Makin rendahnya minat baca merupakan ancaman yang potensial mengganggu program peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di segala bidang dan lapisan masyarakat. Para pelajar, umumnya hanya membaca ketika mau ulangan. Mahasiswa hanya membaca saat mau ujian. Sedangkan para birokrat dan aparat negara hanya membaca apa yang terkait dengan bidang tugasnya, misalnya buku perundang-undangan.
Nah, menyikapi kondisi ini, Lembaga Sosial Nusantara Skill (LSNS) Sumatera Utara dengan giat menjalankan progam untuk memajukan masyarakat agar terbebas dari kebodohan dan menjadi masyarakat yang kaya wawasan di berbagai ilmu pengetahuan. Seperti apa? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Tomi Sanjaya Lubis dengan Direktur LSNS Sumut Ahmad Khairudin, beberapa hari lalu.
Menurut Anda, seperti apa minat baca masyarakat Sumut saat ini?
Kita masih merasa prihatin, karena minat baca masyarakat Sumut masih sangat rendah, umumnya di daerah pedesaan, mulai orang tua hingga anak-anaknya. Padahal, membaca itu salah satu cara agar kita bisa menjelajahi dan mengetahui segala informasi sehingga bisa terhindar dari kebodohan. Apalagi, salah satu misi gubernur kita adalah agar rakyat tidak bodoh.
Apa penyebabnya rendahnya minat baca masyarakat? Â
Mungkin karna media dan akses untuk mendapatkan sumber-sumber bacaan, khususnya di daerah terpencil sangat sedikit. Bahkan, tidak ada sumber bacaan di daerah terpencil tersebut. Sehingga para masyarakat yang termasuk orang tua dan anak-anaknya kurang gairah membaca dan lebih mementingkan pekerjaan yang dilakoninya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Lalu bagaimana langkah atau cara untuk menimbulkan gemar membaca masyarakat?
Pertama-pertama kita harus rumuskan konsep sadar membaca bagi masyarakat, khususnya masyarakat di daerah terpencil melalui fasilitas seperti taman bacaan, rumah pintar dan penyediaan sumber-sumber bacaan yang dicari masyarakat. Selain itu, bisa juga menyediakan fasilitas internet bagi masyarakat di daerah pedesaan.
Namun, untuk memberikan fasilitas internet di daerah tersebut, paling utama, kita harus memberikan pengetehuan cara mengunakan internet. Pasalnya, banyak masyarakat di pedesaaan tidak mengetahui cara penggunaan internet. (*)