30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Kepuasan Sejati melalui Sebuah Pemahaman

Menikmati Kopi dengan Nuansa Tempoe Doeloe di Kopi Ong

Bagi penikmat kopi, kualitas minuman dan suasana yang mendukung menjadi syarat mutlak mereguk segelas kenikmatan. Cita rasa itu tersedia di Kopi Ong. Seperti apa?

INDRA JULI,  Medan

Irama keroncong Bengawan Solo dari Gesang memberikan nuansa berbeda saat menikmati secangkir kopi di Kopi Ong yang terletak Komplek Grand Legian Jalan Kapten Muslim Medan. Hilir mudik kendaraan di jalan menjadi pemandangan tersendiri, membuat pembicaraan, Rabu (14/3) sore itu semakin hangat.

Ya, tidak seperti kedai kopi pada umumnya, Kopi Ong menawarkan konsep berbeda bagi penikmat kopi di Kota Medan. Tata dekorasinya seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu.

“Kita coba cari perbedaan dari bisnis kopi kebanyakan. Sekaligus coba mengembalikan ke makna yang seharusnya. Walau pun kita jadi sedikit keluar dari jalur biasanya,” buka pemilik Kopi Ong Salimin Djohan Wang kepada Sumut Pos.

Lantai satu rumah toko (ruko) bernomor 6 itu pun diberi hiasan yang tidak biasa. Jendela kayu terpasang di kedua sisi di mana satu sisi dalam setting tertutup dan sisi lain menawarkan pemandangan terbuka. Tidak itu saja, berbagai benda antik; telepon, mesin jahit, dan setrika turut dipajang sebagai hiasan dinding.

Delapan meja bundar kecil berkonsep pualam dengan kursi dari kayu di empat sisi dan delapan sangkar burung sebagai penerangan dalam lapisan kain berwarna merah, mengembalikan kenangan pada masa kehadiran warga China peranakan di Indonesia di masa lalu.

“Masa itu, kedai kopi ini bukan hal yang eksklusif seperti sekarang melainkan tempat bersosialisasi sesama penikmat kopi. Bahkan karena kedekatan itu, pemiliki kedai kopi tidak perlu bertanya karena sudah tahu keinginan pengunjung yang datang. Nuansa itu yang mau kita bangun dari desain ruangan ini,” jelas pria yang akrab disapa Djohan ini.

Sebagai tongkrongan penikmat kopi, Kopi Ong tidak hanya menawarkan kopi berkualitas dari berbagai daerah di Sumatera seperti Aceh, Sidikalang, Lintong, juga Kopi Luwak, juga menawarkan variasi rasa dari perpaduan kopi dengan bahan lain. Sebut saja Alpokat Coffe, perpaduan bubuk kopi dengan buah alpokat yang khas tentunya.

Namun kepuasan sejati hanya didapat melalui sebuah pemahaman. Hal itu yang juga ditawarkan Kopi Ong kepada pengunjung. Mulai dari penjelasan mengenai biji kopi dan proses pembuatannya dalam tulisan, sampai penerapan oleh pegawai yang dapat disaksikan langsung.

“Kopi harus dipadatkan terlebih dahulu sehingga kualitas yang didapat maksimal. Akan lebih baik, kopi digiling sesaat sebelum diseduh sehingga aromanya tidak banyak yang hilang,” beber pehobi motor gede (moge) ini.

Begitu juga dengan pengenalan akan kategori kopi yang terbagi dua yaitu kopi biasa dan kopi lanang (jantan). “Kopi lanang memiliki minyak yang lebih, otomatis mengandung kafein yang lebih. Tandanya bisa dilihat dari buih kopi saat disajikan. Tapi biji kopi lanang ini jumlahnya lebih sedikit, ditandai bijinya bulat dan lebih kecil dari biji kopi kebanyakan,” bebernya.

Dari sisi rasa, kopi lanang seduhan pertama memang berbeda. Saat di mulut, kopi lanang terasa lebih kental. Hanya saja terasa lebih manis di lidah. Sementara seduhan kedua terasa lebih ringan di mulut dan lebih pahit di lidah. Hal ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi siapa saja yang ingin mengenal kopi lebih jauh.

Tak perlu takut ketinggalan dalam menikmati kopi berkualitas di Kopi Ong dikarenakan waktu yang mepet. Kenikmatan sejati ini juga dapat dinikmati di rumah dengan memilih paket kemasan. Mulai dari 100 gram sampai satu kilogram. Kemasan yang dibuat dari bahan berkualitas menjamin cita rasa kopi tetap terjaga. Sehingga menarik untuk dijadikan souvenir bagi teman dan kerabat luar kota Medan.

