32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Wisjnu Tak Layak Jadi Kapolda

Marah-marah Sama Wartawan

Kucari Kalian Kalau Macam-macam Sampai ke Lubang Semut…

MEDAN- Sikap Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Wisjnu Amat Sastro yang marah-marah saat beberapa wartawan mencoba mewawancarainya, Jumat (19/8) lalu, mendapat tanggapan dari anggota Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa. Politisi dari Partai Gerindra itu mengaku tidak kaget jika Wisjnu bersikap arogan.

“Wajar kalau dia emosional, karena memang dia itu jenderal yang belum matang,” ujar Desmond Mahesa saat dihubungi Sumut Pos, Sabtu (20/8).

Mantan aktivis 1998 ini menilai, sebelum menjadi Kapolda Sumut, prestasi Wisjnu di kepolisian biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol. Pengalamannya pun, lanjutnya, masih minim.

“Karier Pak Wisjnu itu biasa-biasa saja, tak punya prestasi, pengalaman kurang, sehingga tidak memiliki sifat kepemimpinan yang matang,” beber Desmond.

Kok bisa jadi Kapolda Sumut? Anggota dewan yang membidangi hukum itu mengatakan, karena nasib baik saja Wisjnu bisa menjadi Kapolda di wilayah besar seperti Sumut. Wisjnu, imbuhnya, bisa menjadi Kapolda hanya karena dia teman dekat Jenderal Pol Timur Pradopo.

“Jadi hanya karena faktor pertemanan, faktor perkoncoan saja dia bisa jadi Kapolda. Menurut saya dia tak layak menjadi Kapolda. Emosinya juga belum matang sebagai seorang perwira, apalagi Kapolda di Medan,” ungkapnya.
Desmond menilai, sikap yang seperti itu sudah mencerminkan bahwa Wisjnu belum punya sifat kepemimpinan yang baik. Justru yang ditunjukkan adalah arogansi. “Kalau dia mengaku nggak takut, ya memang dia nggak takut, karena yang ditakuti hanya Timur Pradopo, yang menjadikan dia sebagai Kapolda,” kata Desmond lagi.

Desmond mengatakan, begitu Timur menduduki jabatan Kapolri, sempat beredar kabar Wisjnu akan menjadi Kapolda Kaltim. “Eh, ternyata malah jadi Kapolda Sumut,” kata Desmond.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Nuriyono SH menyatakan, sebaiknya Kapolri Jenderal Timor Pradopo mengambil langkah untuk mengevaluasi Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.

“Bagi Kapolri, kalau ditemukan kesalahan, kapolda harus dievaluasi atau paling tidak diingatkan untuk mengawal kebijakan dan sikapnya. Karena, arogansi itu menunjukkan atau menimbulkan
ketidakpercayaan kepada masyarakat dan terutama kalangan media. Dan sikap itu dapat merugikan institusi kepolisian dalam mengemban tugasnya,”  tegasnya.

Lebih lanjut Nuriyono menyatakan, seharusnya dalam menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban,
Polisi harus dekat dengan siapa saja, terutama media. Karena itu sangat penting untuk menjalankan
fungsi,” terangnya.

Salah satunya, sambung Nuriyono, jika ada kasus atau tindak kejahatan yang dilakukan oleh personel polisi, Kapolda bisa tahu dari media. “Segala tindakan polisi itu selalu disorot. Media sebagai filter untuk menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban itu. Seperti misalnya ada kasus atau tindak pidana yang dilakukan oknum polisi, Kapolda bisa tahu dari peran media.  Karena, tidak mungkin Kapolda bisa  menjangkau itu semua, tanpa peran media. Jadi, sangat tidak tepat kalau kapolda mengambil jarak dengan media dan wartawan pasti akan ada dampak, terutama dengan pimpinan media,” tambahnya. Maka dari itu, lanjut Nuriyono, sangat tidak tepar bila Kapolda Sumut mendiskreditkan peran media.

Saat ditanya, ada pernyataan Kapolda Sumut yang menyebut-nyebut nama institusi lain, Nuriyono juga menyatakan, sikap dan pernyataan itu bukanlah sebuah kearifan dari seorang pimpinan terlebih lagi pimpinan kepolisian.
“Sangat tidak tepat membandingkan dengan institusi lain. Itu menunjukan ketidakarifan. Harusnya Kapolda itu merangkul,” cetusnya.

Sekadar diketahui, sebelumnya Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro marah-marah saat beberapa wartawan coba mewawancarainya. Kepada salah seorang wartawan media cetak terbitan Medan, Wisjnu sempat
mempertanyakan identitasnya.

“Kamu wartawan mana, mana kartu wartawan mu,” ujar Wisjnu meminta wartawan itu memperlihatkan identitasnya, Jumat (19/8) lalu di Mapolda Sumut.

