah 9.010 orang. Paling banyak kasus sembuh terjadi di Jawa Barat sebanyak 4.150 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 1.266.673 orang.

Kasus kematian harian bertambah 162 jiwa. Paling banyak kasus kematian harian terjadi di Jawa Barat sebanyak 36 jiwa. Total kini sudah 38.915 orang meninggal dunia akibat Covid-19.

Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Ada 5 provinsi di bawah 10 kasus harian. Dan tak ada satupun provinsi dengan nol kasus. (ris/bbs)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah warga Kota Medan terpapar varian baru Virus Corona B117 bertambah 5 orang. Dengan begitu, sudah ada enam orang warga Medan terpapar varian Corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris itu. Dari lima kasus baru tersebut, dua orang di antaranya sudah dinyatakan negatif.

DRIVE TRU: Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi meninjau fasilitas Drive Thru Rapid Antigen, Antibodi, PCR Swab and Public Vaccine Covid-19 di Jalan Pulau Pinang, Lapangan Merdeka Medan, Rabu (17/3) siang.

Konsultan Satgas penanganan Covid-19, dr Muhammad Fauzi Nasution SpBKV MSurg mengungkapkan, sebelumnya ada satu orang warga Medan yang terpapar virus B117 pada 28 Januari 2021 lalu, dan kini pasien sudah dinyatakan sembuh. Sedangkan lima orang lagi.

juga terpapar di Medan usai melakukan pemeriksaan rapid antigen. Kelimanya merupakan orang tanpa gejala (OTG). Kini, dua orang di antaranya sudah dinyatakan negatif.

“Lima orang diketahui terpapar virus mutasi B117 usai melakukan pemeriksaan di Posko Rapid Antigen, Antibody, PCR Swab and Public Vaccine Covid-19 Lapangan Merdeka Medan sekitar 5 hari lalu. Hasil pertama negatif, pemeriksaan kedua kami kirimkan sampelnya ke luar Sumut dan hasilnya terpapar virus B117. Mereka isolasi di rumah masing-masing, status mereka OTG. Dari lima itu, dua orang sudah negatif dan tiga lagi belum negatif,” beber Fauzi.

Meski pasien isolasi secara mandiri, sambung Fauzi, tetap disiapkan layanan dokter dan perawat. “Kita juga menyiapkan pelayanan isolasi mandiri antara lain dokter dan perawat untuk keadaan yang tak memungkinkan. Seperti, keadaan pasien mengalami pneumia, sesak dan lainnya, maka harus dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya.

Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Corona B117 kemungkinan memang bisa lebih parah menimbulkan penyakit. Ahli penyakit infeksi dari WHO, Maria Van Kerkhove, menjelaskan, studi terkait varian Corona B117 masih terus berjalan. Sejauh ini yang sudah diketahui adalah varian memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dan vaksin masih bisa melawannya.

“Dalam hal keparahan penyakit, ada beberapa penelitian di Inggris yang menunjukkan bahwa B117 lebih parah,” kata Maria seperti dikutip dari situs resmi WHO, Rabu (17/3).

Studi yang dipublikasi di jurnal The BMJ melaporkan, tingkat kematian pasien yang terinfeksi B117 bisa 64 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi varian umum sebelumnya. Hal ini diketahui setelah peneliti membandingkan data dari 54.906 pasien COVID-19 berusia 30 tahun ke atas.

Hal serupa juga sempat disebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). “Pada Januari 2021 para ahli di Inggris Raya melaporkan varian ini berkaitan dengan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian lain. Tapi, perlu studi lanjutan untuk benar-benar membuktikannya,” tulis CDC di situs resminya.

Di Indonesia, varian Corona B117 ini sudah masuk sejak awal 2021 lalu. Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, awalnya varian baru ini terdeteksi pada warga Indonesia yang baru kembali dari luar negeri, tapi belakangan ada juga kasus penularan lokal.