Produk kemasan ini melengkapi kenikmatan para pecinta kopi di Kota Medan. Seperti tulisan pada daun pintu yang terletak di atas pintu Kopi Ong. “Hidup terlalu singkat untuk minum kopi yang tidak enak”. (*)

Menikmati Kopi dengan Nuansa Tempoe Doeloe di Kopi Ong

Bagi penikmat kopi, kualitas minuman dan suasana yang mendukung menjadi syarat mutlak mereguk segelas kenikmatan. Cita rasa itu tersedia di Kopi Ong. Seperti apa?

INDRA JULI,  Medan

Irama keroncong Bengawan Solo dari Gesang memberikan nuansa berbeda saat menikmati secangkir kopi di Kopi Ong yang terletak Komplek Grand Legian Jalan Kapten Muslim Medan. Hilir mudik kendaraan di jalan menjadi pemandangan tersendiri, membuat pembicaraan, Rabu (14/3) sore itu semakin hangat.

Ya, tidak seperti kedai kopi pada umumnya, Kopi Ong menawarkan konsep berbeda bagi penikmat kopi di Kota Medan. Tata dekorasinya seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu.

“Kita coba cari perbedaan dari bisnis kopi kebanyakan. Sekaligus coba mengembalikan ke makna yang seharusnya. Walau pun kita jadi sedikit keluar dari jalur biasanya,” buka pemilik Kopi Ong Salimin Djohan Wang kepada Sumut Pos.

Lantai satu rumah toko (ruko) bernomor 6 itu pun diberi hiasan yang tidak biasa. Jendela kayu terpasang di kedua sisi di mana satu sisi dalam setting tertutup dan sisi lain menawarkan pemandangan terbuka. Tidak itu saja, berbagai benda antik; telepon, mesin jahit, dan setrika turut dipajang sebagai hiasan dinding.

Delapan meja bundar kecil berkonsep pualam dengan kursi dari kayu di empat sisi dan delapan sangkar burung sebagai penerangan dalam lapisan kain berwarna merah, mengembalikan kenangan pada masa kehadiran warga China peranakan di Indonesia di masa lalu.

“Masa itu, kedai kopi ini bukan hal yang eksklusif seperti sekarang melainkan tempat bersosialisasi sesama penikmat kopi. Bahkan karena kedekatan itu, pemiliki kedai kopi tidak perlu bertanya karena sudah tahu keinginan pengunjung yang datang. Nuansa itu yang mau kita bangun dari desain ruangan ini,” jelas pria yang akrab disapa Djohan ini.

Sebagai tongkrongan penikmat kopi, Kopi Ong tidak hanya menawarkan kopi berkualitas dari berbagai daerah di Sumatera seperti Aceh, Sidikalang, Lintong, juga Kopi Luwak, juga menawarkan variasi rasa dari perpaduan kopi dengan bahan lain. Sebut saja Alpokat Coffe, perpaduan bubuk kopi dengan buah alpokat yang khas tentunya.

Namun kepuasan sejati hanya didapat melalui sebuah pemahaman. Hal itu yang juga ditawarkan Kopi Ong kepada pengunjung. Mulai dari penjelasan mengenai biji kopi dan proses pembuatannya dalam tulisan, sampai penerapan oleh pegawai yang dapat disaksikan langsung.

“Kopi harus dipadatkan terlebih dahulu sehingga kualitas yang didapat maksimal. Akan lebih baik, kopi digiling sesaat sebelum diseduh sehingga aromanya tidak banyak yang hilang,” beber pehobi motor gede (moge) ini.

Begitu juga dengan pengenalan akan kategori kopi yang terbagi dua yaitu kopi biasa dan kopi lanang (jantan). “Kopi lanang memiliki minyak yang lebih, otomatis mengandung kafein yang lebih. Tandanya bisa dilihat dari buih kopi saat disajikan. Tapi biji kopi lanang ini jumlahnya lebih sedikit, ditandai bijinya bulat dan lebih kecil dari biji kopi kebanyakan,” bebernya.

Dari sisi rasa, kopi lanang seduhan pertama memang berbeda. Saat di mulut, kopi lanang terasa lebih kental. Hanya saja terasa lebih manis di lidah. Sementara seduhan kedua terasa lebih ringan di mulut dan lebih pahit di lidah. Hal ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi siapa saja yang ingin mengenal kopi lebih jauh.

Tak perlu takut ketinggalan dalam menikmati kopi berkualitas di Kopi Ong dikarenakan waktu yang mepet. Kenikmatan sejati ini juga dapat dinikmati di rumah dengan memilih paket kemasan. Mulai dari 100 gram sampai satu kilogram. Kemasan yang dibuat dari bahan berkualitas menjamin cita rasa kopi tetap terjaga. Sehingga menarik untuk dijadikan souvenir bagi teman dan kerabat luar kota Medan.

Produk kemasan ini melengkapi kenikmatan para pecinta kopi di Kota Medan. Seperti tulisan pada daun pintu yang terletak di atas pintu Kopi Ong. “Hidup terlalu singkat untuk minum kopi yang tidak enak”. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/