Kapolda mengingatkan kepada wartawan, bahwa di Polda Sumatera Utara, ada struktur kerja organisasi yang mempunyai kewenangan dan tugas masing-masing.

“Kenapa harus saya yang kalian temui. Ini kan ada struktur organisasi, ingat loh, jadi kalau ada humas ya humas, nanti kalau nggak dikasih laporkan ke saya. Saya banyak kerjaan, bukan kalian saja. Itu di ingat baik-baik. Jadi, jangan harus saya,” ujar Wisjnu dengan nada tinggi.

Sembari berbicara, wartawan yang ia minta menunjukkan identitasnya pun memberikan surat tugasnya sebagai wartawan di Unit Polda Sumut.

“Mana kau punya, soalnya banyak wartawan-wartawan nggak jelas,” kata Wisjnu, sembari melihat secarik kertas yang ditunjukkan wartawan dari salah satu media cetak.

“Ini kalian cek, kalau nggak jelas kasih keluar. Coba tengok mulainya bulan Agustus, berarti baru ini kan. Harusnya punya kartu, lain kali saya nggak akan layani, tolong dicek ya,” ujar Wisjnu memerintahkan pada anggota Provost yang mendampinginya.

Wartawan yang ada persis berada di sebelah kiri wartawan itu, juga sempat memperlihatkan Id Card tugasnya kepada Kapolda. Namun Kapolda tak mau melihatnya.

“Nggak usah,” ujar Wisjnu.

Wisjnu menyebutkan, banyak wartawan nggak jelas, kerjanya nakut-nakuti.

“Saya nggak takut, ku cari kalian kalau macam-macam. Sama kita anak Medan, aku juga anak Medan. Sampai ke lubang semut saya cari kau, saya lepas pangkat saya, saya cari kamu. Itu loh, jadi mari kita sama-sama saling menghargai,” ujar Wisjnu yang mengarahkan wajahnya pada semua wartawan yang berada di situ saat itu.

Wisjnu sempat menggeluarkan dompetnya dan menunjukkan identitasnya pada wartawan.

“Saya kasih contoh, saya juga ada KTP, SIM, KTA, lengkap ini. Karena banyak sekarang Polisi gadungan, wartawan juga ada gadungan,” kata Wisjnu yang mengenakan baju kaos hitam berkerah. Namun, tak lama berselang, Wisjnu tampak mulai mau diwawancarai.

“Mau tanya apa?” tanya Wisjnu.

Setelah panjang lebar menjelaskan terkait bantuan mobil dan kereta dinas, termasuk mobil dinas baru yang akan ia gunakan. Wartawan kembali mempertanyakan seputaran kasus yang melibatkan anggotanya, yakni kasus penipuan Rp3,5 miliar, yang dilaporkan seorang wanita bernama OK Elvindri alias Nona. Mendengar pertanyaan itu, Wisjnu kembali menjawab dengan nada tinggi.

“Sekarang ku tanya sama kalian baik-baik, banyak masalah orang lain, kenapa tidak ditanya. Kok, Polisi kalian tanya saja,” ujar Wisjnu sembari menyebutkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terkait kasus tersebut. “Lagi saya periksa, kita periksa kok” katanya.

Lalu Wisjnu kembali menyebutkan, kalau instansi lain berbuat begitu. Dia sempat menantang wartawan. “Berani kalian, kalau ada instansi lain buat gitu, selain Polisi, berani kalian. Jadi, jangan
Polisi yang kalian cari-cari saja salahnya. Tolong jangan kita ini terus didesak. Kecuali saya nggak kerja, ini kan kita lagi periksa,” ujar Wisjnu kembali dengan nada tinggi.

“Kalau kau memang mencari berita untuk membangun bangsa ini sama kan semua, itu loh. Ini apa dikit, Polisi. Tadi aja kalian kejar saya terus buru-buru. Kalau kau memang niat membangun bangsa ini, ya semua kau tanyakan. Tanya kan sama instansi lain, apa yang sudah dibuat. Saya tantang kalian,” ujar Wisjnu, sembari mengucapkan nada-nada nasehat.
“Jadi tolonglah, seolah-olah Polisi ini nggak berguna lagi dengan masyarakat,” kata Wisjnu mengakhiri.

Lantas apa kata Kapolda Sumut soal tindakannya kepada wartawan? Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro kepada wartawan kembali menunjukkan sikap arogannya dengan memarahi wartawan Sumut Pos ketika dihubungi melalui ponselnya, Sabtu (20/8). Wisjnu seolah tidak menganggap itu menjadi masalah.

