27 C
Medan
Monday, October 28, 2024
spot_img

15 Anak di Medan Gagal Ginjal Akut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penyakit gangguan gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak, mengalami peningkatan sejak Bulan September 2022. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, saat ini terdapat 152 kasus yang ditemukan di Indonesia. Dari angka itu, Dinas Kesehatan Kota Medan menyebutkan, 10 hingga 15 kasus diantaranya ditemukan di Kota Medan.

KEPALA Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Pocut Fatimah Fitri menyebutkan, sudah ada anak yang ditemukan sedang terkena penyakit gagal ginjal akut di Kota Medan. Hanya saja, dirinya masih mendata berapa jumlah anak yang terserang penyakit tersebut. “Berdasarkan dari beberapa grup yang saya pegang, itu sudah ada laporan, cuma saat ini masih saya data jumlah persisnya berapa,” kata Pocut kepada wartawan, Senin (17/10).

Terkait perkiraan jumlah anak yang terserang penyakit gagal ginjal akut di Kota Medan, Pocut mengatakan jika jumlahnya telah mencapai 10 sampai 15 anak. “Masih sekitar 10 sampai 15 anak yang terkena penyakit gagal ginjal akut ini, tapi ini masih didata, jadi belum tahu pastinya berapa. Hanya saja memang betul sudah ada anak yang terkena penyakit ginjal akut ini,” ujarnya.

Sejauh ini, sambung Pocut, langkah yang diambil Dinas Kesehatan masih dalam tahap pendataan saja. “Masih mendata saja, tapi langkah cepatnya kita minta pihak rumah sakit selain cepat memberi laporan ke Dinkes, juga cepat dalam penanganan awal,” katanya.

Sejauh ini, terang Pocut, ciri-ciri anak terkena ginjal akut, diantaranya muntah-muntah dan kurangnya nafsu makan. “Masih banyak lagi (ciri lainnya), tapi ciri utamanya anak kerap muntah dan nafsu makannya berkurang,” terangnya.

Pocut juga menjelaskan, langkah awal untuk mencegah penyakit gagal ginjal akut, yakni menjaga asupan makan anak. “Asupan makan dan tetap menjaga pola hidup bersih, itu yang tetap utama harus di jaga. Lalu segera ke Rumah Sakit apabila anak mulai merasa lemas, pucat, nafsu makan berkurang serta kerap muntah,” jelasnya.

Ditegaskan Pocut, bahwa penyakit gagal ginjal akut ini tidak menular. Hanya saja, pola hidup sehat harus terus diterapkan pada anak. “Imbauannya kepada masyarakat, bahwa penyakit bukan hanya Covid-19 saja, tapi seluruh penyakit bisa muncul jika kita tidak menjaga pola hidup sehat. Untuk itu saya harap seluruh masyarakat Kota Medan untuk tetap menjaga pola hidup sehat,” tutupnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota MedanH Aulia Rachman mengaku telah mendengar kabar adanya penyakit gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak di Kota Medan. Menurutnya, saat ini pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk permasalahan tersebut. “Untuk laporan jumlahnya belum kita terima, namun kita sudah tahu bahwa saat ini tingginya pasien anak di beberapa Rumah Sakit saya sudah dengar. Bahkan ada yang terkena ginjal akut pun sudah saya dengar,” kata Aulia.

Selanjutnya, kata Aulia, Pemko Medan akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan. “Kita perlu berkoordinasi terlebih dahulu bagaimana situasinya, apa saja yang dibutuhkan Dinkes dalam penanganan. Ini akan diupayakan Pemko Medan nantinya,” tuturnya.

Selain itu, Aulia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga pola hidup sehat. Terutama saat jam sekolah, sebaiknya anak dibawakan bekal makanan dari rumah. “Hindari berbagai macam jenis minuman yang kurang sehat, karena di sekolah itu anak pasti jajan jika tidak dibawain bekal. Pokoknya hindari makanan/minuman yang kurang sehat,” jelasnya.

Selain itu, edukasi antar keluarga terdekat dengan adanya penyakit ginjal akut ini juga diutamakan. Selanjutnya, edukasi antar sekolah dari Dinkes Medan. “Nanti akan kita sampaikan ke Dinkes supaya rajin memberikan edukasi kesehatan ke setiap sekolah dan masyarakat,” pungkasnya.

Epidemiolog Beberkan Hasil Investigasi

Menurut penelitian Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), belum diketahui penyebab gangguan ginjal akut ini. BKPK tidak menemukan adanya bakteri. Namun kemarin Epidemiolog Pandu Riono membeberkan hasil investigasi pasien gangguan ginjal akut misterius di DKI Jakarta. “Ada dua infeksi. Anak bisa mengalami lebih dari satu infeksi,” tuturnya saat menjadi pembicara dalam diskusi daring bertajuk “Misterius! 131 Anak Indonesia Sakit Ginjal Akut”.

