25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Wisata Kuliner Malam di Kawasan Kesawan, Harus Ada Interaksi Budaya Lokal

SEJARAH: Gedung Wareunhuis di Jalan Kesawan Medan yang akan dijadikan ikon wisata malam.  markus/sumutpos
SEJARAH: Gedung Wareunhuis di Jalan Kesawan Medan yang akan dijadikan ikon wisata malam. markus/sumutpos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Provinsi Sumut mendukung rencana Pemerintah Kota (Pemko) Medan menjadikan kawasan jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat (Kesawan) sebagai wisata kuliner malam. Namun mereka meminta Pemko Medan agar memasukan unsure interaksi budaya lokal.

Ketua IAP Provinsi Sumut, Iswandani Lingga sangat menyetuju ide yang mengubah kawasan Kesawan sebagai ‘Malioboro’ Kota Medan sebagaimana yang ada di Yogyakarta. Namun begitu, ia menuturkan agar Pemko Medan tidak cenderung berorientasi sesaat.

“Aktivitas kuliner pada malam hari harus berkesan dan harus ada interaksi budaya lokal. Pendapat saya, bahwa pengembangan kawasan Kesawan harus lebih ditekankan pada sisi preservasi dan konservasi,” ucap Iswandani kepada Sumut Pos, Rabu (19/2).

Dikatakannya, preservasi adalah kegiatan untuk melestarikan bahan perpustakaan yang mencakup semua pertimbangan manajerial tentang Kesawan. Sementara Konservasi, dimaksudkan upaya pengawetan yang mencakup kebijakan pemeliharaan sebagai upaya pencegahan untuk melindungi bahan perpustakaan dari kerusakan.

Bangunan lama yang memiliki sejarah, kata Iswandani, dapat dinikmati sebagai moment kilas balik budaya di Kota Medan. Kegiatan sejarah yang ekonomis dan elegan merupakan daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan baik dari dalam maupun luar kota hingga luar negeri.

Menurutnya, saat ini Pemerintah Kota Medan sedang mencoba untuk meremajakan atau melestarikan Gedung Wareunhuis yang merupakan supermarket pertama di Kota Medan yang telah ada saat masa penjahat kolonial Belanda.

“Ini dapat menjadi elemen kota untuk menjadi icon baru. Dan juga harus dipastikan, konsep ini terintegrasi dengan keberadaan Lapangan Merdeka, Interchange kereta api, Pasar Ikan lama, dan titi Gantung,” ujar Iswandani.

Dalam perwujudannya, lanjutnya, Pemko Medam harus menertibkan koridor bangunan di sepanjang bangunan-bangunan yang ada di Kesawan, keteraturan jaringan prasarana serta harus diiringi oleh peningkatan pelayanan pedestrian. “Intinya bagaimana pengembangan kawasan Kesawan berguna dan berhasil guna, connecting people in the heart of Medan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Pemko Medan akan segera merevitalitasi beberapa bangunan di kawasan Kesawan mulai tahun ini dan berlanjut sebagian pada tahun depan. Program revitalisasi ini pun sudah disetujui serta mendapatkan dukungan dari Kementerian PUPR dab Gubs Edy Rahmayadi.

Sebagai langkah awal, Pemko Medan akan menertibkan arcade yang berada disepanjang jalan Kesawan (Ahmad Yani) untuk ditata kembali agar lebih layak untuk digunakan oleh para pejalan kaki dan para pedagang kuliner wisata malam yang akan dibangun. Setelah itu, Pemko akan melanjutkan penataan kawasan Heritage lainnya, yakni mulai dari Istana Maimun hingga Podomoro Delipark City. (map/ila)

SEJARAH: Gedung Wareunhuis di Jalan Kesawan Medan yang akan dijadikan ikon wisata malam.  markus/sumutpos
SEJARAH: Gedung Wareunhuis di Jalan Kesawan Medan yang akan dijadikan ikon wisata malam. markus/sumutpos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Provinsi Sumut mendukung rencana Pemerintah Kota (Pemko) Medan menjadikan kawasan jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat (Kesawan) sebagai wisata kuliner malam. Namun mereka meminta Pemko Medan agar memasukan unsure interaksi budaya lokal.

Ketua IAP Provinsi Sumut, Iswandani Lingga sangat menyetuju ide yang mengubah kawasan Kesawan sebagai ‘Malioboro’ Kota Medan sebagaimana yang ada di Yogyakarta. Namun begitu, ia menuturkan agar Pemko Medan tidak cenderung berorientasi sesaat.

“Aktivitas kuliner pada malam hari harus berkesan dan harus ada interaksi budaya lokal. Pendapat saya, bahwa pengembangan kawasan Kesawan harus lebih ditekankan pada sisi preservasi dan konservasi,” ucap Iswandani kepada Sumut Pos, Rabu (19/2).

Dikatakannya, preservasi adalah kegiatan untuk melestarikan bahan perpustakaan yang mencakup semua pertimbangan manajerial tentang Kesawan. Sementara Konservasi, dimaksudkan upaya pengawetan yang mencakup kebijakan pemeliharaan sebagai upaya pencegahan untuk melindungi bahan perpustakaan dari kerusakan.

Bangunan lama yang memiliki sejarah, kata Iswandani, dapat dinikmati sebagai moment kilas balik budaya di Kota Medan. Kegiatan sejarah yang ekonomis dan elegan merupakan daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan baik dari dalam maupun luar kota hingga luar negeri.

Menurutnya, saat ini Pemerintah Kota Medan sedang mencoba untuk meremajakan atau melestarikan Gedung Wareunhuis yang merupakan supermarket pertama di Kota Medan yang telah ada saat masa penjahat kolonial Belanda.

“Ini dapat menjadi elemen kota untuk menjadi icon baru. Dan juga harus dipastikan, konsep ini terintegrasi dengan keberadaan Lapangan Merdeka, Interchange kereta api, Pasar Ikan lama, dan titi Gantung,” ujar Iswandani.

Dalam perwujudannya, lanjutnya, Pemko Medam harus menertibkan koridor bangunan di sepanjang bangunan-bangunan yang ada di Kesawan, keteraturan jaringan prasarana serta harus diiringi oleh peningkatan pelayanan pedestrian. “Intinya bagaimana pengembangan kawasan Kesawan berguna dan berhasil guna, connecting people in the heart of Medan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Pemko Medan akan segera merevitalitasi beberapa bangunan di kawasan Kesawan mulai tahun ini dan berlanjut sebagian pada tahun depan. Program revitalisasi ini pun sudah disetujui serta mendapatkan dukungan dari Kementerian PUPR dab Gubs Edy Rahmayadi.

Sebagai langkah awal, Pemko Medan akan menertibkan arcade yang berada disepanjang jalan Kesawan (Ahmad Yani) untuk ditata kembali agar lebih layak untuk digunakan oleh para pejalan kaki dan para pedagang kuliner wisata malam yang akan dibangun. Setelah itu, Pemko akan melanjutkan penataan kawasan Heritage lainnya, yakni mulai dari Istana Maimun hingga Podomoro Delipark City. (map/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/