SUMUTPOS.CO – BISA Fest merupakan agenda kemitraan Direktorat Event Daerah Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).
Kegiatan di Hotel Le Polonia Medan pada Selasa (16/7) tersebut mengambil tema: Eksotika Tari Tradisional Sumut dihadiri dr Sofyan Tan (anggota Komisi X DPR RI) dan Heri Retno Indrijani (analis kebijakan ahli muda Direktorat Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf/Baparekraf).
Kemudian Sylvia Rosita Armayanti SSos MSP (Kabid Pengembangan Kebudayaan) mewakili Kadis Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provsu Zumry Sulthony SSos MSi serta Muhammad Nursyam (ketua Aseti Sumut) sebagai pemateri kegiatan didampingi Yan Djuna (Kabid promosi dan Humas Aseti Sumut).
Bersih, Indah, Sehat, Aman (BISA) merupakan bentuk kepedulian terhadap para pelaku seni budaya dan pelaku penggerak wisata dalam bentuk penyediaan ruang berekspresi dan memberikan motivasi untuk terus bangkit melestarikan dan menggiatkan potensi ekonomi kreatif maupun seni budaya dan wisata yang ada di daerahnya.
Tampil dengan menawan sejumlah tarian mewakili delapan etnis suku di Sumut. Yaitu Melayu, Mandailing, Karo, Batak, Nias, Pakpak, Angkola dan Simalungun yang ditarikan beberapa sanggar kampus. Setelah tampil mendapatkan dana pembinaan dari komisi X DPR RI.
Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan pemaparan terkait tema kegiatan oleh Muhammad Nursyam atau biasa disapa Manchu selaku ketua Asosiasi Seniman Tari Indonesia (Aseti) Sumut.
”Terima kasih kepada Disbudparekraf Provsu karena telah mengapresiasi Aseti Sumut dalam BISA Fest. Kegiatan ini memberi ruang untuk Aseti untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat,” kata Muhammad Nursyam.
Ia mengatakan bahwa Aseti sudah ada di sejumlah daerah di tanah air dan tengah memperjuangkan ketetapan Hari Tari Nasional pada tiap 16 Mei. Tanggal ini sesuai hari kelahiran pencipta Tari Serampang XII.
Aseti, lanjut dia, juga memperjuangkan hal-hal lain terkait sertifikasi dan perlindungan terhadap tarian nasional sebagai kearifan lokal yang harus terus lestari dan dijaga.
Tentang BISA Fest, menurut Muhammad Nursyam, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan event maupun atraksi budaya. Poin pertama terkait relevan, dimana sebuah atraksi budaya diharapkan dapat terus beradaptasi dengan audiencenya.
”Poin kedua terkait digitalisasi dmana, dituntut mengembangkan media sosial sebagai media promosi, media pemasaran maupun media pembayaran seperti contohnya untuk pembelian tiket. Poin terakhir adalah sustainable yaitu event atau produk atraksi seni budaya ini senantiasa mampu mengangkat nilai-nilai kearifan lokal,” ujarnya.
Ketua Aseti Sumut berharap atraksi budaya dapat dilakukan berkelanjutan dan memberikan dampak positif baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan. ”Sinergi yang sudah berjalan baik antar-stakeholder kiranya dapat membawa dampak baik bagi kesejahteraan bagi para pelaku seni budaya dan ekonomi kreatif di Sumut,” imbuhnya. (dmp)