Pandu menuturkan data yang dia dapat merupakan hasil investigasi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dari data itu, ada indikasi leptospirosis dan influenza. “Untuk sementara hasil investigasi yang di Jakarta karena infeksi, bukan obat,” katanya.

Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian orang tua. Misal ketika anak demam dan intensitas buang air kecilnya minim atau bahkan tidak sama sekali maka sebisa mungkin dibawa ke rumah sakit. Pandu tidak menyarankan untuk memberikan obat serampangan.

“(Penyakit) ginjal itu ketahuan kalau urium dan keratin tinggi ada penurunan fungsi ginjal,” ujarnya. Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di layanan kesehatan. Biasanya penurunan fungsi ginjal ini menurut Pandu diakibatkan karena adanya racun atau infeksi.

Guru besar FKUI sekaligus mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama turut menyoroti persoalan peningkatan gangguan ginjal pada anak-anak di Indonesia. Dia mengatakan fenomena tersebut perlu dianalisa secara lengkap. Termasuk dari rumah sakit mana saja yang melaporkannya. “Perlu dilihat aspek kliniknya secara amat lengkap. Serta aspek pencatatan kasus serupa di RS itu dari waktu ke waktu,” katanya kemarin.

Dari pencatatan tersebut, kemudian bisa dilakukan analisa lebih dalam. Analisis ini dilengkapi dengan kunjungan ke rumah pasien. Untuk melihat kemungkinan faktor penyebab atau mencari kasus-kasus lain di rumah atau sekitarnya. Tjandra mengatakan biasanya dalam hitungan hari, sudah bisa didapatkan kesimpulan awal atas fenomena yang sedang terjadi. Termasuk potensi dampaknya untuk kesehatan masyarakat. “Setelah ditemukan kesimpulan awal, maka tentu harus diteruskan untuk mendapatkan kesimpulan lanjut menuju kesimpulan akhir,” katanya.

Upaya ini diantaranya dilakukan dengan fasilitas laboratorium dan genomic mendalam. Tjandra mengatakan sambil proses analisis tersebut berjalan, upaya penanganan maksimal tetap harus dilakukan.

Bahkan jika diberlukan pemerintah bisa membentuk tim ahli khusus. Tim ini melakukan anaisa secara mendalam serta penanganan klinis sesuai dengan bukti ilmiah terkini. ’’Pada kasus ini, organisasi profesi IDAI tentu memang peran utama,’’ kata dia. Tjandra mengatakan kalau memang dianggap diperlukan, keadaan ini dapat dipertimbangkan masuk dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO. Tujuannya untuk kewaspadaan negara-negara lain di dunia. (map/jpg/adz)

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penyakit gangguan gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak, mengalami peningkatan sejak Bulan September 2022. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, saat ini terdapat 152 kasus yang ditemukan di Indonesia. Dari angka itu, Dinas Kesehatan Kota Medan menyebutkan, 10 hingga 15 kasus diantaranya ditemukan di Kota Medan.

KEPALA Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Pocut Fatimah Fitri menyebutkan, sudah ada anak yang ditemukan sedang terkena penyakit gagal ginjal akut di Kota Medan. Hanya saja, dirinya masih mendata berapa jumlah anak yang terserang penyakit tersebut. “Berdasarkan dari beberapa grup yang saya pegang, itu sudah ada laporan, cuma saat ini masih saya data jumlah persisnya berapa,” kata Pocut kepada wartawan, Senin (17/10).

Terkait perkiraan jumlah anak yang terserang penyakit gagal ginjal akut di Kota Medan, Pocut mengatakan jika jumlahnya telah mencapai 10 sampai 15 anak. “Masih sekitar 10 sampai 15 anak yang terkena penyakit gagal ginjal akut ini, tapi ini masih didata, jadi belum tahu pastinya berapa. Hanya saja memang betul sudah ada anak yang terkena penyakit ginjal akut ini,” ujarnya.

Sejauh ini, sambung Pocut, langkah yang diambil Dinas Kesehatan masih dalam tahap pendataan saja. “Masih mendata saja, tapi langkah cepatnya kita minta pihak rumah sakit selain cepat memberi laporan ke Dinkes, juga cepat dalam penanganan awal,” katanya.

Sejauh ini, terang Pocut, ciri-ciri anak terkena ginjal akut, diantaranya muntah-muntah dan kurangnya nafsu makan. “Masih banyak lagi (ciri lainnya), tapi ciri utamanya anak kerap muntah dan nafsu makannya berkurang,” terangnya.

Pocut juga menjelaskan, langkah awal untuk mencegah penyakit gagal ginjal akut, yakni menjaga asupan makan anak. “Asupan makan dan tetap menjaga pola hidup bersih, itu yang tetap utama harus di jaga. Lalu segera ke Rumah Sakit apabila anak mulai merasa lemas, pucat, nafsu makan berkurang serta kerap muntah,” jelasnya.

