28 C
Medan
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Penyuluhan Penggunaan Pemanis Buatan Pada Minuman

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PENGGUNAAN pemanis buatan yang semula hanya ditujukan bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum.

IKH FOR SUMUT POS
PEMANIS BUATAN: Apt Drs Indra Ginting MM berfoto bersama tim Penyuluhan Penggunaan Pemanis Buatan di Batang Kuis baru-baru ini.

Beberapa pemanis buatan bahkan dapat langsung digunakan konsumen hanya dengan menambahkan ke dalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan mencegah peningkatan kadar glukosa darah.

Namun demikian, penggunaan pemanis buatan tidak selamanya aman bagi kesehatan (Usmiati & Yuliani 2004).

Cahyadi (2008) menyatakan bahwa industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena harganya relatif murah dan tingkat kemanisannya yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin dan siklamat maupun campuran keduanya sering ditambahkan ke dalam berbagai jenis jajanan anak-anak seperti makanan ringan (snack), cendol, limun, makanan tradisional, dan sirup (Yulianti 2007).

Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh FA Sasi/ Jurnal MIPA 35(2) (2012) melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis.

Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik.

Oleh karena itu WHO telah menetapkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu sebesar 0-5 mg/kg BB/hari.

Penyuluhan terhadap penggunaan pemanis buatan pada minuman ringan dalam kemasan botol dan cup pada masyarakat di Kecamatan Batang Kuis ini dilakukan tim dosen dari Institut Kesehatan Helvetia Medan Program Studi Sarjana Farmasi.

Tim diketuai Apt Drs Indra Ginting MM, Apt Leny S Farm, MSi, Tetty Noverita Khairani SSi MSi, Amanda Dwi Astuti dan Tri Sundari.

Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini, sebut Apt Drs Indra Ginting MM, untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat yang langsung mendapat sambutan hangat.

Tim pengabdian juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan tersebut. ”Semoga informasi yang disampaikan dapat bermanfaat,” katanya. (dmp)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PENGGUNAAN pemanis buatan yang semula hanya ditujukan bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan secara umum.

IKH FOR SUMUT POS
PEMANIS BUATAN: Apt Drs Indra Ginting MM berfoto bersama tim Penyuluhan Penggunaan Pemanis Buatan di Batang Kuis baru-baru ini.

Beberapa pemanis buatan bahkan dapat langsung digunakan konsumen hanya dengan menambahkan ke dalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda penggunaan pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti pengaturan berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan mencegah peningkatan kadar glukosa darah.

Namun demikian, penggunaan pemanis buatan tidak selamanya aman bagi kesehatan (Usmiati & Yuliani 2004).

Cahyadi (2008) menyatakan bahwa industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena harganya relatif murah dan tingkat kemanisannya yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin dan siklamat maupun campuran keduanya sering ditambahkan ke dalam berbagai jenis jajanan anak-anak seperti makanan ringan (snack), cendol, limun, makanan tradisional, dan sirup (Yulianti 2007).

Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh FA Sasi/ Jurnal MIPA 35(2) (2012) melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis.

Penggunaan pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik.

Oleh karena itu WHO telah menetapkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu sebesar 0-5 mg/kg BB/hari.

Penyuluhan terhadap penggunaan pemanis buatan pada minuman ringan dalam kemasan botol dan cup pada masyarakat di Kecamatan Batang Kuis ini dilakukan tim dosen dari Institut Kesehatan Helvetia Medan Program Studi Sarjana Farmasi.

Tim diketuai Apt Drs Indra Ginting MM, Apt Leny S Farm, MSi, Tetty Noverita Khairani SSi MSi, Amanda Dwi Astuti dan Tri Sundari.

Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini, sebut Apt Drs Indra Ginting MM, untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat yang langsung mendapat sambutan hangat.

Tim pengabdian juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan tersebut. ”Semoga informasi yang disampaikan dapat bermanfaat,” katanya. (dmp)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/