“Kenapa rupanya? Terserah kalian kalau mau kalian muat,” ungkapnya.
Saat kembali ditanya ternyata ponselnya langsung dimatikannya. “Udah, terima kasih,” katanya singkat. (ari/sam)

 

Marah-marah Sama Wartawan

Kucari Kalian Kalau Macam-macam Sampai ke Lubang Semut…

MEDAN- Sikap Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Wisjnu Amat Sastro yang marah-marah saat beberapa wartawan mencoba mewawancarainya, Jumat (19/8) lalu, mendapat tanggapan dari anggota Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa. Politisi dari Partai Gerindra itu mengaku tidak kaget jika Wisjnu bersikap arogan.

“Wajar kalau dia emosional, karena memang dia itu jenderal yang belum matang,” ujar Desmond Mahesa saat dihubungi Sumut Pos, Sabtu (20/8).

Mantan aktivis 1998 ini menilai, sebelum menjadi Kapolda Sumut, prestasi Wisjnu di kepolisian biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol. Pengalamannya pun, lanjutnya, masih minim.

“Karier Pak Wisjnu itu biasa-biasa saja, tak punya prestasi, pengalaman kurang, sehingga tidak memiliki sifat kepemimpinan yang matang,” beber Desmond.

Kok bisa jadi Kapolda Sumut? Anggota dewan yang membidangi hukum itu mengatakan, karena nasib baik saja Wisjnu bisa menjadi Kapolda di wilayah besar seperti Sumut. Wisjnu, imbuhnya, bisa menjadi Kapolda hanya karena dia teman dekat Jenderal Pol Timur Pradopo.

“Jadi hanya karena faktor pertemanan, faktor perkoncoan saja dia bisa jadi Kapolda. Menurut saya dia tak layak menjadi Kapolda. Emosinya juga belum matang sebagai seorang perwira, apalagi Kapolda di Medan,” ungkapnya.
Desmond menilai, sikap yang seperti itu sudah mencerminkan bahwa Wisjnu belum punya sifat kepemimpinan yang baik. Justru yang ditunjukkan adalah arogansi. “Kalau dia mengaku nggak takut, ya memang dia nggak takut, karena yang ditakuti hanya Timur Pradopo, yang menjadikan dia sebagai Kapolda,” kata Desmond lagi.

Desmond mengatakan, begitu Timur menduduki jabatan Kapolri, sempat beredar kabar Wisjnu akan menjadi Kapolda Kaltim. “Eh, ternyata malah jadi Kapolda Sumut,” kata Desmond.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Nuriyono SH menyatakan, sebaiknya Kapolri Jenderal Timor Pradopo mengambil langkah untuk mengevaluasi Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.

“Bagi Kapolri, kalau ditemukan kesalahan, kapolda harus dievaluasi atau paling tidak diingatkan untuk mengawal kebijakan dan sikapnya. Karena, arogansi itu menunjukkan atau menimbulkan
ketidakpercayaan kepada masyarakat dan terutama kalangan media. Dan sikap itu dapat merugikan institusi kepolisian dalam mengemban tugasnya,”  tegasnya.

Lebih lanjut Nuriyono menyatakan, seharusnya dalam menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban,
Polisi harus dekat dengan siapa saja, terutama media. Karena itu sangat penting untuk menjalankan
fungsi,” terangnya.

Salah satunya, sambung Nuriyono, jika ada kasus atau tindak kejahatan yang dilakukan oleh personel polisi, Kapolda bisa tahu dari media. “Segala tindakan polisi itu selalu disorot. Media sebagai filter untuk menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban itu. Seperti misalnya ada kasus atau tindak pidana yang dilakukan oknum polisi, Kapolda bisa tahu dari peran media.  Karena, tidak mungkin Kapolda bisa  menjangkau itu semua, tanpa peran media. Jadi, sangat tidak tepat kalau kapolda mengambil jarak dengan media dan wartawan pasti akan ada dampak, terutama dengan pimpinan media,” tambahnya. Maka dari itu, lanjut Nuriyono, sangat tidak tepar bila Kapolda Sumut mendiskreditkan peran media.

Saat ditanya, ada pernyataan Kapolda Sumut yang menyebut-nyebut nama institusi lain, Nuriyono juga menyatakan, sikap dan pernyataan itu bukanlah sebuah kearifan dari seorang pimpinan terlebih lagi pimpinan kepolisian.
“Sangat tidak tepat membandingkan dengan institusi lain. Itu menunjukan ketidakarifan. Harusnya Kapolda itu merangkul,” cetusnya.

Sekadar diketahui, sebelumnya Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro marah-marah saat beberapa wartawan coba mewawancarainya. Kepada salah seorang wartawan media cetak terbitan Medan, Wisjnu sempat
mempertanyakan identitasnya.

“Kamu wartawan mana, mana kartu wartawan mu,” ujar Wisjnu meminta wartawan itu memperlihatkan identitasnya, Jumat (19/8) lalu di Mapolda Sumut.