“Adanya varian baru yang sebenarnya sudah masuk di awal tahun, 2 yang pertama dari Saudi Arabia untuk varian B117 dari UK dan 6 sampel kemudian juga diketahui, dua di antaranya juga dari Saudi Arabia dan sudah ada juga yang berasal dari transmisi lokal,” ungkap Menkes Budi.

Herd Immunity Sebelum Virus B117 Meluas

Terpisah, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio mengingatkan, kekebalan kelompok sangat tergantung pada beberapa faktor. Di antaranya adalah jumlah pasien yang telah disuntik dan efikasi vaksin Covid-19, termasuk terkait lamanya kekebalan tubuh setelah disuntik vaksin.

“Saat ini kita menghadapi tantangan baru dengan adanya mutasi-mutasi itu, sehingga harus berlomba (kecepatan vaksinasi versus mutasi virus),” kata Amin Soebandrio, dalam diskusi Alinea Forum “Peta Jalan Menuju Herd Immunity”, di Jakarta, Rabu (17/3)

Saat ini dirinya meyakini, varian baru virus B117 yang sudah ditemukan di Indonesia masih merupakan populasi kecil. Dengan kondisi ini diharapkan Indonesia dapat segera mencapai herd immunity sebelum varian baru B117 meluas penularannya. “Tetapi bukan tidak mungkin akan bertambah banyak. Jadi kita berlomba untuk bisa memutuskan rantai penularan saat ini. Kita harus sesegera mungkin mencapai herd immunity,” ucapnya.

Anggota Komisi IX DPR, Adang Sudrajat menegaskan, ada banyak hal yang harus diperbaiki untuk mewujudkan herd immunity. Di antaranya, mengupayakan perluasan vaksinasi kepada masyarakat. Selain itu, dia mengusulkan agar pemerintah memprioritaskan golongan usia produktif mendapatkan untuk vaksinasi. Apalagi mereka yang berusia produktif sangat mobile. “Dengan menjadi prioritas, diharapkan bisa mengurangi penularan Covid-19,” kata Adang Sudrajat.

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, saat ini pemerintah memang telah melakukan berbagai cara untuk mempercepat herd immunity. Salah satunya dengan bekerja sama dengan pihak swasta dan BUMN dalam melaksanakan vaksinasi massal.

Kementerian Kesehatan juga menyadari, upaya mempercepat vaksinasi tidak hanya bergantung pada ketersediaan vaksin Covid-19, tetapi juga vaksinator. Karena itu, pemerintah terus menambah jumlah tenaga vaksinator, bekerja sama dengan asosiasi klinik swasta hingga fasilitas pelayanan kesehatan milik kementerian dan lembaga.

Positivity Rate 11 Persen

Sementara, dalam sehari kasus Covid-19 bertambah 6.825 orang pada Rabu (17/3). Kini, total sudah 1.437.283 orang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Angka positivity rate orang yang diperiksa semakin menurun meski begitu masih lebih tinggi dari ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen.

Ada 75.980 spesimen dan 58.752 orang dites dalam sehari. Sebanyak 31.339 orang diperiksa dengan antigen, sisanya dengan PCR. Angka ini menjadi penentu angka positivity rate. Angka positivity harian yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100 yakni 11 persen. Sedangkan kasus aktif turun 2.347 orang.

Sebaran positif harian tertinggi terjadi di Jawa Barat 1.347 kasus. Lalu disusul oleh DKI Jakarta 1.330 kasus. Banten 861 kasus. Dan Jawa Tengah 647 kasus. Jawa Timur 321 kasus.

Pasien sembuh harian bertambah 9.010 orang. Paling banyak kasus sembuh terjadi di Jawa Barat sebanyak 4.150 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 1.266.673 orang.

Kasus kematian harian bertambah 162 jiwa. Paling banyak kasus kematian harian terjadi di Jawa Barat sebanyak 36 jiwa. Total kini sudah 38.915 orang meninggal dunia akibat Covid-19.

Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Ada 5 provinsi di bawah 10 kasus harian. Dan tak ada satupun provinsi dengan nol kasus. (ris/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/