Adnan Buyung Nasution Orasi Ilmiah
MEDAN- Perguruan Tinggi diharapkan mampu melahirkan calon pemimpin bangsa yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan, melainkan para pemikir dan cendikiawan yang telah mentransferkan ilmunya dalam mencetak tenaga ahli di bidangnya. Hal ini disampaikan pengacara senior Adnan Buyung Nasution dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis ke-59 di Gelanggang Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU), Sabtu (20/8).
“Tidak hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan dan mencetak tenaga-tenaga ahli di bidangnya, namun juga harus mengupayakan agar generasi penerus yang akan menjadi pemimpin di Indonesia pada gilirannya nanti memiliki integritas yang kokoh,” ungkapnya .
Untuk strategi pelaksanaanya, Buyung memandang setidaknya ada tiga hal pokok yang dapat dijadikan titik fokus, yakni reorientasi kurikulum, diskusi, dan riset ilmiah serta keteladanan.
Yang mana dalam hal ini, untuk reorientasi kurikulum, bilang Buyung, kurikulum pendidikan di perguruan tinggi perlu disusun secara komprehensif dengan mempertimbangkan terpenuhinya muatan-muatan yang tidak hanya meningkatkan pemahaman konseptual dan skill, namun juga mengkaji mengenai etika, moral dan keadilan.
“Para calon genrasi pemimpin bangsa, yang menerima pendidikan juga perlu diberikan pemahaman mengenai etika kondisi sosial-struktural di masyarakat, sehingga mampu mengidentifikasi dengan baik berbagai problem-problem keadilan social,” terangnya .
Masih menurutnya, selain pengajaran yang sifatnya formal di ruang-ruang kelas berbagai acara di diskusi, baik formal maupun informal terus didorong untuk menciptakan ide brilian dari mahasiswa, terutama di USU.
Diakhir orasi ilmiahnya Buyung juga menyampaikan pentingnya keteledanan di dalam dunia pendidikan. Dalam keteladanan ini, ia merasa perlu memberikan pujian setingi-tingginya kepada dua orang teladan dari USU yang namanya tetap dikenang dan harum hingga kini. Kedua tokoh guru besar USU tersebut yakni Prof Mahadi yang dikenal karena keluasan ilmu pengetahuannya dan Prof Ani Abbas Manoppo, cendikiawan yang aktif terlibat dalam aksi-aksi perjuangan baik di masa Orde Lama maupun Orde Baru.
Dalam kesempatan yang sama Rektor USU Prof Syahril Pasaribu mengatakan, intruksi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi kepada Rektor USU untuk memimpin perubahan status sebagaimana amanah PP No 66 tahun 2010 tampaknya masih banyak mengalami kendala.(uma)