Kapolda mengingatkan kepada wartawan, bahwa di Polda Sumatera Utara, ada struktur kerja organisasi yang mempunyai kewenangan dan tugas masing-masing.

“Kenapa harus saya yang kalian temui. Ini kan ada struktur organisasi, ingat loh, jadi kalau ada humas ya humas, nanti kalau nggak dikasih laporkan ke saya. Saya banyak kerjaan, bukan kalian saja. Itu di ingat baik-baik. Jadi, jangan harus saya,” ujar Wisjnu dengan nada tinggi.

Sembari berbicara, wartawan yang ia minta menunjukkan identitasnya pun memberikan surat tugasnya sebagai wartawan di Unit Polda Sumut.

“Mana kau punya, soalnya banyak wartawan-wartawan nggak jelas,” kata Wisjnu, sembari melihat secarik kertas yang ditunjukkan wartawan dari salah satu media cetak.

“Ini kalian cek, kalau nggak jelas kasih keluar. Coba tengok mulainya bulan Agustus, berarti baru ini kan. Harusnya punya kartu, lain kali saya nggak akan layani, tolong dicek ya,” ujar Wisjnu memerintahkan pada anggota Provost yang mendampinginya.

Wartawan yang ada persis berada di sebelah kiri wartawan itu, juga sempat memperlihatkan Id Card tugasnya kepada Kapolda. Namun Kapolda tak mau melihatnya.

“Nggak usah,” ujar Wisjnu.

Wisjnu menyebutkan, banyak wartawan nggak jelas, kerjanya nakut-nakuti.

“Saya nggak takut, ku cari kalian kalau macam-macam. Sama kita anak Medan, aku juga anak Medan. Sampai ke lubang semut saya cari kau, saya lepas pangkat saya, saya cari kamu. Itu loh, jadi mari kita sama-sama saling menghargai,” ujar Wisjnu yang mengarahkan wajahnya pada semua wartawan yang berada di situ saat itu.

Wisjnu sempat menggeluarkan dompetnya dan menunjukkan identitasnya pada wartawan.

“Saya kasih contoh, saya juga ada KTP, SIM, KTA, lengkap ini. Karena banyak sekarang Polisi gadungan, wartawan juga ada gadungan,” kata Wisjnu yang mengenakan baju kaos hitam berkerah. Namun, tak lama berselang, Wisjnu tampak mulai mau diwawancarai.

“Mau tanya apa?” tanya Wisjnu.

Setelah panjang lebar menjelaskan terkait bantuan mobil dan kereta dinas, termasuk mobil dinas baru yang akan ia gunakan. Wartawan kembali mempertanyakan seputaran kasus yang melibatkan anggotanya, yakni kasus penipuan Rp3,5 miliar, yang dilaporkan seorang wanita bernama OK Elvindri alias Nona. Mendengar pertanyaan itu, Wisjnu kembali menjawab dengan nada tinggi.

“Sekarang ku tanya sama kalian baik-baik, banyak masalah orang lain, kenapa tidak ditanya. Kok, Polisi kalian tanya saja,” ujar Wisjnu sembari menyebutkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terkait kasus tersebut. “Lagi saya periksa, kita periksa kok” katanya.

Lalu Wisjnu kembali menyebutkan, kalau instansi lain berbuat begitu. Dia sempat menantang wartawan. “Berani kalian, kalau ada instansi lain buat gitu, selain Polisi, berani kalian. Jadi, jangan
Polisi yang kalian cari-cari saja salahnya. Tolong jangan kita ini terus didesak. Kecuali saya nggak kerja, ini kan kita lagi periksa,” ujar Wisjnu kembali dengan nada tinggi.

“Kalau kau memang mencari berita untuk membangun bangsa ini sama kan semua, itu loh. Ini apa dikit, Polisi. Tadi aja kalian kejar saya terus buru-buru. Kalau kau memang niat membangun bangsa ini, ya semua kau tanyakan. Tanya kan sama instansi lain, apa yang sudah dibuat. Saya tantang kalian,” ujar Wisjnu, sembari mengucapkan nada-nada nasehat.
“Jadi tolonglah, seolah-olah Polisi ini nggak berguna lagi dengan masyarakat,” kata Wisjnu mengakhiri.

Lantas apa kata Kapolda Sumut soal tindakannya kepada wartawan? Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro kepada wartawan kembali menunjukkan sikap arogannya dengan memarahi wartawan Sumut Pos ketika dihubungi melalui ponselnya, Sabtu (20/8). Wisjnu seolah tidak menganggap itu menjadi masalah.

“Kenapa rupanya? Terserah kalian kalau mau kalian muat,” ungkapnya.
Saat kembali ditanya ternyata ponselnya langsung dimatikannya. “Udah, terima kasih,” katanya singkat. (ari/sam)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/