30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Muda Jadi Preman, Sudah Sukses Bangun Masjid

KABAR meninggalnya mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Feisal Tanjung menghentak warga Jalan Prof HM Yamin, Gang Manggis, Kelurahan Seikera, Kecamtan Medan Perjuangan. Pasalnya, di situlah pria yang memiliki nama lengkap Feisal Edno Tanjung ini dibesarkan.

MASJID MEGAH: Masjid Al Amin  Medan, satu  antara masjid megah  dibangun Feisal Tanjung.
MASJID MEGAH: Masjid Al Amin di Medan, satu di antara masjid megah yang dibangun Feisal Tanjung.

Warga di sekitar Masjid Al-Amin mengaku sangat kehilangan sosok yang dikenal akrab dengan siapa saja itu. Semasa duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dia bersama orangtuanya tinggal di Jalan HM Yamin, Gang Manggis Nomor 4, Kelurahan Seikera, Kecamtan Medan Perjuangan.

Saat dia duduk di bangku SMA, dia sudah bergabung dengan salah satu OKP terbesar di Medan. Bahkan, dia juga dikenal sebagai preman ujung kampung.

“Dulu Feisal Tanjung merupakan preman di kampung ini. Siapa yang berani menggangu temannya, akan langsung berhadapan dengannya,” kata Muhammad Khalik (80), sahabat Feisal Tanjung semasa remaja.

Menurut Khalik, saat remaja Feisal sangat hobi bermain sepak bola. Bahkan dia merupakan salah satu striker yang berbahaya dan selalu mencetak gol. Selain bermain bola, Feisal juga gemar menonton bioskop. “Film favoritnya film koboi dan kami memang sering nonton film koboi,” ungkap Khalik yang mengaku sangat kehilangan seorang sahabat yang baik.

Meski dia dikenal sebagai preman kampung, namun Feisal tetap memiliki cita-cita tinggi, yakni ingin menjadi prajurit angkatan laut (AL). Namun takdir berkata lain. Dia sempat mencoba menjadi aspiran kadet AL, namun ditolak karena umurnya kurang setahun.

Setamat SMA B (eksakta), ia mencoba lagi. Tetapi, kini tidak hanya di Akademi Angkatan Laut, tetapi juga di Akademi Militer Nasional/AMN (sekarang Akabri Darat). Ternyata, Feisal lebih dahulu mendapat panggilan dari AMN, dites dan berhasil lulus.

Setelah dia menjadi prajurit TNI, ia tak lupa akan kampung halamannya, khususnya Kelurahan Seikera, Medan Perjuangan. Bisanya, setahun sekali Feisal Tanjung rutin mengunjungi Masjid Al-Amin yang dibangunnya pada 1997 silam.

“Mungkin karena alasan kesehatan, sudah dua tahun belakangan ini Feisal Tanjung tidak mengunjungi mesjid Al-Amin ini,” kata Ari, pengurus BKM Al-Amin. Selain itu, Feisal Tanjung kerap membagikan zakat setiap tahunnya kepada seluruh warga di sekitar lingkungannya.

Menurutnya, nama Al Amin ini diambil nama ayah dari Feisal Tanjung, yakni Amin. Selain masjid Al Amin ini, Feisal tanjung juga membangun masjid di Sukabumi, Jawa Barat, yang diberi nama Siti Rahwani yang tak lain diambil dari nama ibunya.

Ari mengaku sangat sedih saat mendengar kabar duka atas kepergian sosok yang dikenalnya sangat disiplin. “Pastinya kami sangat merindukan figur seperti beliau,” kata Ari.(mag-8)

KABAR meninggalnya mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Feisal Tanjung menghentak warga Jalan Prof HM Yamin, Gang Manggis, Kelurahan Seikera, Kecamtan Medan Perjuangan. Pasalnya, di situlah pria yang memiliki nama lengkap Feisal Edno Tanjung ini dibesarkan.

MASJID MEGAH: Masjid Al Amin  Medan, satu  antara masjid megah  dibangun Feisal Tanjung.
MASJID MEGAH: Masjid Al Amin di Medan, satu di antara masjid megah yang dibangun Feisal Tanjung.

Warga di sekitar Masjid Al-Amin mengaku sangat kehilangan sosok yang dikenal akrab dengan siapa saja itu. Semasa duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dia bersama orangtuanya tinggal di Jalan HM Yamin, Gang Manggis Nomor 4, Kelurahan Seikera, Kecamtan Medan Perjuangan.

Saat dia duduk di bangku SMA, dia sudah bergabung dengan salah satu OKP terbesar di Medan. Bahkan, dia juga dikenal sebagai preman ujung kampung.

“Dulu Feisal Tanjung merupakan preman di kampung ini. Siapa yang berani menggangu temannya, akan langsung berhadapan dengannya,” kata Muhammad Khalik (80), sahabat Feisal Tanjung semasa remaja.

Menurut Khalik, saat remaja Feisal sangat hobi bermain sepak bola. Bahkan dia merupakan salah satu striker yang berbahaya dan selalu mencetak gol. Selain bermain bola, Feisal juga gemar menonton bioskop. “Film favoritnya film koboi dan kami memang sering nonton film koboi,” ungkap Khalik yang mengaku sangat kehilangan seorang sahabat yang baik.

Meski dia dikenal sebagai preman kampung, namun Feisal tetap memiliki cita-cita tinggi, yakni ingin menjadi prajurit angkatan laut (AL). Namun takdir berkata lain. Dia sempat mencoba menjadi aspiran kadet AL, namun ditolak karena umurnya kurang setahun.

Setamat SMA B (eksakta), ia mencoba lagi. Tetapi, kini tidak hanya di Akademi Angkatan Laut, tetapi juga di Akademi Militer Nasional/AMN (sekarang Akabri Darat). Ternyata, Feisal lebih dahulu mendapat panggilan dari AMN, dites dan berhasil lulus.

Setelah dia menjadi prajurit TNI, ia tak lupa akan kampung halamannya, khususnya Kelurahan Seikera, Medan Perjuangan. Bisanya, setahun sekali Feisal Tanjung rutin mengunjungi Masjid Al-Amin yang dibangunnya pada 1997 silam.

“Mungkin karena alasan kesehatan, sudah dua tahun belakangan ini Feisal Tanjung tidak mengunjungi mesjid Al-Amin ini,” kata Ari, pengurus BKM Al-Amin. Selain itu, Feisal Tanjung kerap membagikan zakat setiap tahunnya kepada seluruh warga di sekitar lingkungannya.

Menurutnya, nama Al Amin ini diambil nama ayah dari Feisal Tanjung, yakni Amin. Selain masjid Al Amin ini, Feisal tanjung juga membangun masjid di Sukabumi, Jawa Barat, yang diberi nama Siti Rahwani yang tak lain diambil dari nama ibunya.

Ari mengaku sangat sedih saat mendengar kabar duka atas kepergian sosok yang dikenalnya sangat disiplin. “Pastinya kami sangat merindukan figur seperti beliau,” kata Ari.(mag-8)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/