Ditegaskan Pocut, bahwa penyakit gagal ginjal akut ini tidak menular. Hanya saja, pola hidup sehat harus terus diterapkan pada anak. “Imbauannya kepada masyarakat, bahwa penyakit bukan hanya Covid-19 saja, tapi seluruh penyakit bisa muncul jika kita tidak menjaga pola hidup sehat. Untuk itu saya harap seluruh masyarakat Kota Medan untuk tetap menjaga pola hidup sehat,” tutupnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota MedanH Aulia Rachman mengaku telah mendengar kabar adanya penyakit gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak di Kota Medan. Menurutnya, saat ini pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk permasalahan tersebut. “Untuk laporan jumlahnya belum kita terima, namun kita sudah tahu bahwa saat ini tingginya pasien anak di beberapa Rumah Sakit saya sudah dengar. Bahkan ada yang terkena ginjal akut pun sudah saya dengar,” kata Aulia.

Selanjutnya, kata Aulia, Pemko Medan akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan. “Kita perlu berkoordinasi terlebih dahulu bagaimana situasinya, apa saja yang dibutuhkan Dinkes dalam penanganan. Ini akan diupayakan Pemko Medan nantinya,” tuturnya.

Selain itu, Aulia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga pola hidup sehat. Terutama saat jam sekolah, sebaiknya anak dibawakan bekal makanan dari rumah. “Hindari berbagai macam jenis minuman yang kurang sehat, karena di sekolah itu anak pasti jajan jika tidak dibawain bekal. Pokoknya hindari makanan/minuman yang kurang sehat,” jelasnya.

Selain itu, edukasi antar keluarga terdekat dengan adanya penyakit ginjal akut ini juga diutamakan. Selanjutnya, edukasi antar sekolah dari Dinkes Medan. “Nanti akan kita sampaikan ke Dinkes supaya rajin memberikan edukasi kesehatan ke setiap sekolah dan masyarakat,” pungkasnya.

Epidemiolog Beberkan Hasil Investigasi

Menurut penelitian Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), belum diketahui penyebab gangguan ginjal akut ini. BKPK tidak menemukan adanya bakteri. Namun kemarin Epidemiolog Pandu Riono membeberkan hasil investigasi pasien gangguan ginjal akut misterius di DKI Jakarta. “Ada dua infeksi. Anak bisa mengalami lebih dari satu infeksi,” tuturnya saat menjadi pembicara dalam diskusi daring bertajuk “Misterius! 131 Anak Indonesia Sakit Ginjal Akut”.

Pandu menuturkan data yang dia dapat merupakan hasil investigasi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dari data itu, ada indikasi leptospirosis dan influenza. “Untuk sementara hasil investigasi yang di Jakarta karena infeksi, bukan obat,” katanya.

Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian orang tua. Misal ketika anak demam dan intensitas buang air kecilnya minim atau bahkan tidak sama sekali maka sebisa mungkin dibawa ke rumah sakit. Pandu tidak menyarankan untuk memberikan obat serampangan.

“(Penyakit) ginjal itu ketahuan kalau urium dan keratin tinggi ada penurunan fungsi ginjal,” ujarnya. Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di layanan kesehatan. Biasanya penurunan fungsi ginjal ini menurut Pandu diakibatkan karena adanya racun atau infeksi.

Guru besar FKUI sekaligus mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama turut menyoroti persoalan peningkatan gangguan ginjal pada anak-anak di Indonesia. Dia mengatakan fenomena tersebut perlu dianalisa secara lengkap. Termasuk dari rumah sakit mana saja yang melaporkannya. “Perlu dilihat aspek kliniknya secara amat lengkap. Serta aspek pencatatan kasus serupa di RS itu dari waktu ke waktu,” katanya kemarin.

Dari pencatatan tersebut, kemudian bisa dilakukan analisa lebih dalam. Analisis ini dilengkapi dengan kunjungan ke rumah pasien. Untuk melihat kemungkinan faktor penyebab atau mencari kasus-kasus lain di rumah atau sekitarnya. Tjandra mengatakan biasanya dalam hitungan hari, sudah bisa didapatkan kesimpulan awal atas fenomena yang sedang terjadi. Termasuk potensi dampaknya untuk kesehatan masyarakat. “Setelah ditemukan kesimpulan awal, maka tentu harus diteruskan untuk mendapatkan kesimpulan lanjut menuju kesimpulan akhir,” katanya.

Upaya ini diantaranya dilakukan dengan fasilitas laboratorium dan genomic mendalam. Tjandra mengatakan sambil proses analisis tersebut berjalan, upaya penanganan maksimal tetap harus dilakukan.

Bahkan jika diberlukan pemerintah bisa membentuk tim ahli khusus. Tim ini melakukan anaisa secara mendalam serta penanganan klinis sesuai dengan bukti ilmiah terkini. ’’Pada kasus ini, organisasi profesi IDAI tentu memang peran utama,’’ kata dia. Tjandra mengatakan kalau memang dianggap diperlukan, keadaan ini dapat dipertimbangkan masuk dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO. Tujuannya untuk kewaspadaan negara-negara lain di dunia. (map/jpg/adz)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru