SUMUTPOS.CO – Entah apa yang ada dalam benak Lisda ketika mendengar tangisan bayi yang baru dilahirkannya itu. Bisa sedih. Bisa senang. Bisa pula khawatir. Bagaimana tidak, sejam sebelum dia melahirkan, suami tercintanya Thomas Hasibuan ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat gerakkan terorisme.
Nyaring suara bayi perempuan terdengar dari salah satu rumah yang berada di Komplek Perumahan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan, Selasa (17/12). Di rumah asal suara tangis bayi itu berkumpul beberapa orang. Terlihat kesibukan layaknya keluarga lain yang baru mendapat anak. Sang kakek dan nenek turut serta hadir di rumah couple itu. Tapi, nuansa mengemukan tidak begitu tampak. Ada suasana murung.
“Istri anak saya melahirkan setelah suaminya dikabarkan ditangkap di Pasar 4 Marelan,” ungkap sang kakek, Himbalu Hasibuan (57) ayah kandung, Thomas.
Ya, Thomas adalah satu dari tiga terduga teroris yang ditangkap Densus 88 pada Senin (16/12) lalu. Thomas yang sehari-hari kerja sebagai pengantar rantang atau catering itu diduga terlibat dalam kegiatan terorisme. Selain Thomas, sang adik Ayat Hasibuan dan sepupu Fahrul Rozi juga ditangkap. Kemarin, ketiganya telah diterbangkan ke Jakarta.
“Kami pun tak tahu dasar penangkapannya soal apa,” tambah Himbalu.
Himbalu menjelaskan belum ada kabar dari anaknya, Thomas. Khususnya soal kelahiran anaknya itu. Namun, satu jam sebelum Lisda istrinya melahirkan, Thomas, sempat menghubungi dirinya lewat sambungan selular. Kepada sang ayah ia berpesan supaya ibunya melihat kondisi kehamilan istrinya yang sudah mulai menunjukan tanda-tanda akan melahirkan.
“Dia (Thomas) sempat bilang ke saya dan minta tolong supaya mamaknya datang ke rumah mereka untuk melihat istrinya yang sedang hamil besar. Itu saja,” sebutnya.
Belum lama berbicara dengan Thomas, kakek bercucu sepuluh ini kembali dihubungi putra ketiganya itu. Kali ini, Thomas memberikan kabar kalau, Ayat Hasibuan adik kandungnya ditangkap polisi ketika melintas di Jalan Marelan Raya Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan saat mengantar menu makanan kateringan yang baru dibawanya dari lokasi tempatnya bekerja.
“Thomas dan Ayat itu abang beradik, saya dapat kabar si Ayat ditangkap setelah dihubungi abangnya, Thomas. Setelah itu kami tidak ada bicara apa-apa lagi dan putus komunikasi, sampai akhirnya istrinya melahirkan,” kata pria berprofesi sebagai tukang reperasi jam tangan di Jalan KL Yos Sudarso Simpang Kantor Kecamatan Medan Labuhan.
Setelah menyergap Ayat petugas tim Densus 88 Anti Teror juga menangkap keponakan Himbalu, Fahrul Rozi. Sepupu Ayat itu ditangkap di kawasan Jalan Veteran Pasar 8 Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang. Maka lengkaplah, ketiga pria yang masih ada garis hubungan keluarga dengan, Fadli Sadama terpidana teroris dan perampokan bank di Medan yang kabur dari Rutan Tanjunggusta Medan ini diamankan saat sedang bekerja mengantarkan makanan katering ke pelanggan.
Sementara, Tika istri Ayat mengaku terkejut atas penangkapan yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror terhadap suaminya. Bahkan wanita beranak dua ini membantah kalau suaminya dituduh terlibat dalam jaringan terorisme dan perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Aksara, Medan.
“Suami saya bukan teroris, dia itu pekerja katering di Payapasir, Marelan. Jadi tidak mungkin dia terlibat jaringan teroris,” bantahnya.
Pasca penangkapan Ayat pihak keluarga khususnya sang istri hingga kini belum ada menerima pemberitahuan secara resmi dari dari pihak kepolisian baik keberadaan dan penangkapannya. Tika berharap, suaminya dibebaskan dan bisa berkumpul kembali seperti sebelumnya.
“Ya kalau memang bersalah buktikanlah dengan benar apa kesalahannya. Tapi kalau tidak tolong bebaskan suami saya dan jangan dianiaya. Karena dasar penangkapannya tak jelas,” ungkap Tika.
Dari penulusuran Sumut Pos ke lokasi usaha kateringan di Jalan Jala Taucit Kelurahan Paya Pasir, Marelan tempat ketiganya bekerja diketahui para terduga teroris ini merupakan pekerja yang rajin. Bahkan mereka dikenal sebagai orang yang humoris.
“Mereka itu orangnya baik, apalagi si Thomas. Kadang-kadang dia suka berseloroh (bercanda) dengan pekerja lainnya di sini. Tidak ada tanda-tanda kalau mereka itu teroris karena kulihat tipe orangnya baik, istrinya pun sopan dan cantik-cantik,” kata Ketin pemilik usaha katering.
Menurutnya, penangkapan para pekerjanya itu diketahui setelah ia mendapat kabar dari beberapa pekerja lainnya yang mengetahui kalau Ayat ditangkap polisi di kawasan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. “Pekerja saya bilang si Ayat ditangkap kasus narkoba, saya pun sempat heran dan nggak percaya. Saya sempat kesal juga sama dia, karena saya paling tidak suka sama orang yang memakai narkoba. Tapi belakangan di televisi dia dibilang terlibat teroris dan saya pun seperti tak percaya,” ungkapnya.
Di lokasi usaha kateringan ini baik Ayat, Thomas, dan Fahrul memperoleh bayaran Rp30 ribu per rantang pada setiap bulannya. Mereka bekerja sebagai pengantar katering dari mulai pukul 08.00 WIB hingga siang hari sekitar pukul 14.00 WIB. Dan, dalam sehari mereka bisa mengantar makanan ke pelanggan mencapai 30 rantang.
“Jadi mereka merupakan pekerja harian dan pembayaran gajinya satu bulan sekali,” pungkasnya.(rbb)