32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pipanisasi LNG Arun-Medan Ditarget Selesai Akhir 2013

MEDAN- Solusi mengatasi krisis gas bagi dunia usaha di Sumut belum juga ditemukan. Sehingga, sampai saat ini pemerintah belum bisa memberikan jaminan kepada industri pengguna gas di Sumatera Utara terkait ketersediaan pasokan gas bagi industri.

Hal ini terungkap dalam rapat kerja antara PT. Pertamina Persero, Perusahaan Gas Negara (PGN), dan Komisi B DPRD Sumut, di ruang Komisi B DPRD Sumut, di Medan, Senin (20/5).

Hidayatulah, anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS mengatakan, PGN dan Pertamina belum mempunyai formulasi yang tepat untuk mengatasi krisis gas bagi industri ini. Apalagi diprediksi Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) Sumut pada Juli mendatang pasokan gas Sumut semakin menipis.

“Sejak terminal gas terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) di Belawan, Sumatera Utara (Sumut), pindah ke Lampung, pasokan gas bagi industri di Sumut semakin tidak pasti. Malah, sekarang saya dengar, kalangan industri pun sudah susah mendapatkan gas,” ujar Hidayatullah.

Menjawab hal itu, General Manager Pertamina Sumbagut yang baru, Giri Santoso mengatakan sejak FRSU dipindah ke Lampung, pemerintah merencanakan pasokan gas untuk Sumut dari kilang LNG Arun, Lhokseumawe. Kini, pihaknya sedang merampungkan pipanisasi dari kilang LNG Arun ke Medan. “Mungkin pipanisasinya selesai akhir tahun 2013, kita doakan saja, “ kata Giri.

Seusai rapat, Giri kepada wartawan mengatakan, pihaknya berusaha mencari sumur-sumur baru termasuk yang ditemukan di Benggala Sumut. Sedangkan dalam waktu dekat, pihaknya berusaha terus memenuhi kebutuhan gas untuk industri di Sumut.

“Kita pasok terus, dan terus. Kalau tetap juga kurang, kita siapkan solar sebagai penggantinya,” ujarnya.

Di pihak lain, General Manager PT PGN SBU III, Mugiono, mengatakan selaku perusahaan yang melakukan distribusi gas, pihaknya menunggu kesiapan pemasok. Di mana, selama ini gas dipasok oleh PT Pertiwi Nusantara Resources (PNR) yang merupakan pihak ketiga dalam kerja sama PT Pertamina. Memang, solusi yang paling memungkinkan cuma menunggu selesainya pipanisasi dari kilang LNG Arun ke Medan. “Kita dengar bersama-sama, kan Pak Giri bilang akhir tahun ini selesai,” kata Mugiono.

Dia menambahkan untuk Sumut, gas PGN dipasok oleh Pertamina. “Kalau pemasok mampu menyediakan gas yang dibutuhkan pelanggan, kita distribusikan. Kalau tidak mampu, mau gimana lagi?” tanyanya.

Mugiono menampik kemungkinan pihaknya membeli gas dari luar negeri. Selain memakan waktu, penyediaan infrastruktur akan berjalan lama dan memakan biaya besar. “Yang mungkin, ya dari sumber di Sumut saja, seperti nanti dari sumur di Langkat, “ tambahnya.

Terkait penggantian sumber energi bagi industri pemakai gas, Melizar Latif, anggota DPRD Sumut dari Fraksi Demokrat mengatakan tidak semua industri yang menggunakan gas bisa mengonversinya ke jenis energi lainnya, misalnya seperti bahan bakar minyak. “Contohnya pabrik kaca, tidak bisa industrinya menggunakan solar. Selain itu, konversi akan menambah biaya produksi pengusaha,” katanya.
Dia berharap kepada PGN selaku perusahaan yang bertugas memenuhi kebutuhan gas harus berusaha semaksimal mungkin. Misalnya mencari pemasok lain selain dari PT Pertamina. (mea)

MEDAN- Solusi mengatasi krisis gas bagi dunia usaha di Sumut belum juga ditemukan. Sehingga, sampai saat ini pemerintah belum bisa memberikan jaminan kepada industri pengguna gas di Sumatera Utara terkait ketersediaan pasokan gas bagi industri.

