MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sumatera Utara menggagas terbentuknya peta jalan (road map) Kepemudaan dan Peraturan Daerah (Perda) Kepemudaan di daerah ini. Langkah ini menyahuti kebutuhan program pemerintah sekaligus kaum muda di Sumut.
Gagasan ini diawali dengan Sarasehan Kepemudaan Road Map dan Perda Kepemudaan Provinsi Sumut yang digelar Dispora Sumut, di Hotel Grand Kanaya, Medan, Senin (18/3). Hadir sebagai pembicara Deputi Pemberdayaan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Faisal Abdullah, Kadispora Sumut Baharuddin Siagian, Sejarawan Phil Ichwan Azhari, Ketua STIK-P Medan Sakhyan Asmara, Dosen Unimed Joharis Lubis, dan Social Media Specialist dari CSI Tengku Adri dan dipandu moderator, Fakhrur Rozi, dari UINSU.
Faisal Abdullah mengatakan, jumlah pemuda di Indonesia mencapai 63,8 juta jiwa. Kata dia, Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), menjadi salah satu tolok ukur kinerja bidang pemberdayaan kepemudaan. “IPP Sumut pada 2016 berada di urutan 17 dari 34 provinsi, padahal di 2015 Sumutn
berada di posisi 5. Aspek kesehatan dan kesejahteraan turun. Salah satu program yang bisa dibuat untuk meningkatkan IPP adalah membentuk Perda Kepemudaan di Sumut,” katanya.
Kata dia, saat ini hanya 25 provinsi/kabupaten/kota yang memiliki Perda Kepemudaan. Pihaknya mendukung gagasan Dispora Sumut untuk mengejar pembentukan Peta Jalan Kepemudaan dan Perda Kepemudaan ini sangat baik dan harus segera diwujudkan. “Ini bentuk progresivitas Dispora Sumut yang harus didukung semua pihak di daerah ini,” kata Guru Besar Universitas Hasanuddin Makassar ini.
Sejumlah hal bisa dijalankan pada 2019 untuk meningkatkan IPP, dan ini selaras dengan Kemenpora. Antara lain Pelatihan Kader Anti Narkoba, Pelatihan Pemuda Bidang Manufaktur, Pelatihan Industri Kreatif, Pembentukan Rumah Kreatif Bersama (RKB) dengan Kemen-BUMN, Technopreneur Pemuda, Penanganan Situs-situs Destruktif hingga Pelatihan Pemuda Maritim. “Saya kira potensi ini ada di Sumut. Sehingga bisa dijalankan,” katanya.
Sakhyan Asmara menyatakan pembentukan Peta Jalan dan Perda Kepemudaan memang perlu dilakukan. Katanya, kegiatan sarasehan ini cukup baik untuk mengawali rencana pembuatan regulasi pembangunan kepemudaan itu di Sumut. “Tahapan-tahapan yang ada dalam pembentukan perda harus dilalui. Penting juga untuk menampung aspirasi seluruh stakeholder kepemudaan. Sehingga regulasi yang dibuat memang sesuai kebutuhan,” kata mantan Plt Sekretaris Kemenpora.
Menurutnya, pemuda ke depan jangan lagi berpatokan pada apa yang diberikan pemerintah. Sebab, pada prinsipnya pemuda yang dalam UU Kepemudaan berusia 16-30 tahun, merupakan generasi yang diharapkan punya karakter, berkapasitas dan berdaya saing. “Pemerintah hanya membantu kemandirian pemuda. Tapi untuk realisasinya, tetap di tangan pemuda itu sendiri,” ungkapnya.
Kadispora Sumut Baharuddin Siagian menegaskan komitmennya dalam pemberdayaan dan pengembangan pemuda. Menurutnya, Peta Jalan dan Perda Kepemudaan adalah salah satu upaya untuk memaksimalkan pembangunan pemuda di Sumut untuk memperkuat program yang sudah dijalankan pihaknya. “Saya berharap dari sarasehan ini banyak masukan dari organisasi pemuda untuk menjawab kebutuhan kita bersama,” katanya.
Tantangan pemuda saat ini kata dia adalah perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Menurutnya kaum muda sudah menjadi komunitas terbesar di internet. “Ini merupakan potensi. Misalnya dengan menjadi pengusaha online atau technopreneur. Pasarnya juga terbuka, anak-anak milenial,” ungkapnya.
Dalam sarasehan itu, Sejarawan Phil Ichwan Azhari menyampaikan, pemuda sejak lama menjadi tonggak perubahan Indonesia. Pada usia 19 tahun, Proklamator Soekarno, sudah menulis 500 artikel. Sementara Mohd Hatta pada usia 24 tahun punya ribuan judul buku yang ditulisnya sendiri. “Ini menandakan generasi pemuda saat ini lebih bodoh dari generasinya Hatta. Ini tantangan kita,” katanya.
Kata Ichwan, saat ini sebenarnya banyak pemicu kalangan pemuda harus bergerak seperti masa perjuangan dulu. Salah satunya adalah perekonomian Indonesia yang makin terpuruk karena penguasaan asing. “Tapi sayangnya, tidak banyak muncul pemuda seperti Soekarno, Hatta. Di usia belia sudah mengguncang dunia dengan aksinya,” ungkap dia.
Pembicara lain, Tengku Adri, mengajak pemuda untuk berani memanfaatkan teknologi yang saat ini berkembang pesat untuk kemajuan organisasi. Salah satunya dengan memanfaatkan laman internet untuk mengenalkan potensi organisasi dan anggota organisasi. Sedangkan Joharis Lubis, dalam paparannya menyinggung eksistensi pemuda dalam Revolusi Industri 4.0. Di mana, aktivitas sosial ekonomi sudah banyak dikendalikan teknologi. “Kalau pemuda tak berinovasi, maka pemuda bisa mati. Mati dalam arti hanya jadi penonton di usia yang harusnya produktif,” katanya.
Sarasehan juga diikuti dengan diskusi interaktif. Menurut Kepala Seksi Pemberdayaan Pemuda Dispora Sumut, Budi Syahputra, kegiatan ini diikuti 100 peserta utusan dari pengurus organisasi kepemudaan, kemahasiswaan dan kepelajaran tingkat Sumut. “Hasil sarasehan akan menjadi rekomendasi bagi Dispora dalam pembentukan road map dan perda kepemudaaan,” pungkasnya. (prn/ila)