Hal ini terungkap dalam rapat kerja antara PT. Pertamina Persero, Perusahaan Gas Negara (PGN), dan Komisi B DPRD Sumut, di ruang Komisi B DPRD Sumut, di Medan, Senin (20/5).

Hidayatulah, anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS mengatakan, PGN dan Pertamina belum mempunyai formulasi yang tepat untuk mengatasi krisis gas bagi industri ini. Apalagi diprediksi Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) Sumut pada Juli mendatang pasokan gas Sumut semakin menipis.

“Sejak terminal gas terapung atau floating storage regasification unit (FSRU) di Belawan, Sumatera Utara (Sumut), pindah ke Lampung, pasokan gas bagi industri di Sumut semakin tidak pasti. Malah, sekarang saya dengar, kalangan industri pun sudah susah mendapatkan gas,” ujar Hidayatullah.

Menjawab hal itu, General Manager Pertamina Sumbagut yang baru, Giri Santoso mengatakan sejak FRSU dipindah ke Lampung, pemerintah merencanakan pasokan gas untuk Sumut dari kilang LNG Arun, Lhokseumawe. Kini, pihaknya sedang merampungkan pipanisasi dari kilang LNG Arun ke Medan. “Mungkin pipanisasinya selesai akhir tahun 2013, kita doakan saja, “ kata Giri.

Seusai rapat, Giri kepada wartawan mengatakan, pihaknya berusaha mencari sumur-sumur baru termasuk yang ditemukan di Benggala Sumut. Sedangkan dalam waktu dekat, pihaknya berusaha terus memenuhi kebutuhan gas untuk industri di Sumut.

“Kita pasok terus, dan terus. Kalau tetap juga kurang, kita siapkan solar sebagai penggantinya,” ujarnya.

Di pihak lain, General Manager PT PGN SBU III, Mugiono, mengatakan selaku perusahaan yang melakukan distribusi gas, pihaknya menunggu kesiapan pemasok. Di mana, selama ini gas dipasok oleh PT Pertiwi Nusantara Resources (PNR) yang merupakan pihak ketiga dalam kerja sama PT Pertamina. Memang, solusi yang paling memungkinkan cuma menunggu selesainya pipanisasi dari kilang LNG Arun ke Medan. “Kita dengar bersama-sama, kan Pak Giri bilang akhir tahun ini selesai,” kata Mugiono.

Dia menambahkan untuk Sumut, gas PGN dipasok oleh Pertamina. “Kalau pemasok mampu menyediakan gas yang dibutuhkan pelanggan, kita distribusikan. Kalau tidak mampu, mau gimana lagi?” tanyanya.

Mugiono menampik kemungkinan pihaknya membeli gas dari luar negeri. Selain memakan waktu, penyediaan infrastruktur akan berjalan lama dan memakan biaya besar. “Yang mungkin, ya dari sumber di Sumut saja, seperti nanti dari sumur di Langkat, “ tambahnya.

Terkait penggantian sumber energi bagi industri pemakai gas, Melizar Latif, anggota DPRD Sumut dari Fraksi Demokrat mengatakan tidak semua industri yang menggunakan gas bisa mengonversinya ke jenis energi lainnya, misalnya seperti bahan bakar minyak. “Contohnya pabrik kaca, tidak bisa industrinya menggunakan solar. Selain itu, konversi akan menambah biaya produksi pengusaha,” katanya.
Dia berharap kepada PGN selaku perusahaan yang bertugas memenuhi kebutuhan gas harus berusaha semaksimal mungkin. Misalnya mencari pemasok lain selain dari PT Pertamina. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/